Rabu, 22 April 2009

Tips Keuangan Bagi Para Single





Anda masih single? Sebagian dari Anda pasti menjawab ya. Jika kita bicara mengenai pengelolaan keuangan termasuk pola berinvestasi, sebenarnya ada sedikit perbedaan antara para single dan kalangan yang sudah berkeluarga.

Tentu saja pengertian single dalam paparan ini benar-benar diperuntukkan bagi orang yang belum pernah menikah. Dengan kata lain, single parent (khususnya yang sudah mempunyai anak) tidak termasuk dalam kategori single. Hal ini penting untuk diklarifikasikan agar penerapan seni pengelolaan keuangan yang akan dibahas di sini tidak akan disalahartikan.

Sebagaimana kerap dibahas, setiap orang pasti memiliki tujuan keuangan tidak peduli siapa dan bagaimana statusnya. Namun, tujuan keuangan setiap orang pasti tidak sama, tergantung kondisi keuangan saat ini dan pengaruh latar belakang serta lingkungan yang bersangkutan. Kendati demikian, tujuan keuangan lazimnya terkait dengan usia dari setiap orang. Nah, pembahasan berikut lebih ditekankan pada permasalahan keuangan bagi para single berusia 25-40 tahun, dengan asumsi mereka telah memiliki penghasilan.

Dalam kaitan dengan tujuan keuangan, para single sebaiknya memastikan terlebih dahulu apakah akan menikah dan kemudian memiliki anak, atau menikah namun tidak berencana memiliki keturunan, atau malah tetap melajang. Tidak ada yang salah dengan pilihan seperti ini. Setiap orang memiliki hak asasi, kendati belum tentu dianggap lazim di masyarakat kebanyakan.

Jika Anda berencana menikah, harus juga dipastikan apakah Anda akan menempuh kesepakatan pisah harta atau sebagaimana kebanyakan orang Timur, harta setelah menikah akan menjadi milik bersama. Ini juga penting sebab akan terkait dengan prioritas investasi yang akan Anda lakukan.

Oke, agar tidak menjadi perdebatan kita gunakan saja asumsi yang banyak dirujuk berbagai kalangan, yakni single yang akan menikah, memiliki keturunan dan kemudian harta yang diperoleh akan menjadi harta bersama.

Pengelolaan Keuangan dan Pola Investasi Para Single

Pertama, buat prioritas dalam tujuan keuangan Anda. Kongkretnya, bagaimana mendayagunakan penghasilan Anda untuk memenuhi tujuan keuangan berdasarkan urutan tertentu. Termasuk apakah Anda telah atau akan mengumpulkan dana dalam jumlah cukup untuk membiayai pernikahan. Jika jawabannya belum, maka menyiapkan dana pernikahan mestinya menjadi salah satu prioritas keuangan Anda dalam jangka waktu tertentu. Artinya, suka tidak suka, Anda harus menyisihkan sebagian pendapatan Anda dalam bentuk tabungan untuk persiapan pernikahan.

Kedua, sebagaimana kelaziman hidup manusia, kebutuhan yang mendasar adalah sandang, pangan dan papan. Oleh karena itu penghasilan yang saat ini telah dimiliki harus dialokasikan paling tidak untuk memenuhi kebutuhan mendasar itu. Jadi, ada penghasilan yang harus dipergunakan untuk konsumsi sehari-hari (pangan dan sandang), dan ada juga yang harus disisihkan untuk memenuhi kebutuhan papan. Belakangan aspek ini juga diperluas menjadi alat transportasi. Pertanyaannya, bagaimana caranya memenuhi kebutuhan akan rumah dan kendaraan bagi para single?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut tentunya kembali kepada masing-masing orang mana yang paling prioritas. Jika saat ini sudah memiliki kendaraan atau tidak masalah menggunakan kendaraan umum, maka yang mestinya menjadi prioritas adalah bagaimana memiliki tempat tinggal. Bagi sebagian single, mungkin saat ini masih tinggal bersama orangtua, mengontrak rumah atau malah indekos.

Bila demikian, hendaknya dipahami hal tersebut adalah kondisi sementara di mana suatu ketika Anda tetap membutuhkan rumah tatkala Anda sudah menikah. Oleh karena itu memiliki rumah mestinya menjadi salah satu tujuan keuangan. Hal yang sama juga berlaku bagi para lajang yang belum memiliki kendaraan dan merasa kendaraan umum hanyalah untuk sementara.

Lalu, apa yang harus dilakukan?

Yang paling sederhana adalah sisihkan sebagian pendapatan Anda untuk dimasukkan dalam sebuah rekening, dan setelah mencapai jumlah tertentu, gunakan untuk membeli rumah atau kendaraan.

Mungkin Anda akan mengatakan, bila sarannya seperti itu semua orang juga tahu. Oke, Anda benar. Tetapi, apakah pernah terbayang dalam benak Anda yang dimaksud sebagai rekening tidak selalu harus rekening tabungan. Anda tetap harus menyisihkan sebagian pendapatan, namun bukan sebagai tabungan melainkan sebagai pembayaran cicilan pembelian rumah atau kendaraan.

Kongkretnya, jika Anda bermaksud memiliki rumah dam kendaraan, sebenarnya Anda bisa melakukannya dengan pembayaran angsuran. Dengan cara seperti itu Anda akan memiliki rumah dan kendaraan lebih cepat. Tentu saja tatkala Anda menikah, Anda mesti menceritakan keadaan tersebut kepada pasangan Anda. Jika pasangan Anda bekerja, ia bisa membantu untuk turut membayar angsurannya.

Ketiga, kehidupan juga mesti diproteksi. Hal yang kerap dilupakan para single adalah seolah-olah hidup tidak memiliki resiko dan kemudian merasa tidak membutuhkan asuransi. Ini keliru. Suatu ketika Anda akan menikah dan pasangan maupun keturunan Anda perlu dilindungi. Oleh karena itu, Anda juga perlu menginvestasikan sebagian penghasilan dalam bentuk asuransi, khususnya asuransi jiwa.

Pada saat masih melajang, yang menjadi "ahli waris" bisa saja orangtua atau orang yang ditunjuk. Namun setelah menikah, "ahli waris" bisa dipindahkan ke pasangan atau keturunan Anda nantinya. Salah satu keuntungan mengambil asuransi kala masih single adalah preminya akan lebih murah sebab jangka waktunya relatif lebih panjang.

Selain memperhatikan beberapa hal di atas sebagai prioritas tujuan keuangan bagi Anda yang masih single, tentu saja masih banyak hal lain, termasuk pilihan investasi. Namun, esensinya, menjadi single bukan berarti boleh mengelola keuangan seolah-olah tanpa perlu memikirkan pihak lain. Kebanyakan orang masih beranggapan, status single adalah sementara. Menikah hakekatnya akan menjadi salah satu tujuan hidup. Dan pada gilirannya, tujuan keuangan pun sebaiknya disesuaikan dengan tujuan hidup tersebut.

---


SR: Investasi Menguntungkan Semua Pihak

Mungkin bagi sekolompok orang/perusahaan sudah tidak asing dengan istilah CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab perusahaan, akan tetapi mungkin bagi sekolompok orang/perusahaan masih ada yang belum tahu juga dengan kegiatan ini. Apa itu CSR? Apa untungnya melakukan CSR?

CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate philanthropy, corporate community relations, dan community development.

CSR sendiri di Indonesia tidaklah barang baru, akan tetapi juga bukanlah barang yang sudah lama. CSR sendiri baru didengungkan sekitar 6 tahun belakangan ini, baik oleh perusahaan-perusahaan maupun media-media. Salah satu contoh dari CSR yang dilakukan oleh perusahaan adalah PT.Telkom,Tbk. PT.Telkom,Tbk yang merupakan salah satu perusahaan BUMN ternama di Indonesia melakukan kegiatan CSR dengan cara memberikan pendidikan pengenalan internet di sekolah-sekolah (Telkom Goes To School). Target dari program ini adalah anak-anak sekolah dari tingkat smp-sma yang sudah di survey oleh pihak Telkom.

CSR tidak hanya dapat diterapkan di perusahaan-perusaaan multi nasional, atau perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan-perusahaan yang memiliki omzet tidak terlalu besar juga dapat melakukannya. Inti dari CSR bukanlah kepada besar kecilnya dana yang dikeluarkan, melainkan komitmen yang diberikan perusahaan kepada masalah-masalah yang terjadi di masyarakat sekitarnya.

Bicara mengenai keuntungan, tentu saja CSR menguntungkan, tetapi keuntungan yang diterima mungkin dalam jangka waktu panjang. Karena CSR bukanlah program sekali dan selesai, akan tetapi berkelanjutan. Memang, ini akan memakan banyak waktu, akan tetapi melihat keuntungan yang di dapat nantinya kepada perusahaan, kegiatan CSR harus dilakukan. Oleh karena itu, perlu dibangun hubungan antar perusahaan dengan masyarakat sehingga hal-hal ini dapat ditanggulangi.

Investasi dalam bentuk kegiatan CSR, tidak hanya memberikan keuntungan dalam bentuk materi, citra perusahaan, akan tetapi Anda dapat memberikan kontribusi positif kepada lingkungan sekitar kita. Bukankah, sebagai wakil kerajaan Allah di bumi, tugas orang-orang yang mengaku Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat manusia memancarkan kasih itu kepada lingkungan sekitar??. Sudah saatnya, Umat Kristiani mengambil bagian dalam kegiatan CSR ini, karena tidak hanya bukan masyarakat yang Anda bantu saja yang mendapatkan keuntungan, akan tetapi Anda pun mendapatkan keuntungan juga. CSR, memang menguntungkan bukan???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar