Kamis, 16 April 2009

Komitmen




Berdasarkan pengalaman pribadi, memiliki pasangan (pacar or tunangan) dengan menikah itu bisa berbeda banget. Saya termasuk orang yang cepet banget punya pasangan. Dan masa pacaran yang pertama itu nyaris 10 tahun dari SMP sampai kuliah (hihihi). Tapi tidak tahu kenapa, dari awal saya sudah merasa bahwa pacar yang ini bukan calon suami yang akan mendampingi saya sesisa umur saya. Padahal dia orangnya baik dan sabar dan mengerti saya.

Hanya saja sejalan dengan perkembangan umur, perkembangan minat perkembangan lain-lain saya merasa bahwa dia tidak akan mampu mendampingi saya yang maunya banyak sekali. Jadi kitapun putus baik-baik dengan perencanaan (walaupun akhirnya seluruh keluarga geger) dan membutuhkan waktu hampir 2 tahun untuk menyelesaikan banyak hal.

Kemudian saya kenal dengan suami saya sekarang ini. Masa pacaran juga lama sekali. Sekitar 3 atau 4 tahun. Pokoknya sudah bikin semua bingung. Bosan dan lelah bertanya (tapi aku tidak tergoda untuk menanggapi). Teman-teman, saudara dan calon pacar sudah berdebar-debar menunggu. Jalan terus atau bubar. Sampai akhirnya, tiba-tiba saya mau diajak menikah. Begitulah, begitu menikah, astaga kemana itu yang namanya pacaran tahun-tahunan. Yang namanya pacar sama suami itu beda.

Mungkin dia juga berpikir, pacar dan istri juga beda. Padahal rasanya waktu pacaran semua stok sifat buruk sudah keluar semua. Tapi ternyata ada modifikasi sifat. Ada kebutuhan baru yang tidak kepikiran sebelumnya. Contoh paling sederhana, jaman pacaran cewek senang saja membuatkan minuman buat sang pacar. Pada waktu menikah, bangun tidur diminta bikinkan coklat susu sementara kita juga masih ngantuk (tau aja kan pengantin baru), rasanya darah sudah naik ke kepala.

Lalu karena belum punya pembantu rumah tangga (walaupun sudah pisah rumah dengan mertua), kita harus mencuci pakaian sendiri. Si Tuan besar dengan seenaknya melempar celana dan bajunya ke pojokan kamar. Duaaaar, apa tidak bikin kepala mau meledak rasanya?

Biasanya kamar cewek itu rapih dan teratur. Tiba-tiba menjadi seperti kapal pecah! Masih ada lagi dosanya, kalau pakai odol, pasti dari tengah dan tidak pernah ditutup lagi. (setelah saya baca di banyak artikel mengenai pria, ternyata urusan mencet odol ini memang sudah menjadi bagian perilakunya. hahaha). Kalau nonton tv kerjanya memainkan remote control sampe kita senewen melihatnya. Kalau sudah berkutat dengan hobinya kita ditinggalkan begitu saja. Hal-hal kecil itu, dan kadang ada hal besar juga. Memang menjadi agenda dan kurikulum perkawinan.

Lima tahun pertama urusannya masih perang antar suku (silang pendapat, pertandingan egoisme, mencari jati diri sebagai istri dan suami). Lima tahun ke dua, urusannya sudah mulai ke visi dan misi mengenai pendidikan anak. Lima tahun ke tiga urusannya sudah ke pengembangan karir dan rumah tangga. Lima tahun ke empat urusannya sudah masa depan anak. Mau kemana anak kita. Jadi sudah kembali ke siklus hidup kita yang awal lagi. Kenapa perkawinan bisa bertahan?

Jawabnya sederhana : karena KOMITMEN !!

Kita berkomitmen untuk hidup bersama dengan orang yang sangat berbeda dengan kita. Kita berkomitmen untuk mengisi segi-segi yang kurang dari pasangan kita. Sama seperti kita juga menerima dia untuk mengisi kekurangan kita. Justru semakin banyak kekurangan pasangan kita, maka semakin berguna hidup kita. Dan semakin banyak kekurangan kita, semakin banyak kita menerima dari pasangan kita.

Kekurangan itu tidak semakin berkurang dengan bergulirnya waktu. Tetapi terus bertambah. Dan kita pun akan semakin banyak harus mengisi kekurangan pasangan kita, sementara kita juga semakin banyak menerima dari pasangan kita. Kalau kita sudah malas berkomitmen, maka perkawinan sudah diambang pembubaran. Tidak perlu menunggu orang kedua atau ketiga. Semua itu ada dari dalam diri kita sendiri.

Jadi begitulah, kalau memang belum siap berkomitmen, biarpun pacaran 10 tahun, 20 tahun, Seyogyanya tidak usah menikah dulu. Biarkan orang lain yang lelah komentar. Yang akan menjalankan hidup berkeluarga nanti adalah kita berdua dan kelak anak-anak kita juga.

Memang ada yang bilang, untuk apa pacaran lama-lama. Kalau sudah ada yang mau ya langsung saja. Itu juga oke. Bagaimana kita mampu berkomitmen. Ada yang bilang, perkawinan itu tebak-tebakan,untung-untungan. Padahal perkawinan bisa dipelajari. Saya bilang, perkawinan itu seperti sekolah tanpa akhir dan tanpa ijazah. Tiap hari kita belajar, tiap hari kita ujian dan uji ketahanannya harus seumur hidup.

Satu hal, tidak ada perkawinan yang ideal. Setiap pasangan memiliki pola sendiri. Jadi kita sendirilah yang membuat perkawinan itu mau ideal apa tidak. Jadi jangan mencontek perkawinan orang lain karena kita bukan menikah dengan salah satu pasangan yang ideal itu dan kita pun bukan pasangan ideal dari orang yang ideal di luar sana.

Yang cocok untuk orang lain, belum tentu ideal untuk kita. Yang cocok untuk kita, belum tentu ideal untuk orang lain. Untuk yang sudah menikah, mohon maaf kalau tidak sesuai dengan prinsipnya.

Untuk yang belum menikah, go ahead. Hidup ini punya Anda kok. Memilih menikah sekarang atau besok, adalah pilihan hidup masa depan. Kalau mau belajar coba-coba ya silahkan, resiko ditanggung sendiri.

Segala sesuatu yang berkaitan dengan isi dan kebenaran dari kisah di atas diluar tanggung jawab Jawaban.com

Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!

---
Kredit Bank Saya Lunas

Saya seorang kontraktor, dan telah bergelut dalam usaha saya selama kira-kira 15 tahun. Dalam perjalanan usaha banyak sekali suka dan duka yang telah saya alami. Akhirnya, pada suatu saat, saya mendapat pekerjaan 5 buah rumah mewah pada tahun 2005 di salah satu perumahan Elite. Ini sungguh luar biasa, saya merasa bangga sekali pada saat itu.

Nilai proyek yang saya miliki dari proyek tersebut sangat besar dan berarti untungnya juga sangat besar. Sebelumnya, juga saya terpilih menjadi pelayan Tuhan di salah satu denominasi gereja. Wah sungguh lengkap kebahagiaan saya saat itu, kenapa? karena saat saya sedang membuat gambar dan hitungan sebuah rumah saya divonis dokter menderita penyakit Liver yang lumayan akut, saya disuruh untuk istirahat selama 6 bulan, 3 bulan ditempat tidur dan 3 bulan stop aktivitas.Namun, pada saat itu pula proyek datang mengalir, saya merasa diberkati sekali oleh Tuhan.

Akan tetapi, akhirnya iblis mulai mengganggu, dia membuat saya menjadi sombong, menjadi yakin dengan kemampuan sendiri. Hingga akhirnya mulailah permasalahan melingkupi kehidupan saya dan keluarga. Agustus 2005, saya mulai bermasalah dengan salah satu pemilik rumah, karena terjadi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, walaupun pada saat itu memang bukan saya yang secara langsung membuat keterlambatan.

Salah satu penyebab keterlambatan pelaksanaan tersebut adalah karena paman dari pemilik rumah yang saya libatkan dalam pekerjaan pembangunan rumah pekerjaannya tidak tuntas. Kemudian segala negosiasi berjalan buntu dan berakhir pada putus kontrak, dan selanjutnya merembet ke pemilik rumah yang kedua, lalu lanjut ke pemilik rumah ke tiga yang akhirnya saya harus mengembalikan uang mereka yang berjumlah ratusan juta.

Itulah awalnya penderitaan yang saya alami. Hutang sudah menumpuk dan akhirnya, saya mendapat tawaran dari kepala Cabang Bank Niaga yang sebenarnya kami bertemu dan kenal karena ada masalah pada salah satu nasabahnya yang juga customer saya. Urusan mereka sampai di Polisi, dan saya sebagai saksi pada waktu itu. Kepala Bank menawarkan untuk membantu saya mengembalikan uang yang harusnya tidak saya kembalikan karena saya telah melaksanakan pekerjaan tetapi, akhirnya saya setujui. Aplikasi kredit saya segera dibuat dan dalam waktu hanya 2 hari, 250 juta saya terima dengan jaminan rumah yang kami tinggal waktu pengembalian hanya 3 tahun dengan cicilan hampir 9 juta sebulan.

Dalam perjalanan pengembalian uang tersebut mulai bulan ke-6, kami sudah mulai macet. banyak tunggakan hingga kami didenda sangat tinggi. Walaupun dengan susah payah kami berusaha mengembalikannya. Saya bekerja mencari proyek tetapi proyek yang saya dapat merugi terus, hutang saya makin bertambah, kemudian saya menjadi lebih terpuruk lagi dengan hadirnya rentenir-rentenir dengan bunga tinggi.

Hidup saya mulai goyah, pelayanan di gereja juga porak poranda. Saya berpikir mengapa Tuhan mengijinkan ini terjadi pada kehidupan saya dan keluarga? saya memohon kepada Tuhan, ampuni atas dosa dan salah yang saya perbuat. Banyak sudah kesalahan yang saya lakukan.Saya meminta ampun semua dan berusaha berbuat sesuai yang dikehendaki TUHAN, tetapi saya merasa Tuhan sudah marah besar kepada saya.

Hingga pada tahun 2007 bulan Agustus, Bank Niaga mengatakan rumah kami dalam pengawasan Bank Niaga. Isteri dan anak saya menangis pada waktu itu dan menyalahkan saya. Saya terima dan merasa sangat terpukul. Saya berteriak dalam hati, "TUHAN mengapa Engkau meninggalkan aku?," "mengapa Engkau mempermalukan aku?,".

Kemudian, saya ke Bank Niaga bertemu dengan Kepalanya, yang pada waktu itu sudah berganti yang baru, dan dia menyetujui saya membayar tunggakan dengan cara dicicil. Pada akhirnya saya bisa lunasi tunggakan selama 5 bulan. Tahun 2008 terjadi lagi, kredit saya di Bank Niaga mulai macet lagi dan janji-janji saya sudah tidak dipercaya oleh pimpinan Bank Niaga yang sudah baru lagi. Pimpinan Bank Niaga yang baru tersebut kemudian memutuskan untuk menyegel rumah saya pada hari jumat 18 Juli 2008. Pada waktu tersebut, saya menyuruh isteri dan anak saya keluar rumah dahulu supaya mereka tidak menyaksikan rumah kami mau disegel dalam pengawasan Bank.

Setelah mereka semprot dan saat mereka (orang Bank Niaga yang datang lengkap dengan polisi) pulang, saya mengambil koran dan menutup tulisan tersebut agar tidak kelihatan. Pada waktu pertemuan di bank pada senin 21 Juli 2008. saya hanya diberi waktu paling lambat hari jumat tanggal 25 juli 2008, berarti hanya 3 hari saya diberi waktu untuk mencari dana 72 juta. "Oh Tuhan, apakah ini akhir penderitaan yang harus saya alami, kehilangan rumah?," tetapi, saya berusaha berdoa, "Tuhan, terjadilah kehendak-MU!,".

Saya kembali kerumah dan bertemu isteri saya Namun, saya tidak mengatakan padanya bahwa harus dibayar tanggal 25 Juli. Saya takut nanti dia akan stres dan pada saat itu, isteri saya mengusulkan untuk pergi seorang Ibu yang memiliki anak yang sudah mapan dalam keuangan. Maksud kedatangan mereka yaitu membawa copy sertifikat tanah kami yang kami mau jual tetapi, sudah berbulan-bulan belum laku. Kami berharap anak dari Ibu tersebut mau membeli tanah kolam yang saya jual. Saya ceritakan bahwa hasil penjualan tanah kolam tersebut untuk membayar tunggakan kredit bank tetapi, saat ketemu Ibu tersebut dia katakan mereka tidak mempunyai uang sebanyak itu.

Akhirnya saya pulang. Dengan segala kepasrahan, saya hanya berkata pada isteri saya, "PERCAYA saja TUHAN pasti bantu", padahal dalam hati, saya sudah sangat kuatir tetapi, saya berusaha menyembunyikan perasaan tersebut di depan isteri saya. Sesaat kami melupakan pergumulan kami sampai pada esoknya tanggal 22 Juli hari selasa pagi, isteri saya mendapat telepon dari Ibu yang saya hubungi dan Ibu tersebut katakan, bahwa Anaknya bersedia membantu kami untuk membayar tunggakan..Wow! PUJI TUHAN..

Seakan tidak percaya, kami hanya bisa bersyukur dan kami diundang untuk bertemu anak mantunya. Sebelum bertemu dengan anaknya, kami berdoa dulu dengan topangan seorang pendeta. Mukjizat terjadi!! anak mantu Ibu tersebut katakan bahwa mereka akan membantu kami membayar tunggakan 72 juta tanpa syarat apapun, tanpa bunga dan lain-lain. Tuhan Yesus Luar biasa!! Pada akhirnya, Hari Jumat sesuai janji kami ke Bank Niaga bersama anak dari Ibu yang bantu kami, membayar hutang tunggakan.. Satu bulan kemudian, anak dari Ibu ini menghubungi kami, bahwa mereka akan melunaskan hutang kami di Bank Niaga yang sisa 40 juta. TUHAN YESUS Luar Biasa!! Puji Tuhan!! kami hanya bisa bersujud.

Hutang kami di bank akhirnya lunas, yang nanti akan kami kembalikan tanpa bunga dan syarat apapun, hanya saja anak dan Ibu yang melunasi hutang kami untuk sementara memegang sertifikat asli yang kami sudah ambil dari Bank Niaga. Saat ini, kami walaupun masih bergumul dengan tagihan-tagihan lain, kami percaya bahwa mukjizat itu ada dan itu pernah dibuktikan oleh TUHAN. Sementara ini, kami menunggu penjualan tanah kami untuk membayar hutang-hutang. Kami tetap yakin TUHAN itu ADA! Terima Kasih TUHAN YESUS!

Segala sesuatu yang berkaitan dengan isi dan kebenaran dari kisah di atas diluar tanggung jawab Jawaban.com

Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar