Kamis, 16 April 2009

Satu Hal Terpenting




Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang
St. Peter (2 Petrus 1:5-7)

Sewaktu Anda berbicara tadi, saya sangat sibuk sehingga tidak sempat memperhatikan dengan seksama apa yang Anda sampaikan. Saya harus balas banyak sms dan nelpon beberapa orang. Begini saja pak, bisakah Anda memberikan intisari seminar tadi dalam sebuah kalimat yang mudah saya ingat sehingga selamanya akan selalu saya ingat? Ya, satu hal saja yang paling penting dari semua yang Anda bicarakan tadi, begitu kata seorang peserta seminar seusai saya memberikan sebuah seminar.

Terus terang, saya sangat sedih mendengar pertanyaan tersebut. Sambil menghela napas panjang, saya kemudian menjawab, "Satu hal terpenting yang harus Anda ingat bahwa ada lebih dari satu hal yang harus terus kita pelajari jika kita sungguh-sungguh ingin sukses dalam hidup ini." Jawaban ini membuat sang penanya tadi terdiam dan secara pribadi saya pun diingatkan kembali untuk terus belajar dan terus bertumbuh (keep learning and keep growing).

Banyak orang yang mengira ada jalan pintas menuju kesuksesan. Menurut saya jika jalan pintas itu benar ada, saya yakin kesuksesan yang diraih seseorang bukanlah sukses sejati. Ibarat rumah, pondasinya tidak akan bertahan kuat ketika menghadapi berbagai bencana alam, seperti gempa bumi atau banjir. Saya sering mengatakan sukses adalah sebuah perjalanan bukan sebuah tujuan akhir. Ya, perjalanan untuk menjadi insan yang lebih baik, perjalanan untuk menjadi berkat bagi lebih banyak orang, perjalanan untuk semakin matang dalam hidup ini, dsb.

Saya kenal dengan banyak sekali pakar atau ahli dalam satu bidang yang masih terus belajar. Mentor terbaik saya dalam bidang kepemimpinan, Dr. John C. Maxwell yang baru saja terpilih sebagai guru kepemimpinan paling berpengaruh di dunia (the world's most influential leadership guru) berdasarkan survey internasional lembaga Leadership Gurus International (LeadershipGurus.net) masih terus belajar. "Saya masih terus belajar dan bertumbuh. Setiap bulan saya masih membaca setidaknya 2 buku kepemimpinan," katanya. Padahal John sendiri telah menulis lebih dari 50 buku kepemimpinan yang sebagian besar masuk kategori international best seller.

Motivator No.1 Indonesia, Andrie Wongso pernah memberikan nasihat berharga kepada saya, "Usahakan dirimu untuk terus membaca dan belajar. Terkadang ketika kita membaca sebuah buku, kita berpikir 70 atau 80 persen isi buku tersebut kita sudah tahu namun usahakanlah untuk terus membaca dan mencari hal-hal yang belum kita ketahui. Dengan begitu kita akan senantiasa bertumbuh." Ini sebuah nasihat yang sangat berharga. Berkat nasihat itulah, saya terus belajar dan membaca. Saya masih membiasakan diri membaca beberapa buku pengembangan diri setiap bulannya dan mengikuti berbagai pelatihan. Waktu di perjalanan sering juga saya pakai untuk belajar dengan mendengarkan CD atau kaset pelajaran sehingga selalu ada bahan positif yang masuk ke hidup saya. Saya sering menyebut mobil saya sebagai mobile campus.

Beverly Sills berkata, "There are no shortcuts to any place worth going". Tidak ada jalan pintas menuju tempat yang berharga. Dengan kata lain, tidak ada jalan pintas menuju kesuksesan sejati! Dan ingatlah pertumbuhan pribadi bukanlah sebuah hal yang otomatis. Kita belum tentu bertumbuh meski usia kita terus bertambah. Kedewasaan hidup lebih berkaitan dengan tanggung jawab daripada pertambahan usia. Kita tidak bisa menjadi orang baik dengan hanya membaca Kitab Suci satu kali (apalagi hanya satu ayat) atau mendengarkan khotbah satu kali.

Pertanyaan penting sekarang, sudahkah kita menginvestasikan waktu (dan juga dana) kita secara maksimal untuk terus belajar dan bertumbuh? ***

* Paulus Winarto adalah pemegang 2 Rekor Indonesia dari Museum Rekor Indonesia (MURI) yakni sebagai pembicara seminar yang pertama kali berbicara dalam seminar di angkasa dan penulis buku yang pertama kali bukunya diluncurkan di angkasa. Sejumlah bukunya masuk dalam kategori best seller (al: First Step to be An Entrepreneur, Reach Your Maximum Potential, Be Strong dan HOPE). Ia banyak menimba ilmu kepemimpinan dari guru kepemimpinan internasional, Dr. John C Maxwell. Guru marketing Hermawan Kartajaya menjuluki Paulus sebagai "manusia kompleks". Paulus dapat dihubungi melalui e-mail: pwinarto@cbn.net.id


---

Mendobrak Mitos-mitos Sukses


As a man thinks in his heart, so is he (Proverbs 23:7)

Seorang pemuda negro dengan wajah penuh kesedihan mendatangi Pendeta Robert H. Schuller. "Pak pendeta, semuanya kacau. Aku ini orang yang malang," katanya penuh keputusasaan. Dengan rasa penasaran pendiri gereja The Crystal Cathedral di California itu balik bertanya, "Loh, emangnya ada apa?" Spontan si negro menyahut, "Aku ini orang yang celaka. Aku terlahir sebagai seorang negro. Tidak mungkin aku bisa sukses dalam hidup ini. Aku memang dilahirkan untuk menjadi orang gagal seumur hidupku."

Sejenak Robert terdiam lalu ia berkata, "Saudaraku, saudara berasal dari keturunan mana?" Kembali si negro menjawab dengan nada putus asa. "Aku ini seorang keturunan negro. Nenek moyangku berasal dari Afrika. Kami adalah keturunan budak yang diangkut dengan kapal dari Afrika ke Amerika sini. Itulah sebabnya aku tidak mungkin sukses dalam hidupku," ujar si negro.

Saudaraku, coba saudara renungkan kembali. Puluhan tahun lalu saat nenek moyang saudara datang ke sini tentu mereka menaiki kapal. Saat itu kapal-kapal yang ada belum secanggih sekarang. Teknologi pelayaranpun masih terbilang kuno. Tentu mereka menempuh perjalanan berbulan-bulan di atas kapal itu. Jika mereka tidak kuat, mereka akan mati di atas kapal. Tapi nenek moyang saudara tentu sangat kuat hingga dapat bertahan hidup hingga sampai ke Amerika ini. Saudara adalah keturunan orang kuat! jelas Robert yang juga pakar possibility thinking itu.

Pemuda negro itu terdiam sembari merenungkan dalam-dalam pernyataan Robert. "Benar juga ya. Aku ini keturunan orang kuat. Kalau nenek moyangku lemah tentu aku tidak akan bisa ada sekarang ini," katanya membenarkan penjelasan Robert. "Saudara juga harus tahu, kalau nenek moyang saudara adalah para pekerja keras. Jika tidak, tentu mereka sudah mati sejak tiba di Amerika. Entah karena penindasan atau karena penyakit," lanjut Robert. Si negro kembali mengamini ucapan Robert. Perlahan namun pasti kepercayaan diri si negro mulai tumbuh. "Aku ini keturunan orang yang kuat dan pekerja keras."

Tahun-tahunpun berlalu. Suatu hari Robert kedatangan tamu seorang pemuda negro yang gagah dan berpakaian rapi. "Saudara, rasanya saya pernah bertemu saudara. Namun maaf, saya lupa," kata Robert. "Pak pendeta, sayalah pemuda negro yang putus asa saat saya datang ke Bapak beberapa tahun silam. Berkat motivasi bapak, sekarang saya bisa menjadi orang sukses. Saya kini seorang dokter. Terima kasih pak pendeta," kata si negro. Robert Schuller sangat terharu. Ia sama sekali tidak menyangka kalau pernyataan-pernyataan yang diucapkan beberapa tahun silam telah berhasil merubah hidup seorang anak manusia.

Peristiwa yang dialami si negro juga kerap kali kita alami dalam hidup ini. Seringkali kita merasa tidak bisa meraih kesuksesan dalam hidup ini karena faktor-faktor tertentu, baik di dalam maupun di luar diri kita. Padahal firman Tuhan dalam Amsal 23:7 jelas-jelas mengatakan, "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." Ingat, firman Tuhan tidak pernah mengatakan apa yang terjadi padamu atau apa yang terjadi di sekitarmu begitulah kamu. Jadi, yang terpenting adalah apa yang terjadi di dalam diri kita. Jika kita merasa kita mampu, kita akan bergerak maju untuk menggapai mimpi kita. Sebaliknya jika kita merasa kita tidak mampu, kita akan cenderung berdiam diri.

Mentor saya, Pak Andrie Wongso mengatakan agar bisa sukses seseorang harus mampu melepaskan diri dari jeratan mitos-mitos menyesatkan. "Tidak sedikit orang yang masih mempercayai bahwa sukses itu terkait dengan nasib, keturunan, pendidikan, fisik, kesehatan, warna kulit, jenis kelamin, shio, zodiak, waktu lahir, umur, dsb. Ini adalah mitos-mitos menyesatkan yang sangat menghambat pengembangan potensi diri," kata Andrie yang juga Motivator No.1 Indonesia itu.

Andrie Wongso sendiri semasa kecil pernah diramalkan oleh seorang paranormal. "Kamu tidak mungkin sukses sebab kamu bershio kuda. Lagipula, kamu lahir pada pagi hari. Artinya, ketika semua orang masih tidur kamu sudah mulai bekerja. Kamu akan jadi kuli seumur hidupmu," kata paranormal tersebut. Andrie yang putus sekolah saat di bangku kelas 6 SD itu sama sekali tidak mempercayai ucapan sang paranormal. Ia memiliki satu prinsip hidup yang sangat diyakininya yakni success is my right<.i>. "Kesuksesan bukan milik orang-orang tertentu. Kesuksesan adalah milik Anda, milik saya dan milik siapa saja yang benar-benar menyadari, menginginkan dan memperjuangkan dengan sepenuh hati," katanya. Itulah sebabnya ia dikenal memiliki dua gelar informal yakni SDTT, TBS alias Sekolah Dasar Tidak Tamat, Tapi Bisa Sukses.

Ya, kesuksesan akan bisa Anda raih selama Anda merasa layak mendapatkannya dan terus memperjuangkannya. Ken Blanchard sering mengatakan people who feel good about themselves produce good results. Jadi, yang terpenting adalah apa yang Anda katakan tentang diri Anda sendiri. Bukan apa kata orang lain!


----
The Power Of True Love

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.


Hadiah terindah dalam hidup saya adalah satu-satunya anak saya yang masih hidup bertobat, kata seorang ibu yang belasan tahun hidup menjanda dan telah kehilangan dua anaknya. Pernyataan sederhana yang diucapkannya dengan mata berkaca-kaca itu sungguh keluar dari hati yang paling dalam. Di usia yang sudah hampir 70 tahun, ibu ini menemukan arti keindahan hidup.

Tanpa jemu-jemunya, selama belasan tahun, ia terus mengasihi dan mendoakan agar putranya (sebut saja Yanto) kembali ke jalan yang benar. "Setiap hari saya mendoakannya. Sudah tidak terhitung berapa banyak air mata yang menetes. Namun saya tetap percaya, suatu hari nanti, ia akan kembali ke jalan Tuhan," kata sang ibu.

Doa dari hati yang tulus dan penuh kasih itu pun akhirnya terjawab. Kini Yanto dikenal sebagai aktivis di gerejanya dan tampak bersemangat dalam melayani Tuhan. "Saya ada rencana mau masuk sekolah doa," kata Yanto yang tahun ini menginjak usia 33 tahun. Beberapa waktu kemudian Yanto memang menceburkan diri ke dalam sebuah sekolah pelayanan. Di sana ia digodok agar lebih efektif dalam melayani Tuhan dan membaktikan hidupnya bagi sesama. Bukan main dan bukan main-main!

Sejujurnya, saya sendiri sangat surprise dengan kisah pertobatan Yanto. Tahun 2004 seusai saya melayani di sebuah gereja di kota Purwokerto, sang ibu ini mengajak saya makan malam di rumahnya. Itulah pertama kali saya melihat Yanto. Ia tampak cuek dalam terlihat asyik bermain-main dengan binatang peliharaannya, mulai dari cat fish, binturung hingga kura-kura aligator. Ia sama sekali tidak tertarik berbicara mengenai hal-hal yang bersifat rohani.

Siapa yang menyangka jika setahun kemudian keadaannya berubah 180 derajat. Yanto menjadi pemuda yang rajin berdoa, membaca kitab suci dan terlibat aktif dalam berbagai pelayanan di gerejanya dan juga gereja teman-temannya. "Saya masih terus diproses oleh Tuhan," kata Yanto.

Sebelum bertobat, Yanto dikenal sebagai pemuda yang susah diatur. Keluar malam bukanlah hal aneh baginya, apalagi sekedar minum minuman keras dan merokok berbungkus-bungkus setiap hari. Akibatnya, ia pernah terkena penyakit paru-paru. Sayangnya, penyakit itu tidak juga membuat ia menghentikan kebiasaan buruknya.

Sebelum bertobat, jika hari Minggu tiba, Yanto memasang strategi. Demi menyenangkan hati ibunya, ia berangkat dari rumah seolah-olah hendak ke gereja namun ia tidak akan sungguh masuk ke dalam gedung gereja. Biasanya ia akan nongkrong-nongkrong di pinggir jalan dekat gereja sambil merokok bak kereta api. Begitu kebaktian usai, Yanto pun ikut melangkahkan kaki pulang ke rumah.

Titik terang dalam hidup Yanto mulai terjadi suatu hari saat ia diajak saudaranya untuk ikut Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) di Yogyakarta. "Waktu itu saya agak ogah-ogahan untuk berangkat," kenangnya. Pada saat KKR berlangsung, seorang hamba Tuhan menunjuk Yanto dan berkata kalau Tuhan sangat mengasihinya. Saat itu Yanto masih saja cuek dan merasa gengsi alias belum mau untuk bertobat.

Suatu hari di tahun 2005, ada seorang hamba Tuhan lainnya yang berkunjung ke rumahnya. Pada saat itu Yanto didoakan secara khusus. "Saya merasakan ada sesuatu yang lain. Tiba-tiba saya menjadi sangat terharu dan ingin menangis tapi saya tahan. Ternyata tidak bisa juga dan akhirnya saya menangis sejadi-jadinya dan bisa merasakan kalau Tuhan sungguh mengasihi saya," ujar Yanto. Sejak hari itu, sukacita sejati semakin dirasakan Yanto dan terlebih ibunya. Ia mulai membuang satu per satu kebiasaan buruknya.

Jika teringat kisah pertobatan Yanto ini saya teringat nasihat dari Mother Teresa, "We think sometimes that poverty is only being hungry, naked and homeless. The poverty of being unwanted, unloved and uncared for is the greatest poverty. We must start in our own homes to remedy this kind of poverty." (Kita sering kali berpikir jika kemiskinan adalah lapar, telanjang atau tidak punya rumah. Kemiskinan yang sesungguhnya adalah tidak diinginkan, tidak dikasihi dan tidak diperhatikan. Kita harus memulainya dari rumah kita masing-masing untuk memperbaikinya.)

Kasih yang tulus dari sang ibu akhirnya membuahkan hasil. Benar kata orang bijak, kalau kasih sejati berasal dari rumah. Perasaan dikasihi oleh orang-orang terdekat di rumah membuat seseorang mampu membagikan kasih kepada sesamanya. Sebaliknya juga benar, kalau kebencian seringkali berasal dari rumah. Kebencian anak kepada orang tuanya (atau saudara yang lain yang tinggal serumah) seringkali membuat anak itu juga membenci orang lain di luar rumahnya.

Lihat bagaimana ibu Yanto tetap optimis melihat sang buah hatinya berproses. Persis ibu dari seorang pemuda lainnya, sebut saja Yudi. Terlahir dengan kondisi bibir sumbing membuat Yudi besar dengan perasaaan minder yang luar biasa. Suatu hari saat Yudi duduk di bangku sekolah dasar, sang ibu memanggil Yudi dan berbicara dari hati ke hati dengannya. "Nak, semua orang pasti punya kelebihan dan kekurangan," katanya. Sejak saat itu Yudi mulai belajar untuk menerima kekurangan dirinya dan secara perlahan rasa percaya dirinya mulai tumbuh. Kini, ia menjadi salah satu pemuda paling percaya diri yang saya kenal.

Deborah Waitley benar ketika berkata, "To love another is to look at the good." Ya, mengasihi seseorang berarti melihat kebaikan dalam diri orang tersebut. Sudahkah kita menyadari hal ini? Ketika kasih diwujudkan dalam kata dan perbuatan maka keajaiban-keajaiban hidup mulai terjadi. Amin. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar