Selasa, 14 April 2009

Isi Dompet dan Cara Kelola Uang





Merek dompet bisa saja bicara soal status sosial Anda. Tapi bagaimana Anda mengelola keuangan tecermin dari isinya.

Ok, sekarang ini zamannya serba kartu. Punya kartu kredit lebih dari lima bukan lagi pertanda kita mampu. Boleh saja Anda punya banyak kartu, tapi tak perlu selalu membawa semuanya. Cukup bawa dua untuk berjaga-jaga. Lebih aman dan terkendali.

Dompet yang rapi bicara tentang seseorang yang sistematis, pandai mengelola keuangan dan efesien. Bagaimana dengan dompet yang penuh dengan bon dan struk? Hmm... ini dompet atau tempat sampah? Dompet yang terlalu penuh bakal menyulitkan hidup. Mulailah untuk lebih sering men-detox isi dompet Anda dan tinggalkan hal-hal yang tidak perlu.

Menurut perhitungan, limit kartu kredit Anda nyaris mentok. Toh, Anda masih nekat menggunakannya juga. Siapa tahu lolos, begitu pikir Anda. Voila! Transaksi berjalan mulus. Doa Anda terkabul.

Maaf, ini bukan perkara doa. Bukan pula karena kemurahan hati penerbit kartu kredit. Yang terjadi sesungguhnya adalah Anda melakukan transaksi yang menyebabkan over limit dan penerbit kartu dengan senang hati meloloskannya dengan ganjaran biaya over limit di kemudian hari. Penerbit kartu happy, Anda rugi.

Masih enjoy dengan banyak kartu kredit? Belajarlah bijaksana menyikapi pengeluaran Anda.


--

Penghasilan Tidak Pernah Cukup

Aduh..gaji cuma numpang lewat aja nih ! kalimat ini sepertinya tidak asing bukan? Kita mungkin secara tidak sadar pernah mengucapkannya atau paling tidak pernah terlintas di pikiran atau mendengar teman-teman Anda mengucapkan kalimat ini. Anehnya kalimat ini seringkali terucap pada saat belum lama orang gajian. Orang sering mengeluh karena penghasilannya dirasa terlalu kecil sehingga tidak memiliki cukup uang untuk beli ini itu. Biasanya kalau sudah begitu orang menuding kenaikan harga-harga sebagai biang keladi gaji yang tak pernah cukup. Mulai dari sembako sampai barang kebutuhan sehari-hari lainnya seperti susu, pasta gigi, sabun, mi instant, bahkan baju, sepatu, dan kosmetik, semuanya merambat naik. Belum lagi kenaikan tarif telpon, listrik, air, atau biaya transportasi, yang semakin membuat pengeluaran Anda membengkak. Jangan lupa lho, biaya pendidikan anak-anak berikut buku-buku pelajaran sekolahnya juga rajin sekali naik tiap tahunnya.

Masalahnya, belum tentu kenaikan harga-harga ini selalu diimbangi dengan kenaikan penghasilan kita, bahkan tidak jarang yang terjadi adalah sebaliknya. Namun kenaikan harga-harga bukanlah satu-satunya penyebab gaji yang tidak pernah cukup. Sebab ada juga orang yang merasa penghasilannya tidak pernah cukup, tidak perduli sudah berapa kali kenaikan gaji yang diterimanya. Mungkin Anda sendiri pernah mengalaminya, dimana pernah menarik ratusan atau puluhan tibu rupiah dari ATM kemudian menyimpannya di dompet dan tiba-tiba menyadari tidak berapa lama setelahnya uang Anda di dompet sudah hampir habis? Anda mungkin sudah tidak ingat lagi untuk apa saja uang itu dibelanjakan.

Jika Anda berusaha mengingatnya, yah....kemungkinan besar paling-paling habis untuk beli majalah,koran, secangkir capucino, beli makanan kecil, atau rokok. Belanjaan kecil-kecil seperti tanpa disadari kalau kita kumpulkan jumlahnya besarnya juga. Padahal jika kita mengeluarkan uang setiap hari untuk belanjaan kecil, maka kalikan saja dengan jumlah hari dalam setahun. Saya yakin Anda akan terpukau melihat berapa besarnya jumlah yang Anda belanjakan untuk belanjaan kecil. Itu baru belanjaan kecil, belum lagi biaya berlangganan TV kabel, baju-baju yang Anda beli saat diskon tapi belum sempat dipakai, iuran keanggotaan fitness, dan lain-lain. Rasanya semakin hari semakin sulit membedakan keinginan dan kebutuhan disebabkan tuntutan gaya hidup yang sulit dipuaskan.

Mengapa antara penghasilan dan pengeluaran kita seringkali seperti berlomba - lomba mengalahkan siapa yang paling besar? Padahal rasanya kita tidak pernah belanja berlebihan atau sengaja menghambur-hamburkan uang. Biasanya yang terjadi adalah saat penghasilan kita bertambah maka kita terdorong untuk berbelanja lebih banyak lagi. Akibatya sama saja, berapapun kenaikan penghasilan kita selalu saja tidak pernah cukup. Nah.. apa yang harus kita lakukan agar seberapapun penghasilan yang kita miliki bisa mencukupi kebutuhan kita dan bisa membantu kita mencapai tujuan keuangan lainnya.

Kenali Penyebab Tidak Cukupnya Penghasilan Kita
Mari kita analisa dulu apa saja penyebabnya yang membuat penghasilan kita serasa tidak pernah cukup.

1. Kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi. Setiap tahun harga barang dan jasa-jasa mengalami kenaikan secara alamiah, yang bisa kita kenal dengan inflasi. Akibatnya dengan jumlah uang yang sama kita tidak lagi bisa mendapatkan atau membeli barang dan jasa sebanyak sebelumnya, sebab nilai uang jadi menurun. Masalahnya jika penghasilan kita tetap atau jika kenaikan penghasilan kita tidak sebesar kenaikan harga barang dan jasa, sudah pasti penghasilan kita tidak cukup. Apalagi jika sudah didera inflasi ditambah lagi kebutuhan kita terhadap barang dan jasa terus meningkat namun penghasilan kita tidak bertambah, bisa-bisa kita mengalami penurunan kesejahteraan hidup.

2. Menganut gaya hidup di luar kemampuan finansial, merupakan sumber dari hampir seluruh masalah keuangan keluarga. Penyebab utama defisit biasanya dipicu sifat boros sehingga membuat kita belanja diluar anggaran. Selain itu kita juga perlu waspadai beberapa pos pengeluaran yang sering jumlahnya terlalu besar seperti tagihan telpon, busana & aksesoris, barang- barang elektronik, hadiah dan sumbangan. Percaya atau tidak, kebanyakan dari pengeluaran itu sebenarnya tidak wajib. Misalnya, ngobrol di telpon selain tidak wajib juga bisa membuat tagihan telpon membengkak. Beli baju baru tidak harus sebulan sekali, mungkin bisa 2 bulan sekali.

3. Hutang dengan sistem bunga berbunga. Tagihan kartu kredit yang dibayar minimal saja akan membuat tagihan kita membengkak. Belum lagi kalau kita terlambat membayarnya, sudah pasti terkena biaya keterlambatan. Barang kreditan dengan cicilan ringan juga terkadang membuat kita terlena, tanpa disadari pengeluaran bulanan jadi besar karena terlalu banyak mengambil barang kreditan. Begitu juga dengan cicilan bulanan hutang jangka panjang seperti kredit rumah atau mobil. Dengan maksud ingin buru-buru secepatnya melunasi hutang, maka orang seringkali memaksa mengambil jangka waktu kredit yang pendek namun cicilannya besar. Padahal jika total cicilan hutang bulanan terlalu besar, akibatnya penghasilan kita mungkin tidak cukup untuk membayar kebutuhan rumah tangga lainnya.

4. Pengeluaran tak terencana. Belum lagi kalau ada saudara dekat yang pinjam uang, sumbangan uang untuk perkawinan, atau membelikan hadiah untuk seseorang yang berulang tahun, walaupun sesekali namun nampaknya karena budaya kekerabatan kita dekat ditambah lagi teman-teman Anda juga banyak mau tidak mau setiap bulan tanpa direncanakan harus keluar uang untuk ini.

Jurus Ampuh Agar Penghasilan Kita Cukup
Setelah mengenal berbagai penyebab tidak cukupnya penghasilan kita, maka saatnyalah kita mencari obat penyembuhnya. Tiga jurus ampuh berikut ini bisa di praktekkan untuk mengatasi penghasilan yang tidak pernah cukup, dan lebih dari itu bisa juga membantu Anda mengembangkan dan menambah harta kekayaan Anda.

Jurus Ampuh 1 : Mulailah Kebiasaan Berinvestasi
Tidak banyak yang bisa kita lakukan untuk mengalahkan inflasi, karena inflasi terjadi secara alami dan di luar kemauan kita. Inflasi selain bisa membuat kita defisit, juga bisa menggerogoti harta kekayaan kita jika tidak membuatnya berkembang biak ke dalam produk investasi yang returnnya lebih tinggi dari asumsi tingkat bunga inflasi. Karena itu milikilah anggaran untuk investasi agar hasil keuntungan hasil investasi bisa menambah penghasilan kita. Mulailah dengan menghidupkan kebiasaan menabung sebesar minimal 10% dari penghasilan kita dan terus ditingkatkan jumlahnya sejalan dengan kenaikan penghasilan kita dan biasakanlah membayar tabungan kita dahulu sebelum membayar keperluan lainnya.

Jurus Ampuh 2 : Biasakan Untuk Membuat Anggaran Belanja Bulanan.
Tidak peduli berapapun penghasilan kita baik besar maupun kecil, memiliki anggaran belanja bulanan sangat penting karena akan membuat pengeluaran kita lebih terkendali. Kuncinya adalah membuat anggaran pengeluaran lebih kecil dari penghasilan, dan biasakan berbelanja hanya sebesar jumlah yang sudah dianggarkan saja. Dengan mematuhi anggaran yang kita buat sendiri, kita tetap bisa berbelanja tanpa mengalami defisit. Dengan anggaran juga kita bisa memilah mana pos pengeluaran wajib dan mana yang tidak wajib. Tidak perlu menghilangkan pengeluaran tidak wajib jika tidak mau, namun karena tidak wajib kita bisa lebih leluasa untuk menguranginya. Karena itu belajarlah untuk membedakan mana pengeluran yang wajib, mana yang tidak wajib, mana keinginan dan mana kebutuhan.

Jurus Ampuh 3 : Batasi Cicilan Hutang Bulanan
Kewajiban cicilan hutang bulanan seperti cicilan rumah, cicilan mobil, cicilan barang kreditan, dan cicilan hutang kartu kredit, jika di total semuanya sebaiknya tidak melebihi 30 % dari penghasilan bulanan. Dengan demikian 70% sisanya dari penghasilan kita dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan hidup lainnya dan juga investasi. Semakin kecil porsi hutang kita (kurang dari 30% ), maka akan semakin besar sisa penghasilan bulanan yang menganggur yang bisa dimasukkan ke investasi, sehingga akan semakin baik pula kondisi keuangan kita.

Jurus Ampuh ke 4 : Miliki Dana Cadangan
Untuk mengatasi pengeluaran yang tidak terduga dan tidak terencana, sebaiknya memang tidak mengambil dari gaji rutin Anda. Sebab gaji rutin memang diperuntukkan untuk pengeluaran yang rutin juga. Sedangkan untuk pengeluaran rutin, sebaiknya diambil dari Dana Cadangan. Dana cadangan ini bisa berbentuk sejumlah uang yang Anda simpan direkening di bank, sehingga Anda bisa mengambilnya dengan cepat saat terjadi keperluan mendadak. Bentuklah dana cadangan minimal tiga kali pengeluaran Anda perbulan.

Namun jika penghasilan Anda tidak rutin atau penghasilan anda belum stabil maka sebaiknya dana cadangan yang dibentuk lebih besar lagi, misalnya 6 kali pengeluaran keluarga per bulan. Jika saat ini Anda sudah memiliki sejumlah dana tertentu sesuai dengan kebutuhan jumlah minimal Dana Cadangan maka pisahkan dana ini ke dalam sebuah rekening tersendiri. Jika Anda sama sekali tidak mempunyai simpanan uang tunai, maka segeralah berusaha menyisihkan minimal 10% secara rutin setiap bulannya dari gaji Anda.

Jika sudah tercapai sejumlah Dana Cadangan yang ditargetkan, maka Anda bisa berhenti membentuk Dana Cadangan, dan kegiatan setoran rutin tabungan tadi bisa dialihkan ke dalam produk investasi yang returnnya lebih tinggi. Jika sewaktu-waktu Dana Cadangan terpakai, maka segeralah isi kembali, sampai sejumlah target Dana Cadangan nya tercapai.


---

Tidak Ada Alasan untuk Tidak Menabung


Siapa, sih, yang tak ingin punya tabungan? Saya juga mau, kok, menabung. Masalahnya, uang saya habis terus...
Belum lagi anak-anak minta dibelikan sepatu...
Saya kan juga perlu beli ini dan itu...
Ah, saya memang enggak berbakat mengelola uang...
Kata-kata tersebut diatas mungkin akrab di telinga Anda, atau mungkin Anda sendiri yang mengalaminya. Anda ingin sekali bisa menabung, tapi dalam prakteknya, hal itu sulit dilakukan. Anda selalu kehabisan uang di akhir bulan sehingga tidak bisa menabung. Apakah Anda tergolong orang yang seperti itu?

Jangan kecil hati. Semua orang hampir pasti akan mengalaminya. Menabung (melakukan investasi secara rutin) seringkali dilakukan untuk berbagai macam tujuan. Namun demikian, apabila Anda menyisihkan uang secara rutin, maka uang yang Anda kumpulkan tersebut bisa sangat bermanfaat.

Seseorang yang memiliki penghasilan sebesar Rp 1 juta per bulan, misalnya, setelah setahun menabung hanya memiliki saldo rekening Rp 200 ribu di rekeningnya. Setelah ditanya kenapa jumlah saldo rekeningnya cuma sebesar itu setelah bekerja setahun, ia mengatakan penghasilannya sering habis dipakai dalam sebulan. Jadi, ia tidak bisa menabung. Sebetulnya, kalau ia mau menabung sebesar Rp 100 ribu saja setiap bulan, maka pada akhir tahun ia sudah akan memiliki jumlah saldo rekening sebesar Rp 1,2 juta, plus bunganya. Apakah situasi seperti ini cukup akrab di telinga Anda? Atau, apakah Anda juga mengalaminya?

Meningkatkan dan Menekan

Saya akan beberkan satu cara buat Anda. Kalau selama ini Anda selalu membelanjakan dulu uang Anda sehingga selalu kehabisan uang untuk ditabung, kenapa sekarang Anda tidak membalik proses itu?

Ketika Anda mendapatkan gaji Anda pada tanggal 25, sisihkan dulu sebagian uangnya untuk Anda tabung, baru kemudian sisanya dibelanjakan. Bila itu Anda lakukan secara rutin, maka setelah setahun, Anda sudah akan memiliki simpanan dalam jumlah besar. Bila Anda melakukan hal itu, maka Anda tidak ada alasan lagi bagi Anda untuk tidak menabung. Yah, mungkin saja uang yang bisa Anda belanjakan jadi berkurang. Tapi itulah konsekuensinya: Anda perlu memiliki sejumlah dana sebagai cadangan untuk masa depan Anda.

Sebagai contoh, penghasilan Anda tadinya adalah Rp 1 juta per bulan. Tadinya, Anda biasa membelanjakan Rp 1 juta tersebut sampai habis. Sekarang, dengan Anda menabung Rp 100 ribu per bulan di muka, maka total pengeluaran Anda cuma tinggal Rp 900 ribu per bulan. Bila Anda merasa jumlah itu tidak cukup, maka Anda harus melakukan satu diantara tiga pilihan dibawah ini:

1. Meningkatkan pendapatan Anda. Dalam contoh di atas, pendapatan Rp 1 juta ditingkatkan menjadi Rp 1,1 juta. Dengan Anda tetap menabung Rp 100 ribu, maka pengeluaran Anda bukan lagi Rp 900 ribu, tapi kembali menjadi Rp 1 juta.
2. Menekan pengeluaran Anda. Dalam contoh di atas, Anda bersedia untuk menekan pengeluaran Anda yang tadinya Rp 1 juta menjadi Rp 900 ribu saja.
3. Melakukan keduanya, yakni meningkatkan pendapatan sekaligus menekan biaya hidup. Dalam contoh di atas, Anda bisa meningkatkan pendapatan Anda menjadi Rp 1,1 juta, dan menekan pengeluaran Anda menjadi Rp 900 ribu. Dengan demikian, Anda malah memiliki selisih yang lebih besar lagi untuk ditabungkan!

Terserah Anda, mana dari ketiga cara tadi yang hendak Anda pilih. Yang paling penting, Anda harus membiasakan diri untuk menabung. Dalam hal ini, apabila Anda mengalami kesulitan untuk menabung karena alasan selalu kehabisan, maka Anda bisa menabung di muka begitu Anda mendapatkan penghasilan. Ingat selalu: Anda perlu dana cadangan untuk masa-masa yang terduga kelak.

Kemana Menabung?

Ada banyak pilihan yang bisa Anda gunakan sebagai tempat menabung. Salah satu tempat menabung yang paling populer bagi orang Indonesia adalah tabungan di bank. Kelebihan tabungan adalah bahwa dana dalam tabungan bisa diambil kapan pun Anda inginkan. Kelemahan tabungan adalah bahwa pada saat ini, umumnya tabungan di bank hanya memberikan bunga yang kecil.

Selain itu, Anda mungkin juga bisa menabung dengan membeli emas. Bila Anda menabung sebesar, katakan, Rp 200 ribu per bulan, Anda mungkin bisa membeli emas yang jumlahnya sesuai dengan nilai uang yang Anda tabungkan. Pada saat ini, banyak tersedia koin emas yang bisa dibeli dengan jumlah satu gram saja.

Sebagai alternatif, Anda bisa juga menabung ke dalam bentuk investasi seperti Reksa Dana. Reksa Dana adalah sebuah bentuk investasi dimana uang yang Anda tabungkan akan dikelola oleh sebuah tim Manajer Investasi untuk diinvestasikan ke dalam berbagai macam produk investasi. Untuk bisa berinvestasi dalam Reksa Dana, bisa dimulai dengan jumlah persyaratan dana minimal sebesar Rp 100 ribu.

Jelas, ada beberapa pilihan bila Anda hendak menabung. Kenapa tidak memulainya?

The power of words...
A group of frogs were traveling through the woods, and two of them fell into a deep pit. When the other frogs saw how deep the pit was, they told the two frogs that they were as good as dead.


The two frogs ignored the comments and tried to jump up out of the pit with all their might. The other frogs kept telling them to stop, that they were as good as dead. Finally, one of the frogs took heed to what the other frogs were saying and gave up. He fell down and died.


The other frog continued to jump as hard as he could. Once again, the crowd of frogs yelled at him to stop the pain and just die.


He jumped even harder and finally made it out. When he got out, the other frogs said, "Did you not hear us?"


The frog explained to them that he was deaf. He thought they were encouraging him the entire time.



This story teaches two lessons:


1. There is power of life and death in the tongue. An encouraging word to someone who is down can lift them up and help them make it through the day.


2. A destructive word to someone who is down can be what it takes to kill them.


Be careful of what you say. Speak life to those who cross your path. The power of words...


it is sometimes hard to understand that an encouraging word can go such a long way.


Anyone can speak words that tend to rob another of the spirit to continue in difficult times. Special is the individual who will take the time to encourage another.

--

Forex Trading Methods – Fibonacci Trading
The concept of Fibonacci Forex trading is being used by millions of Forex traders all around the world. These numbers forecast the coming oscillation in the Forex charts. Though, at the same time, the prediction made cannot be proclaimed as flawless and straight hitting to the mark, the closeness it gets to is quite amazing. The Fibonacci levels are very elementary and fundamental concepts which need to be grasped before delving into the risky environment of Forex trading.

Who was Fibonacci?

Leonardo was born in Pisa, Italy in about 1170. His father Guglielmo was nicknamed Bonaccio ("good natured" or "simple"). Leonardo's mother, Alessandra, died when he was nine years old. Leonardo was posthumously given the nickname Fibonacci (derived from filius Bonacci, meaning son of Bonaccio).



Guglielmo directed a trading post (by some accounts he was the consultant for Pisa) in Bugia, a port east of Algiers in the Almohad dynasty's sultanate in North Africa. As a young boy, Leonardo traveled there to help him. This is where he learned about the Hindu-Arabic numeral system.

Recognizing that arithmetic with Hindu-Arabic numerals is simpler and more efficient than with Roman numerals, Fibonacci traveled throughout the Mediterranean world to study under the leading Arab mathematicians of the time. Leonardo returned from his travels around 1200. In 1202, at age 32, he published what he had learned in Liber Abaci (Book of Abacus or Book of Calculation), and thereby introduced Hindu-Arabic numerals to Europe.

In the Liber Abaci, Fibonacci introduces the so-called modus Indorum (method of the Indians), today known as Arabic numerals. The book advocated numeration with the digits 0–9 and place value. The book showed the practical importance of the new numeral system, using lattice multiplication and Egyptian fractions, by applying it to commercial bookkeeping, conversion of weights and measures, the calculation of interest, money-changing, and other applications. The book was well received throughout educated Europe and had a profound impact on European thought.

Liber Abaci also posed, and solved, a problem involving the growth of a hypothetical population of rabbits based on idealized assumptions. The solution, generation by generation, was a sequence of numbers later known as Fibonacci numbers. The number sequence was known to Indian mathematicians as early as the 6th century, but it was Fibonacci's Liber Abaci that introduced it to the West.

Contribution of Fibonacci in the number theory is one of the most important incorporations in the domain of arithmetic and calculations. He conferred the following benefits:
- Implementation of square root notation.
- Introduction of bars in the fractions. Earlier, the numerator used to have quotations around it.

Later it was discovered that the Fibonacci numbers and the respective series were not only limited to the arithmetic but it also played a pivotal role in economics, commerce and trading sectors too.

Fibonacci Sequence

In the Fibonacci sequence of numbers, each number is the sum of the previous two numbers, starting with 0 and 1. Thus the sequence begins 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, 377, 610 etc. The higher up in the sequence, the closer two consecutive "Fibonacci numbers" of the sequence divided by each other will approach the golden ratio (approximately 1 : 1.618 or 0.618 : 1). In mathematical terms, the sequence Fn of Fibonacci numbers is defined by the recurrence relation Fn=Fn-1 + Fn-2 with seed values F0=0 and F1=1.



The Golden ratio

Later, more calculations were made and it became evident that the sequence also follows a certain fixed ration. For example, when the particular number was in ratio with its just next higher number in the sequence, the value came out to be 0.618 while on the other hand, if the number was in ratio with the previous lower number, the ratio came out to be 1.618. Eventually, these two ratio values were known as the Golden mean or the Golden ratio. It was also later realized that the application of the Golden ratio and the Fibonacci numbers in the technical analysis was very beneficial as it also reflected the human behavior and human nature. This is because the Fibonacci numbers and the golden ratio are applicable to everything from architecture to human body, music, biology and art. Most of the Forex traders who have been adopting this technique feel that the entire concept is applicable because trading is related to both science and art. They believe that after a lot of meticulous and close scrutiny of the Forex market, it becomes clear that both the price movements and patterns of human behavior are interlinked and the Fibonacci technique have relations to both the patterns.

Risk and greed tolerance are applicable to the Forex trade and guide the outputs of the trade. Most of the traders, whether long term or short term undergo the risking and greed tolerance levels. In this case, if an average it calculated, it becomes evident that what the current perspectives of the traders are. In the same manner, the Fibonacci sequence reveals through the cost of the pricing instruments that how many traders have reached or are reaching the tolerance levels.
With the application of the Fibonacci techniques, it also becomes easier to predict the various turning points which would crop up in the Forex trading.

How can we use the Fibonacci numbers in Forex trading?

Technical analysis is one of the most pivotal tools for forecasting the different twists and turns of the Forex market. Resistance and support levels in the bar charts of the Forex trading are the most important components which have to be scrutinized through the technical analysis. These levels are very important to know regarding the entry and exit spots of the Forex market. For this respective utility, the Forex traders are also using the "retracement" levels involving the Fibonacci percentages. 38.2% and 62.8% are the two most important retracement levels in the Fibonacci percentages.

By using the Fibonacci numbers in the charts, you can find more supports and resistances. It will be a big help to choose the right direction and avoid entering to a wrong trade. To use the Fibonacci numbers in the charts, you have to find the top and the bottom of the previous trend. When the previous trend has been a downtrend, you draw the Fibonacci levels from top to the bottom and extend the lines in the way that they cover the next completing trend and when the previous trend has been an uptrend, you draw the Fibonacci levels from the bottom to the top and extend the lines in the way that they cover the next completing trend.

You have to wait for the trend to become completed: You cannot draw the Fibonacci levels while the trend is not completed. When you cannot find a completed trend in a time frame, you have to look for one in the smaller or bigger time frames in the same currency pair or stock.

The Fibonacci Method is one of the most essential aspects of Forex trading. It basically includes indicators, charting and instrumental spotting patterns. The main strategies which are employed under the utility for the funds traded through exchanges, stock indices and different stocks indicated in the returns.
Furthermore, the Elliot wave concept is used, which includes the classic applications and principles. The main idea behind using the Fibonacci numbers is to predict as a potential tool in the trading system is to predict and calculate the important and pivotal points in the Forex markets which might be indispensable in causing sudden twists and turns, analyze the business growths and other economical recycles which might occur. At the same time, these Fibonacci methods are also pivotal in predicting the profitable and benefiting aspects of the interest rate and their movements.

Fibonacci Retracement - Zero percent is the considered as the peak of the crest of the move while hundred percent is considered as the bottom most point of the trough of the move. The trading signals are revealed by the Fibonacci retracement zones or levels which are calculated at 23.6%, 38.2% and 50%. Since it's mostly seen that history is continuously repeated when it comes to the Forex market, the Fibonacci methods prove be to be very applicable over here. Thus, with these shapes, the Forex traders are not only able to predict the entire course of the market, they also end up preventing worthless investments.

Fibonacci Equations - Fibonacci equations, by definition, are mathematical applications wherein every term of the equation is the sum of its preceding two numbers. The execution of this process, also a property of recursion, is accomplished by initiating the values of the first and second terms as 0 and 1 respectively. The remaining values can be 'recursively' quantified henceforth. Therefore, the calculated sequence processes as 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34 and so on.

Fibonacci Extensions - Fibonacci extensions are furthered developments in Fibonacci fundamentals. These have been extensively tapped by traders and investors in deducing out future support and resistance levels of a particular trend. These levels are plied beyond the standardized 100% level, offering traders to seek areas that yield optimum profits and benefits. 161.8%, 261.8% and 423.6% are perhaps the most well known extension levels in this context.

Conclusion

The only thing we know is that Fibonacci numbers work in everything from the microscopic materials like DNA molecule to the distance between our eyes, ears, hands, even the distance of the planets in the solar system and the way they move in the space, even the distance and pathway of the stars in the universe and finally in the currencies’ prices and the way they move up and down. Fibonacci numbers can be found anywhere in the world.



As you see the effect that they have on the market is not negligible and in fact is highly considerable. I know this question is formed in your mind that why they have such a big effect on the market. Why the prices become stopped sometimes for several days below or above the Fibonacci levels? (Of course if you use the Fibonacci levels in the bigger time frames like weekly and monthly charts, you will see that sometimes the price becomes stopped by one of the Fibonacci levels for several weeks.) The answer of this question has no effect on our trading. Whether you know the reason or not, you can use the Fibonacci levels in your trades.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar