Kamis, 16 April 2009

Maximize Your Talent



Maximize Your Talent (1)

A man's gift maketh room for him, and bringeth him before great men.
Proverbs 18:16 (NKJV)

Talenta. Kata ini seolah tidak akan pernah bisa dipisahkan ketika kita berbicara mengenai motivasi dan pengembangan diri. Talenta kerap dihubungkan dengan potensi diri, bakat dan ketrampilan yang dibutuhkan agar seseorang dapat meraih keberhasilan dalam hidup. Sebenarnya apa itu talenta? Menurut kamus Alkitab kata talenta berarti ukuran jumlah uang yang sangat besar nilainya, yaitu 6.000 dinar. Di Israel sekitar 2.000 tahun silam biasanya seorang pekerja harian akan diberikan upah kerja sebesar 1 dinar per hari. Dengan demikian jika seseorang diberikan 1 talenta itu ibarat ia diberikan bekal hidup (upah) untuk 6.000 hari ke depan atau sekitar 16 tahun.

Nampaknya konsep talenta sebagai potensi diri bersumber dari perumpaman Yesus seperti dikutip dari Matius 25:14-30 yaitu perumpamaan tentang talenta. Berikut kutipannya:

25:14 "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
25:15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
25:17 Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.
25:18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.
25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
25:22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
25:24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
25:25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
25:26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?
25:27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.
25:28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.
25:29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
25:30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

Ada begitu banyak pelajaran penting yang bisa kita petik dari perumpamaan di atas, antara lain:

1. Pemberian talenta adalah tanda kepercayaan (Matius 25:14).

Saya meyakini bahwa setiap manusia diberikan tugas khusus ketika ia berada di dunia ini. Dan untuk melaksanakan tugas khusus itu ia memerlukan bekal berupa talenta tertentu. Tuhan tidak pernah memberikan manusia sebuah tugas tanpa memberikan manusia tersebut kemampuan untuk melaksanakannya. Manusia adalah rekan sekerja Tuhan di dunia ini. Manusia adalah co-creator yang bersama-sama dengan Tuhan menciptakan kehidupan yang lebih baik di muka bumi ini atau dengan kata lain menghadirkan kerajaan Allah di dunia ini.

2. Setiap orang diberikan talenta sesuai dengan kesanggupannya (Matius 25:15).

Setiap manusia adalah unik, memiliki kelebihan sekaligus kekurangan masing-masing. Jika kita memperhatikan sebuah lift biasanya di dalam lift tersebut ada tulisan berapa kapasitas angkut lift tersebut yang dinyatakan dalam kilogram atau jumlah orang yang bisa diangkut. Nah, setiap manusia juga memiliki kapasitas tersebut. Kita patut bersyukur sebab Tuhan tahu dengan persis kapasitas kita masing-masing sehingga Ia mempercayakan sesuai dengan kesanggupan kita.

3. Pengembangan talenta adalah sebuah pilihan.

Dalam perumpamaan tentang talenta, kita melihat dengan jelas bahwa ada yang mengembangkannya (Matius 25:16-17) dan ada pula yang tidak mengembangkannya (Matius 25:18). Tuhan memberikan kita talenta namun di saat bersamaan Tuhan juga telah memberikan kepada kita kehendak bebas. Di dalam kehendak bebas ini termasuk kehendak untuk mengembangkan atau tidak mengembangkan talenta yang telah diberikan-Nya. Talenta itu ibarat otot yang jika tidak dilatih dan dikembangkan akan kendur. Ciri orang yang mengembangkan talenta adalah semakin hari ia akan semakin mahir dalam bidangnya dan semakin banyak orang yang diberkati oleh talenta yang ia kembangkan tersebut.

4. Pengembangan talenta memerlukan sebuah proses.

Dalam perumpamaan tentang talenta, kita melihat adanya rentang waktu antara pergi dan kembalinya sang tuan. Alkitab bahkan menegaskan ada rentang waktu yang lama (Matius 25:19). Rentang waktu ini dapat juga kita ibaratkan dengan rentang waktu hidup kita di dunia ini. Hidup memang hanya satu kali namun jika hidup yang hanya satu kali ini kita manfaatkan secara maksimal, maka hidup ini akan sungguh indah. Kita tidak akan mengakhiri hidup dengan penuh penyesalan karena tidak melakukan atau belum melakukan banyak hal-hal yang bermakna. Tentu untuk mengembangkan talenta diperlukan sejumlah pengorbanan. Kita harus mau berpikir, berperilaku dan bertindak secara tepat. Hamba yang menerima satu talenta dalam perumpamaan ini kelihatan termasuk orang yang tidak berani ambil risiko sehingga memilih untuk bermalas-malasan saja.

5. Pengembangan talenta akan melahirkan kesempatan promosi.

Ketika seseorang memutuskan untuk berkarir sebagai seorang professional, ia tentu berharap agar karirnya bisa terus berkembang dan suatu hari nanti ia akan dipromosikan ke jabatan baru yang lebih tinggi. Namun bagaimana seseorang dapat dipromosikan jika di posisi yang sekarang pekerjaannya tidak pernah beres? Misalnya target yang tidak pernah tercapai, kualitas kerja yang tidak konsisten atau bekerja tanpa mengindahkan peraturan perusahaan. Perumpamaan tentang talenta menekankan pentingnya kesetiaan terhadap apa yang telah dipercayakan pada kita saat ini, bukan saat nanti (Matius 25:20-23).

6. Pada akhirnya, setiap orang harus mempertanggungjawabkan talenta yang telah diterima secara pribadi.

Pada bagian akhir perumpaan talenta kita bisa melihat bagaimana sang tuan meminta pertanggungjawaban atas kepercayaan yang telah ia berikan kepada setiap hamba-Nya. Kita juga melihat ada reward and punishment yang diberlakukan secara bijaksana oleh sang tuan. Apa yang kita tabur akan kita tuai! Berbahagialah kita jika sedari dini kita telah menyadari hal ini dan mempraktekkannya sehingga akan tiba harinya kita dapat berdiri tegak dan berkata kepada-Nya, "Terima kasih Tuhan atas kepercayaan yang telah Engkau berikan. Biarlah Engkau senantiasa disenangkan oleh buah-buah kehidupan yang dihasilkan dari talenta yang Engkau karuniakan kepada saya."


---

Maximize Your Talent (2)

Sekarang mari kita bicara lebih jauh mengenai talenta dalam kehidupan setiap manusia. Untuk selanjutnya, kata talenta lebih saya maksudkan sebagai potensi diri. Secara pribadi, saya percaya bahwa setiap manusia memiliki talenta. Tentu setiap orang memiliki talenta yang berbeda-beda. Secara umum, talenta dapat kita bagi dalam tiga kelompok besar, yaitu:

1. Bakat alam (natural talent)

Bakat alam ini sudah dibawa sejak seseorang lahir ke dunia ini. Bakat alam seorang anak biasanya telah terlihat dengan jelas ketika ia masih kanak-kanak. Pernahkah Anda melihat seorang anak berumur tiga tahun yang suka sekali bernyanyi padahal ia belum fasih mengucapkan kata-kata dengan benar? Atau seorang anak kecil yang selalu dengan mudah menarik perhatian anak-anak lainnya (yang semula belum dikenalinya) jika berada di tempat umum?



2. Ketrampilan (skill)



Dalam hidup ini ada banyak sekali ketrampilan yang bisa kita pelajari, misalnya menyetir mobil, mengoperasikan sebuah mesin, atau menggunakan computer. Ketrampilan-ketrampilan seperti ini biasanya bisa kita dapatkan lewat proses pembelajaran, seperti lewat pengalaman pribadi, atau mengikuti kursus-kursus atau kita dibimbing oleh seorang mentor yang handal sehingga kita pun memiliki ketrampilan seperti mentor tersebut.

3. Karunia rohani (spiritual gift)

Berbeda dengan bakat alam dan ketrampilan, karunia rohani tidak kita bawa sejak lahir. Karunia rohani biasanya diberikan ketika seseorang sungguh bertobat dan menyerahkan hidupnya untuk melayani Tuhan. Ia tidak lagi mencari pujian untuk dirinya namun ingin menyatakan kebesaran dan kemuliaan Tuhan melalui karya nyata dalam hidupnya. Jika seseorang menerima karunia rohani dan terus mengembangkannya maka dampaknya akan sangat luar biasa dan sering di luar jangkauan pikiran manusia sebab Tuhan berkarya secara nyata. Ada beberapa buku yang secara detil membahas mengenai karunia rohani (dan memberikan alat bantu berupa tes untuk mengetahui karunia rohani), misalnya Understanding Your Spiritual Gifts (Dr. Bruno Caporrimo) dan Mengenal Karunia Roh Kudus (Kenneth E. Hagin).

Hambatan Penemuan Talenta



Meski setiap manusia diberikan talenta yang khusus namun terkadang sangatlah tidak mudah bagi seseorang untuk mengetahui secara jelas apa saja talenta dalam hidupnya. Barangkali itu pula sebabnya seorang remaja kerap mengalami kebingungan ketika ia akan memilih jurusan saat di Sekolah Menengah Umum (SMU) atau memilih jurusan ketika akan masuk perguruan tinggi. Terkadang baru pada saat usia lanjut seseorang bisa secara persis mengetahui talenta hidupnya.

Memang menemukan talenta itu tidak mudah bagi sebagian besar manusia. Berbagai macam tes, termasuk psikotes hingga tes minat dan bakat terkadang bisa membantu namun tidak selalu akurat. Di sisi lain ada sejumlah hambatan yang akan semakin mempersulit bagi seseorang untuk menemukan talentanya, seperti:

Tidak mau menerima diri apa adanya. Ada banyak hal dalam hidup ini yang bisa kita ubah namun ada juga hal yang tidak bisa kita ubah. Khusus untuk hal-hal yang tidak bisa kita ubah, kita harus menerimanya. Jika tidak, kita akan terus dilanda perasaan minder atau bahkan penghakiman terhadap diri sendiri. Sungguh, adalah sebuah langkah besar dan berani dalam hidup setiap manusia ketika ia mulai bisa melihat secara jelas kelebihan serta kekurangannya, kemudian berkomitmen untuk mengembangkan kelebihannya serta menerima kekurangannya. Saya selalu percaya, Tuhan tidak pernah menutup satu pintu tanpa Ia membuka pintu lainnya. Sayangnya, manusia kerap terpaku dan menangisi pintu yang telah tertutup itu sehingga ia tidak sempat melihat pintu lain yang telah dibukakan baginya.

Terus-menerus iri kepada orang lain. Barangkali Anda pernah melihat orang yang senantiasa memberikan komentar negatif terhadap prestasi yang diraih oleh orang lain. Komentar negatif ini bisa jadi timbul dari rasa iri. Ada yang berkata kalau iri adalah tanda tidak mampu. Menurut saya, itu tidak selalu benar. Bagi saya, iri justru merupakan tanda tidak bersyukur. Jika saja setiap manusia mensyukuri apa yang telah ia terima maka perasaan iri akan menjauh dari hidupnya. Justru ia semakin bisa bersukacita melihat keberhasilan orang lain.Jika seseorang senantiasa iri kepada orang lain maka energinya akan terbuang sia-sia dan ia tidak dapat melihat dengan jernih kesempatan yang menghampiri hidupnya. Orang yang iri, fokusnya berubah ke luar bukan ke dalam untuk melihat apa yang telah ia miliki (baik talenta maupun kesempatan yang terbuka baginya).



Terus-menerus meniru orang lain. Secara jujur harus saya akui bahwa saya juga pernah dihinggapi kecenderungan seperti ini sampai suatu hari seorang sahabat mengingatkan saya kalau tindakan itu akan menyabotase masa depan saya. Ya, saya harus menjadi diri saya yang terbaik. Bukan menjadi mesin fotokopi! Orang lain dapat menjadi sumber inspirasi bagi hidup saya namun saya tidak boleh menjiplak orang lain habis-habisan atau dalam istilah komputer copy paste. Sejak saat itu saya selalu mengukur perkembangan diri saya dengan diri saya di masa lalu. Apakah ada perkembangan diri saya ke arah yang lebih baik secara periodik (misalnya dari bulan ke bulan atau tahun ke tahun)?



Terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain. Yang saya maksudkan di sini adalah membandingkan diri dengan tujuan untuk menghina diri sendiri. Tentu ini bukan sikap yang bijaksana karena seringkali saya melihat orang membandingkan kelebihan orang lain dengan kekurangan dirinya. Sikap seperti ini hanya akan melahirkan perasaan minder berkelanjutan. Memang ada juga orang yang membandingkan diri dengan tujuan yang positif yakni agar memacu prestasi dirinya atau memotivasi dirinya menjadi lebih baik. Jika rumput tetangga kelihatan lebih hijau maka sudah saatnya kita merawat, menyiram dan memupuk rumput di halaman kita agar bisa sama hijau bahkan lebih hijau daripada rumput tetangga.

Terus-menerus hidup dalam kedagingan. Jika seseorang hidup hanya untuk memuaskan hawa nafsunya, ia tidak akan pernah peduli dengan lingkungan sekitarnya. Tidak hanya itu, bisa jadi ia juga tidak akan peduli akan masa depannya. Yang terpenting bagaimana ia bisa senang atau memuaskan hasrat hatinya dengan menghalalkan segala cara. Hidup semata-mata hanya untuk menyenangkan diri sendiri. Sebaliknya, kepekaan akan lingkungan sekitar kerap kali membuat seseorang disadarkan bahwa ia memiliki talenta untuk menjawab kebutuhan atau masalah yang ada. Misalnya, ada mahasiswa yang merasa prihatin ketika melihat banyak siswa sekolah dasar di sekitar lingkungan kostnya yang kesulitan dalam pelajaran matematika. Ia pun meluangkan waktu untuk memberikan kursus matematika gratis. Pada saat kursus berjalan, ia baru menyadari bahwa ia memiliki talenta sebagai guru.

Tidak bersedia melangkah dalam ketaatan kepada Tuhan. St. Agustinus berkata, "Iman artinya meyakini apa yang tidak kita lihat; dan upah dari iman adalah melihat apa yang kita yakini." Perjalanan iman saya dan begitu banyak orang mengajarkan kalau Tuhan tidak pernah memberikan semuanya sekaligus. Ketika Ia memberikan sebuah visi bagi seseorang, tentu akan timbul pergumulan mampukah orang tersebut mencapainya? Bagaimana dengan aneka sumber daya yang dibutuhkan agar visi tersebut digenapi? Jika seseorang hanya berpangku tangan maka tidak akan ada perubahan sama sekali. Ketaatan adalah kunci penggenapan visi dari Tuhan. Ketika ia melangkah, ia akan melihat banyak sekali keajaiban-keajaiban hidup terjadi. Segala yang dibutuhkan itu akan hadir pada waktu yang tepat.

Klik Disini untuk Melihat Profil Penulis

Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!


-- Maximize Your Talent (3)

Menemukan talenta adalah sebuah hal dan mengembangkannya adalah hal yang lain lagi. Tidak ada kepastian jika seseorang telah menemukan talentanya ia akan mengembangkannya juga. Bagi saya mengembangkan talenta adalah sebuah perjalanan yang menyenangkan karena kita bisa melihat sejauh mana hidup kita berarti dan bisa jadi kita akan terkagum-kagum pada diri kita sendiri.

Orang yang tidak mengembangkan talenta menurut saya adalah orang yang mencuri atau menyabotase dirinya sendiri, mencuri manfaat yang bisa didapatkan oleh orang lain dan mencuri kemuliaan Tuhan.

Sebagai ilustrasinya, bayangkan suatu hari saya berkunjung ke rumah Anda dan Anda menyuguhkan saya buah mangga yang manis dari kebun di belakang rumah Anda. Tak henti-hentinya dengan antusias Anda bercerita mengenai pohon mangga yang berbuah lebat di belakang rumah Anda. Pohon itu usianya sudah belasan tahun.

Saya kemudian penasaran lalu meminta ijin kepada Anda untuk membawa satu biji mangga pulang ke rumah. Tidak hanya itu, saya juga minta diberikan sedikit pengetahuan bagaimana cara menanam dan merawat pohon mangga tersebut. Di luar dugaan Anda begitu murah hati. Tidak hanya pengetahuan, Anda juga memberikan saya pupuk yang Anda pakai untuk pohon mangga Anda tersebut.

Dengan penuh antusias, keesokan harinya saya menanam biji mangga itu di halaman depan rumah saya. Semua aturan yang diberikan saya patuhi. Saya juga rajin menyiram dan memupukinya. Sayangnya bulan demi bulan berlalu dan biji mangga tersebut tidak juga tumbuh. Ternyata bij mangga tersebut dari awal telah bertekad untuk tidak mau tumbuh menjadi pohon. Bukankah ini berarti bahwa ia menyabotase sendiri potensi yang ia miliki?

Biji mangga itu memilih untuk mati sebagai biji mangga. Alhasil impian saya untuk mendapatkan sebuah pohon mangga yang berbuah lebat dan manis-manis hanya tinggal impian. Tadinya saya berpikir jika pohon mangga itu berbuah, saya tentu bisa membagikan buah-buah mangga itu kepada tetangga, saudara serta sahabat-sahabat saya. Ini adalah manfaat yang bisa saya dan orang lain rasakan jika biji mangga itu tumbuh dan berbuah. Sayangnya, manfaat itu tidak kami terima. Ini yang saya namakan mencuri manfaat yang bisa diterima sesama jika kita tidak mengembangkan talenta kita.

Di samping itu jika saja pohon mangga itu berbuah banyak dan manis-manis tentu saya sebagai pemiliknya akan bangga. Saya akan menerima pujian dari orang-orang yang menikmati betapa lezatnya buah mangga dari pohon saya. Bandingkan dengan talenta yang kita miliki sebagai pemberian Tuhan. Talenta tersebut adalah milik Tuhan dan jika kita dengan setia mengembangkannya, Tuhan akan dipermuliakan. Itulah sebabnya orang yang tidak mengembangkan talenta mencuri kemuliaan Tuhan.

Perjalanan Hidup Yang Sebenarnya

Pernahkah Anda berada di sebuah kota yang baru pertama kali Anda datangi dan Anda sama sekali tidak tahu seluk-beluk jalan di kota tersebut. Saat itu Anda sedang mencari Jalan Pahlawan dan entah beberapa kali Anda berjalan kaki mondar-mandir hingga kaki Anda terasa begitu pegal. Lalu Anda memutuskan untuk bertanya kepada orang di warung, di mana letak Jalan Pahlawan. Di luar dugaan, orang di warung tersebut mengatakan bahwa jalan ini alias jalan tempat Anda sekarang berada adalah Jalan Pahlawan.

Jika hal tersebut benar-benar Anda alami, bagaimana perasaan Anda? Pertama, Anda mungkin merasa jengkel karena dari tadi Anda sebenarnya sudah berada di jalan yang Anda cari. Namun yang kedua, Anda tentu merasa senang sebab pencarian panjang Anda telah berakhir.

Hal yang sama kerap terjadi dalam hidup ini. Bertahun-tahun hidup kita dihabiskan untuk menemukan di jalan mana semestinya kita berada. Terkadang pada saat tertentu kita merasa "kayaknya hidup saya bukan di sini, deh". Lalu kita memutuskan untuk banting setir dan mencari kehidupan lainnya, bentuknya bisa pekerjaan baru, memulai bisnis baru atau pindah jurusan pada waktu kuliah.

Pencarian seperti itu bisa berlangsung berkali-kali sampai suatu ketika kita merasa benar-benar cocok dengan pekerjaan yang kita geluti. Pada saat itu hati kita akan riang-gembira. Kita tidak lagi merasa terbeban ketika melakukan aktivitas tersebut. Saya menyebut ini sebagai momen eureka. Ya, eureka karena pencarian terbesar dalam hidup kita telah menemukan hasilnya.

Perjalanan hidup yang sesungguhnya barangkali baru kita mulai ketika kita tahu dengan pasti talenta yang kita miliki. Talenta yang kita miliki adalah bekal terpenting untuk menggenapi tujuan hidup kita di dunia ini. Tujuan itu sebenarnya sudah ada sejak kita diciptakan oleh-Nya.

Dengan menemukan talenta, hidup kita memiliki arah yang jelas. Kita tahu dalam area mana saja kita harus menfokuskan hidup kita. Kita akan lebih mudah menentukan prioritas dalam keseharian hidup kita sehingga kita tidak diombang-ambingkan ke sana ke mari.

Saya kerap mengatakan kalau seseorang ini perjalanan hidupnya memilki arti, ia harus menempuh tiga tahap penting, yakni:

1
Menemukan talenta yang telah diberikan Tuhan kepadanya (discover).
2
Mengembangkan talenta tersebut (develop).
3
Membagikannya bagi hidup sesama (distribute).

----

Maximize Your Talent (4)

Saya kerap mengatakan kalau seseorang ingin perjalanan hidupnya memiliki arti, ia harus menempuh tiga tahap penting, yakni:

1. Menemukan talenta yang telah diberikan Tuhan kepadanya (discover).

2. Mengembangkan talenta tersebut (develop).

3. Membagikannya bagi hidup sesama (distribute).

Sekarang mari kita bahas satu per satu dari tiga tahap penting tersebut.

DISCOVER

Tahap menemukan talenta merupakan tahap yang tersulit. Dibutuhkan kepekaan yang sangat tinggi, terutama dalam menjalani setiap momen kehidupan kita agar sedini mungkin kita bisa mengetahui talenta kita.

Berikut ini adalah sejumlah pertanyaan penuntun yang barangkali dapat membantu kita untuk lebih mengenal talenta kita.

· Kita bisa memulainya dari bidang yang benar-benar menarik minat kita sedari kita masih kecil. Apa saja mata pelajaran favorit kita sejak kecil? Apa saja hobi kita? Apa saja pekerjaan yang ketika kita melakukannya kita betul-betul menikmatinya sampai-sampai kita sering lupa waktu (misalnya lupa makan)?

· Kita juga bisa mengevaluasi perjalanan hidup kita dengan melihat prestasi-prestasi menonjol apa saja yang telah kita raih di masa lampau? Jika prestasi dalam bidang yang sama itu berkali-kali kita raih bisa jadi itu sungguh talenta kita.

· Kita juga bisa mengevaluasi diri kita sendiri dengan melihat dalam bidang apa saja rasa ingin tahu kita paling menonjol. Rasa ingin tahu yang mendalam biasanya akan mendorong seseorang untuk terus mendalami bidang tersebut sehingga tanpa disadari ia akan bertumbuh dalam bidang tersebut.

· Jika kita pernah gonta-ganti pekerjaan, kita bisa melakukan kilas balik dan bertanya kepada diri sendiri, dari semua pekerjaan tersebut, pekerjaan mana yang paling kita sukai? Pekerjaan mana yang kita paling efektif atau hasilnya paling bagus? Pekerjaan mana saja yang memberikan kepuasan tersendiri bagi kita? Terkadang perlu trial and error agar bisa sampai ke tempat yang tepat.

· Cobalah meluangkan waktu untuk merenungkan pendapat-pendapat orang lain mengenai apa yang kita kerjakan. Adakah komentar-komentar positif mengenai pekerjaan yang kita lakukan? Dalam bidang apa saja suara kita lebih didengarkan daripada suara orang lain? Ini bisa jadi merupakan bentuk konfirmasi langsung atas talenta kita.

· Jika sedang berbincang-bincang dengan orang lain, topik-topik pembicaraan apa saja yang paling menarik perhatian kita?

· Di tengah rutinitas kita, barangkali pernah beberapa kali kita diminta melakukan suatu pekerjaan yang melelahkan yang cukup menyita waktu kita. Barangkali pekerjaan tersebut sifatnya sukarela namun kita mau melakukannya dengan penuh sukacita. Pekerjaan apa saja itu?

· Dalam bidang pekerjaan atau aktivitas apa saja kita merasa menemukan makna hidup kita? Misalnya karena kita melihat pekerjaan kita memiliki arti penting bagi hidup sesama yang tidak bisa kita nilai dengan uang. Bisa jadi pekerjaan itu bernilai karena menjawab kebutuhan sesama yang tidak mungkin dipenuhinya sendiri.

· Barangkali ini agak konyol, namun jika suatu waktu dalam hidup ini kita diberikan satu masa untuk melakukan suatu hal yang tidak mungkin akan gagal, apa yang mau kita lakukan?

· Cobalah mengambil waktu yang cukup untuk berdoa dan bertanya kepada Tuhan mengenai kehendak-Nya bagi hidup kita masing-masing. Jalan ini memang tidak mudah namun sering kali adalah jalan yang paling efektif. Doa membuka banyak misteri bagi hidup manusia.

Dari pertanyaan-pertanyaan di atas, saya bisa menarik sebuah benang merah, yakni jika sebuah bidang pekerjaan sungguh merupakan talenta kita, akan terdapat beberapa ciri sebagai berikut:

1. Kita menyukai pekerjaan tersebut.
2. Kita mau melakukan pekerjaan tersebut meski tidak dibayar.
3. Kita merasakan kemudahan ketika melakukan pekerjaan tersebut.
4. Kita terus bertumbuh dalam pekerjaan tersebut.
5. Kita sering dipuji orang karena pekerjaan tersebut.
6. Kita bersemangat ketika membicarakan pekerjaan tersebut.
7. Kita sering lupa waktu ketika melakukan pekerjaan tersebut.
8. Kita merasa puas ketika melakukan pekerjaan tersebut.
9. Kita merasa bangga bisa melakukan pekerjaan tersebut.
10. Kita mudah mempengaruhi orang dalam (bidang) pekerjaan tersebut.



---

Maximize Your Talent (5)

Sekarang mari kita bahas bagaimana cara mengembangkan talenta.

DEVELOP

John C. Maxwell pernah berkata kalau kebahagiaan sama dengan pertumbuhan (happiness is growth). Manusia yang terus bertumbuh adalah manusia yang bahagia. Keluarga yang bertumbuh adalah keluarga yang bahagia. Perusahaan yang terus bertumbuh adalah perusahaan yang bahagia. Menurut saya itu sangat tepat!

Kehidupan menyediakan begitu banyak kesempatan kepada manusia untuk terus bertumbuh. Barangkali kita kurang menyadari bahwa setiap pagi ketika kita bangun pagi kita selalu mempunyai peluang menjadi orang yang lebih baik daripada hari yang telah lewat.

Pertumbuhan bukanlah sesuatu yang otomatis terjadi seiring bertambahnya usia atau pengalaman seseorang. Pertumbuhan yangs sejati selalu diawali dengan komitmen untuk bertumbuh. Kitalah orang yang paling bertanggung jawab bagi pertumbuhan pribadi kita masing-masing.

Pertumbuhan akan membuat talenta yang kita miliki terus berkembang sehingga kita tidak perlu jadi orang yang sama dari waktu ke waktu. Berikut ini ada beberapa langkah yang dapat membantu kita semua untuk mengembangkan talenta kita:

1. Terus mengasah talenta kita dengan terus belajar

Diakui atau tidak, rasa puas diri terkadang membuat seseorang berada di zona nyaman dan tidak mau lagi berubah. Agar hal itu tidak terjadi pada kita, biasakan diri kita untuk selalu lapar dan haus akan hal-hal baru. Terus terang, secara pribadi terkadang saya agak jenuh juga membaca buku-buku pengembangan diri karena sudah lebih dari 500 buku saya lahap. Terkadang ketika membaca sebuah buku, hampir sebagian besar isinya saya sudah tahu namun saya tidak membaca buku tersebut dengan tujuan untuk mencari apa yang sudah saya tahu melainkan saya mencari hal-hal baru yang sama sekali belum saya ketahui. Terkadang buku yang saya baca itu juga bisa menjadi reminder yang sangat baik.

Jika kita memiliki semangat untuk terus belajar, carilah buku-buku yang dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kita. Rajin-rajinlah ke toko buku atau perpustakaan. Ikuti berbagai pelatihan yang kiranya dapat membantu kita bertumbuh. Investasikan waktu dan dana kita. Ingat, tidak ada sukses tanpa pengorbanan. Pertumbuhan hari ini akan menjamin hari esok yang lebih baik.

2. Komunitas tumbuh bersama

Bergaullah dengan orang-orang yang memiliki talenta yang sama dengan kita sehingga bisa saling belajar, saling memotivasi atau sekedar saling bertukar informasi. Teknologi yang semakin canggih tentu akan sangat membantu karena kita dapat membentuk komunitas itu melalui dunia maya atau internet. Bergabunglah dengan mailing list yang anggotanya memiliki minat yang sama dengan minat yang kita miliki.

Juga perlu kita ingat bahwa tidak ada komunikasi yang lebih efektif daripada komunikasi tatap muka. Oleh sebab itu secara berkala bertemulah dengan orang-orang tersebut.

3. Mentoring

Setelah menemukan talenta kita, carilah juga mentor untuk membantu kita bertumbuh. Seorang mentor adalah seorang yang telah mencapai hal yang baru ingin kita capai atau ia telah memiliki kualitas-kualitas tertentu yang ingin kita miliki. Kita bisa belajar dari pengalaman, pengetahuan serta yang terpenting hikmat yang telah didapatkannya dari perjalanan hidup. Kunjungi mentor kita secara teratur atau undanglah ia makan. Sebelum itu, persiapkanlah hal-hal yang ingin Anda tanyakan dan diskusikan. Anda bisa menuliskan di sebuah buku dan jadikan buku tersebut buku mentoring Anda. Hal-hal penting dari mentor juga bisa Anda catat di buku tersebut.

Seorang teman bahkan memiliki kebiasaan yang sangat unik dan terbilang langka. Jika ia bertemu seseorang yang dianggapnya ahli, ia selalu berusaha agar belajar sesuatu. Nah, poin-poin yang dipelajarinya akan diketiknya, diprint dan dijadikan bahan untuk pengembangan diri. Kebiasaan itu telah dilakoninya sejak usia mahasiswa. Kini, ia telah menjadi seorang pengusaha sukses.

Jangan mencari satu mentor yang sempurna karena kita tidak akan pernah menemukannya. Carilah beberapa mentor sekaligus. Misalnya secara pribadi saya memiliki mentor dalam bidang rohani, bisnis, kreativitas, kepemimpinan, pemasaran, dsb.

Yang juga penting adalah binalah hubungan baik dengan sang mentor. Artinya jangan hanya menghubungi dia jika kita butuh. Ada saatnya kita harus menunjukkan kepedulian kepada mentor. Misalnya mengunjunginya saat ia sakit, memberikan hadiah kecil atau sekedar menelpon untuk menyapa dan mengucapkan selamat ulang tahun. Turutlah bersukacita bersama mentor Anda ketika ia bersukacita dan berikan penghiburan ketika ia sedang bersusah hati. Ingat, mentor juga manusia yang punya hati dan keinginan untuk senantiasa dikasihi.

Selain mencari mentor, ada baiknya juga kita menjadi mentor bagi mereka yang membutuhkan. Kalau kita membagikan apa yang kita ketahui kepada orang yang tepat, kita akan semakin terampil dalam bidang tersebut, semakin bijaksana dan semakin dihormati. Sebuah lilin tidak akan pernah kehilangan cahayanya ketika ia membagikan cahayanya kepada lilin yang lain. Bagi saya melihat orang lain bertumbuh karena saya adalah sebuah sukacita besar. Bagaimana dengan Anda?

4. Milikilah mitra akuntabilitas

Perjalanan hidup mengajarkan saya betapa ngerinya kultus individu. Dengan jelas kita bisa melihat banyak pemimpin jatuh karena tidak lagi memiliki orang di sekelilingnya yang berani memberikan masukan atau kritik yang sifatnya membangun. Para pemimpin tersebut dianggap sakti atau manusia yang serba sempurna.

Mitra akuntabilitas adalah orang yang mengasihi kita dan berani menegur kita secara terbuka jika kita melakukan kesalahan. Bisa jadi mereka ini adalah orang paling dekat dengan kita, seperti suami, isteri, saudara atau sahabat-sahabat dekat kita. Apakah Anda memiliki seseorang yang berani berkata, "Kamu salah, harusnya kamu ngga begitu. Harusnya kamu begini..." Bisa jadi itu mitra akuntabilitas dalam hidup Anda. Bersyukurlah kepada Tuhan untuk kehadiran orang tersebut karena ia ibarat alarm peringatan atau lampu merah dalam hidup Anda.

Yesus pernah berkata, "Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu (Lukas 6:26)." Tanpa kita sadari terkadang pujian yang datang terus-menerus dari orang-orang di sekeliling kita akan membuat kita besar kepala dan lupa diri.

5. Kembangkan sikap mental positif

Sikap adalah sebuah pilihan. Sikap adalah bagaimana kita berpikir atau merespon sesuatu. Peristiwa yang sama bisa direspon secara berbeda oleh dua orang, itulah sikap.

Ada beberapa cara praktis agar kita dapat senantiasa menumbuhkan sikap mental positif dalam hidup kita, yaitu: baca buku-buku yang positif (terutama firman Tuhan), bergaullah dengan orang-orang yang positif, senantiasa bersyukur, luangkan waktu untuk melayani orang lain yang membutuhkan, ucapkan hal-hal positif kepada diri kita sendiri, bersikap hati-hati dan bijaksana terhadap masukan-masukan negatif (seperti kritikan tajam karena tidak semua orang mengkritik kita dengan motif untuk membantu kita bertumbuh).


----
Maximize Your Talent (6)

Kali ini saya masih ingin membagikan tip bagaimana cara mengembangkan talenta.

1. Bangun impian kita berdasarkan talenta kita

Jika kita tidak tahu tempat tujuan kita, bagaimana kita bisa sampai ke sana. Dalam hidup ini saya melihat banyak anak muda yang menjalani hidupnya dengan bersantai-santai hingga mudah putus asa karena tidak lagi memiliki impian akan masa depannya.

Sebagai seorang penulis, saya tentu memiliki impian untuk terus menulis dan menghasilkan buku. Bahkan, pada saat saya menulis buku ini, dalam pikiran ini saya telah memimpikan untuk menulis dua buku lagi. Impian itulah yang memberikan saya energi atau semangat untuk mengarungi hidup yang penuh tantangan ini.

2. Senantiasa memberikan yang terbaik

Seorang sahabat menasehati saya untuk selalu melakukan yang terbaik setiap saat. Ketika saya tanyakan alasannya, ia bekata, "Kalau kamu senantiasa melakukan yang terbaik, kamu tidak akan pernah menyesali hidupmu."

Memang terkadang ketika saya mengerjakan sesuatu, saya merasa pekerjaan saya kurang dihargai. Terkadang saya merasa reward yang saya terima tidak sebanding dengan pengorbanan yang telah saya lakukan. Namun saya mencoba untuk tetap tegar karena saya sepenuhnya sadar Tuhan menghargai apa yang saya lakukan ketika saya mempersembahkan semuanya itu untuk kemuliaan nama Tuhan. Ketika saya melihat ada begitu banyak orang yang diberkati lewat hidup dan karya saya, saya kemudian disadarkan bahwa tindakan untuk senantiasa memberikan yang terbaik adalah sebuah wujud nyata dari tekad untuk memberkati hidup sesama.

3. Kembangkan disiplin harian

Pepatah mengatakan disiplin beratnya berkilo-kilo namun penyesalan beratnya berton-ton. Disiplin artinya kita tetap melakukan sesuatu yang harus kita lakukan, tidak peduli kita menyukainya atau tidak.

Banyak anak muda yang ketika bertemu dengan tokoh-tokoh terkenal merasa kagum akan prestasi tokoh tersebut. Mereka ingin seperti tokoh tersebut, tapi yang mereka inginkan adalah apa yang diraih tokoh tersebut saat ini. Mereka belum tentu mau melakukan hal-hal yang telah dilakukan tokoh-tokoh tersebut di masa lalu.

Misalnya saya pernah mendengar kisah seorang gitaris handal yang sejak berusia remaja telah mendisiplinkan dirinya untuk berlatih bermain gitar setidaknya 3 jam satu hari. Atau seorang pegolf terkenal yang tangannya harus berdarah-darah ketika ia berlatih dengan tekun. Disiplin memang selalu membawa hasil yang baik!

4. Evaluasi berkala perkembangan kita

Jika di dunia pendidikan formal ada rapor yang dikeluarkan setiap semester untuk memperlihatkan perkembangan belajar siswa, maka dalam pengembangan talenta kita juga seharusnya meniru hal yang sama.

Bentuknya tidak selalu rapor namun ada waktu yang kita luangkan secara khusus, baik secara pribadi atau bersama mentor untuk mengevaluasi kemajuan kita. Evaluasi ini untuk mengetahui kekurangan yang masih harus kita perbaiki ke depannya.

5. Andalkan Tuhan senantiasa

Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah (Yeremia 17:7-8).

Saya juga melihat banyak orang yang begitu mengandalkan kekuatan diri sendiri, terutama kekuatan pikiran yang seolah-olah tampak sukses di luar namun mengalami banyak kepincangan dalam aspek kehidupan lainnya. Ada yang hatinya kosong meski bergelimang harta hingga yang keluarga hancur berantakan.

Jadikan Tuhan sebagai sahabat, rekan kerja dan penolong kita. Satu yang saya tahu dan itu pasti: jika Tuhan di pihak Anda, tidak ada seorang pun dapat menghalangi Anda menuju masa depan penuh harapan.


----

Maximize Your Talent (7)

Sekarang saya ingin mengajak kita berbicara mengenai cara membagikan talenta kita.

DISTRIBUTE

Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah (1 Petrus 4:10). Kita bukanlah pemilik sesungguhnya (owner) dari talenta kita melainkan kita adalah pengurus (steward) dari talenta yang dipercayakan Tuhan kepada kita.

Setelah kita menemukan dan mengembangkannya, akan sangat baik jika talenta tersebut kita bagikan kepada sesama kita agar sungguh menjadi berkat bagi hidup mereka. Sebagus apa pun sebuah kapal pesiar, ia tidak akan berguna jika ia hanya bersandar di pelabuhan. Secanggih apa pun sebuah pesawat tentu akan sia-sia jika ia hanya diparkir di landasan pacu.

Apakah setelah kita membagikan talenta kita, kita boleh berhenti mengembangkannya? Tentu saja tidak! Semakin kita berkembang, semakin banyak orang yang bisa diberkati melalui hidup dan karya kita. Itulah sebabnya saya berkomitmen untuk terus bertumbuh agar semakin banyak pula berkat Tuhan yang bisa disalurkan melalui hidup saya.

Membagikan talenta secara garis besar dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama secara individu. Cara ini memang baik namun memiliki dampak yang terbatas. Bandingkan dengan cara kedua, yaitu jika kita membagikannya dalam bentuk tim. Bergandengan tangan dengan orang lain yang memiliki visi yang sama, kepedulian yang sama, talenta yang sama atau pun talenta yang berlainan namun dapat saling melengkapi, akan membuat usaha kita jauh lebih efektif.

Yang juga tidak boleh kita lupakan ketika pujian-pujian mulai berdatangan atas hasil karya kita, sebaiknya kita tetap rendah hati dan mengembalikan semuanya itu untuk kemuliaan nama Tuhan: Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Roma 11:36). Amin. ***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar