Selasa, 14 April 2009

Mengelola Keuangan Bagi Si Lajang




Setelah menulis di NOVA sekitar tiga setengah tahun, saya sering menerima "protes" dari yang masih lajang. Katanya, tulisan di rubrik ini lebih banyak untuk yang berkeluarga. Oke kali ini, tulisan untuk Anda yang masih lajang. Namun bagi yang sudah berkeluarga pun tak salah untuk membacanya.

Cara mengelola keuangan bagi para lajang sebenarnya tak jauh beda dengan yang sudah berkeluarga. Hanya kondisinya dan perilaku saja yang beda. Misalnya, perilaku belanja. Para lajang tak perlu pertimbangan kiri-kanan jika ingin membeli sesuatu. Namun bagi yang sudah berkeluarga pasti akan minta pertimbangan pasangannya dulu. Apalagi jika uang yang dikeluarkan cukup banyak. Selain itu, ketika sudah berkeluarga, seseorang akan lebih barhati-hati membelanjakan uangnya lantaran ada yang mengingatkan.

Perilaku tersebut juga mempengaruhi bagaimana mencari uang dan cara berinvestasi. Bagi yang lajang, mereka tentu punya waktu yang lebih banyak dibanding yang sudah berkeluarga.

Ada tiga langkah yang harus dilakukan bagi para lajang dalam mengelola uang:

1. Kendalikan Jumlah Pengeluaran Anda

Pos pengeluaran para lajang lebih sedikit dibanding yang sudah menikah. Maklum, kan belum punya tanggungan. Tapi tunggu dulu, banyak lho, kaum lajang yang sudah punya tanggungan. Misalnya, untuk membantu orang tua atau adik-adiknya. Tapi umumnya tanggungan tersebut tak sebanyak jika sudah berkeluarga.

Walau pos pengeluarannya masih sedikit, tapi cobalah kendalikan diri setiap pengeluaran Anda. Jangan merasa sebagai lajang, Anda bebas mengeluarkan uang berapa pun. Jangan punya pikiran, "mumpung masih lajang" seperti yang sering kita dengar selama ini. Justru karena Anda masih lajang, Anda harus banyak menabung demi masa depan.

2. Belajarlah Berinvestasi di Berbagai Tempat

Saran saya yang berikutnya untuk Anda yang masih lajang adalah dengan mencoba belajar berinvestasi di berbagai tempat mulai sekarang. Ini menjadi sangat penting mengingat saya sering sekali melihat orang-orang memiliki penghasilan lebih baik ketika sudah berkeluarga, tetapi seringkali dana investasi mereka tidak terlalu berkembang karena mereka takut untuk berinvestasi ke berbagai tempat. Setelah diselidiki, ternyata ketika mereka masih lajang, mereka tidak menyempatkan diri untuk mau belajar berinvestasi ke tempat-tempat lain diluar tempat investasi yang sudah mereka kenal.

Padahal, saat Anda masih lajang, beban yang Anda miliki biasanya lebih ringan sehingga kalaupun mengalami kerugian dalam berinvestasi, efeknya mungkin tidak akan terlalu mengganggu karena yang mengalami kerugian toh hanya Anda sendiri kan? Beda dengan kalau Anda sudah berkeluarga, dimana kalau Anda mengalami kerugian dalam berinvestasi, yang ikut terkena getah dari kerugian itu adalah keluarga Anda.

Jadi sekali lagi, mumpung Anda masih lajang, belum memiliki banyak tanggungan, belajarlah sejak sekarang. Dalam dunia kerja, Anda mungkin sudah berpengalaman dan pintar mencari uang. Tapi ketika Anda harus menginvestasikan sebagian dari gaji Anda, anggap saja Anda anak kecil yang masih harus banyak belajar.

3. Mencari Penghasilan Tambahan sejak sekarang

Seorang lajang umumnya memiliki jumlah penghasilan yang tidak sebesar mereka yang sudah berkeluarga. Maklum mereka belum mencapai di puncak karier. Itu sebabnya, saya menyarankan, mumpung masih lajang, belajar mencari penghasilan tambahan di luar penghasilan utama Anda.

Persoalan ini penting mengingat pada beberapa kasus, ketika sudah berkeluarga dan perlu mencari uang tambahan, seseorang jadi bingung lantaran waktu lajang tak punya pengalaman apa-apa soal mencari penghasilan tambahan.

Jadi, mumpung Anda masih lajang, masih memiliki cukup banyak waktu luang, masih bebas menentukan arah dan tujuan Anda ke depan, cobalah untuk memanfaatkan waktu untuk membangun masa depan Anda. Salah satunya lewat bekerja menambah penghasilan diluar pekerjaan utama Anda. Percayalah, walaupun saat ini Anda merasa penghasilan utama masih mencukupi, tetapi penghasilan tersebut belum tentu mencukupi ketika Anda menikah nanti kan? Sebaliknya, kalau Anda mau mencari penghasilan tambahan sejak sekarang, Anda seperti membangun sumber penghasilan cadangan, sehingga ketika menikah nanti, penghasilan Anda diharapkan akan lebih mencukupi. Bukan begitu yang diinginkan oleh setiap orang?

Itu saja dari saya kali ini. Mudah-mudahan ketiga tips diatas bisa membantu Anda yang masih lajang untuk bisa lebih baik dalam mengelola keuangan. Salam Safir Senduk.

---
Uang Saku, Pengetahuan Dasar Keuangan Anak


Bagaimana anak-anak kita belajar tentang cara mengelola keuangannya? Sebagian besar dari mereka tidak belajar sampai mereka dewasa dan pelajaran ini mereka dapat dari keberhasilan dan kegagalan yang mereka alami.

Sekolah? Tidak mengajarkan bagaimana kita dapat mengelola keuangan secara mandiri. TV juga tidak memberikan banyak arti bagi pengetahuan keuangan. Mengamati bagaimana orang tua mereka berprilaku terhadap keuangan, mungkin bisa tapi lebih banyak membingungkan mereka. Ditambah lagi, anak-anak sekarang lebih banyak berhadapan dengan masalah uang dan di usia yang masih muda mereka sudah memiliki cara pandang keuangan. Tanpa Anda sadari mereka sudah memiliki kebiasaan buruk berkenaan dengan keuangan dan hal ini bisa berlangsung sampai mereka tua.

Realitanya, tidak banyak orang tua yang memperkenalkan pengetahuan keuangan sampai anak mereka sudah dewasa. Di waktu tersebut, masalah ini bisa sangat mahal harganya dan tentunya akan banyak mempengaruhi emosi mereka.

Jadi dapat disimpulkan bahwa satu-satunya jalan anak-anak dapat belajar mengenai cara mengelola keuangan adalah dari pengalaman mereka dan tentunya Anda sebagai orang tua memberikan arahan. Atau dapat diartikan bahwa anak-anak akan belajar dengan trial and error dan melihat orang tua sebagai role model. Bila semasa kecil mereka tidak dapat belajar mengenai keuangan, biaya kesalahan pada saat dewasa bisa sangat besar berkaitan dengan keuangan dan hubungan antarmanusia.

Apa yang Harus Dilakukan?

Langkah pertama dan merupakan bahan pembahasan untuk artikel kali ini, yaitu berikan uang saku bagi anak-anak Anda. Di bawah ini ada beberapa hal, mengapa anak-anak perlu uang saku:

1. Satu-satunya proses di mana anak-anak dapat belajar mengenai cara mengelola uang adalah dengan adanya pendapatan regular berupa uang saku.
2. Mereka diposisikan untuk boleh melakukan kesalahan saat biaya yang harus di tanggung kecil.
3. Dengan mengetahui keterbatasan dana yang dimiliki, memaksa anak-anak untuk:
* Memikirkan harga dari barang-barang yang ingin dibeli.
* Menentukan pilihan barang yang akan dibeli dengan berbagai macam keinginan.
4. Menumbuhkan rasa apresiasi atau kepemilikan terhadap berbagai barang yang dibeli sendiri dengan uang mereka.

Kapan Sebaiknya Mulai?

Untuk hal ini bila anak-anak Anda sudah mulai tertarik dengan uang dan mulai memahami nilai barang, misalkan anak Anda mengetahui harga sebuah barang, maka sudah saatnya bagi Anda untuk memperkenalkan dasar-dasar mengelola keuangan. Untuk sebagian anak mungkin sekitar usia 4-5 tahun. Usahakan pemberian uang saku dilakukan setiap minggu untuk awal pelajaran bagi mereka.

Berapa Nilai yang Sesuai?

Dalam hal ini setiap keluarga pasti memberikan uang saku yang berbeda. Untuk itu kami coba memberikan beberapa faktor yang sebaiknya Anda gabungkan dalam menentukan nilai uang saku tersebut, seperti usia anak, berapa besar teman-teman anak Anda memperoleh uang saku, di mana Anda tinggal, juga bisa menjadi faktor penentu dan tentunya berapa besar yang akan Anda berikan agar anak mulai untuk menentukan pilihan dan mengemban tanggung jawab.

Cobalah untuk bertanya dengan teman-teman yang memiliki anak seusia anak Anda. kemudian kumpulkan semua fkator tersebut dan mulailah untuk mencoba. Tentunya anda masih tetap bisa mengubahnya di masa datang. Anda tentu tidak ingin anak menjadi frustasi karena uang saku yang terlalu kecil dan kebingungan karena uang sakunya terlalu besar. Belajarlah dari pengalaman selama ini.

Uang Saku Tambahan?

Memberikan uang saku tambahan bisa saja Anda berikan. Tapi ingat, uang saku tambahan tersebut bisa diberikan bila anak-anak melakukan suatu pekerjaan di atas yang Anda rasa bisa dilakukan. Dan harus diingat, usahakan agar uang saku tambahan tersebut dialokasikan untuk ditabung guna membeli suatu barang yang diiinginkan di masa datang. Pelajarannya di sini adalah saya (anak-anak) dapat bekerja lebih kerasa untuk membeli suatu barang special yang diinginkan.

Jangan memberikan hukuman karena mereka melakukan kesalahan dengan memotong uang saku mereka. Bagaimana mereka bisa diharapkan untuk mengelola uang mereka bila uang saku yang diterima tidak selalu pasti.

Memberikan uang saku tambahan berbeda dari satu keluarga dengan yang lain, dan jangan merasa bersalah bila Anda memberikan terlalu sedikit atau terlalu banyak, paling tidak Anda memberikan peluang kepada mereka untuk mendapatakan uang saku lebih dari yang disepakati.

Dalam pelajaran uang saku ini, sangat penting bila Anda duduk bersama dengan anak-anak sebelum memulai proses ini, dan menjelaskan apa yang Anda harapkan mereka belanjakan dari uang saku tersebut. Anda tidak dapat menentukan apa yang bisa dibeli namun paling tidak Anda dapat menyampaikan beberapa hal yang bisa dilakukan dengan uang saku mereka:

1. Berbagi atau sumbangan. Anjurkan anak-anak untuk berbagi, misalkan untuk sumbangan fakir miskin atau untuk membeli kado untuk teman mereka yang berulang tahun.
2. Berbelanja (spending). Dari uang saku yang diperoleh mereka dapat gunakan untuk membeli keinginan mereka seperti mainan, permen atau cokelat, hiburan dan lain-lain.
3. Menabung. Anjurkan agar anak Anda menyisihkan untuk ditabung sekitar 10-20 persen dari uang saku yang mereka terima, untuk membeli suatu barang yang nilainya agak mahal.

Point Penting

Dalam membuat sebuah program yang berkitan dengan uang saku untuk anak-anak memang tidaklah semudah membalik telapak tangan. Semua itu memerlukan pertimbangan. Untuk itu kami coba berikan beberapa hal yang dapat membantu dalam membuat program yang cukup masuk akal dan dapat diperbaharui bila dibutuhkan.

1. Tentukan siapa yang mendapatkan apa.
Cobalah buat sebuah sistem di mana Anda memberikan uang saku lebih besar untuk anak yang berusia lebih tua. Tapi, tetap harus fleksibel sampai menemukan formula yang tepat bagi anak-anak. Secara umum, sebaiknya memberikan nilai yang lebih tinggi untuk anak yang lebih tua karena kebutuhannya juga meningkat. Dalam hal ini bermurah hatilah.
2. Buat kesepakatan mengenai aturan.
Setiap anak sebaiknya memahami mengapa mereka mendapatkan uang saku dan dapat digunakan untuk hal apa saja uang saku tersebut. Sebaiknya katakana bahwa mereka menerima uang saku karena mereka adalah anggota keluarga.
3. Bayarlah tepat waktu.
Memberikan uang saku pada waktunya, mengajarkan anak Anda nilai untuk menghargai obligasi seseorang.
4. Uang saku bukan sebagai alat pengontrol
Jangan gunakan uang saku sebagai salah satu alat untuk menghukum kesalahan yang mereka lakukan. Karena pada dasarnya pemberian uang saku untuk mereka agar mereka belajar mengani bagaimana mengelola uang agar lebih bijak.

Catatan Pengeluaran

Begitu anak bertambah usia, tentunya kebutuhan mereka juga meningkat. Anda sebagai orang tua juga harus mempertimbangkan untuk menambah uang saku mereka. Oleh karena itu penting bagi mereka untuk paling tidak membuat catatan untuk semua pengeluaran yang mereka lakukan. Jadi, apakah sebaiknya mereka membuat anggaran? Jangan. Tapi buatlah cacatan untuk semua pengeluaran yang mereka lakukan. Bantulah anak Anda untuk membuat cacatan pengeluaran begitu Anda memberikan mereka uang saku. Jelaskan, bahwa semua orang harus tau ke mana uang yang didapat dibelanjakan. Dalam pembuatan, mungkin Anda dapat membuat sebuah contoh dengan catatan pengeluaran Anda sendiri, misalkan untuk belanja harian, transportasi, sewa vcd, laundry, telepon., listrik dan lain-lain. Cobalah jelaskan bahwa ada pengeluaran yang tidak bisa dielakkan seperti listrik. Namun ada yang bisa dikurangi seperti sewa vcd.

Diskusikan semua pengeluaran yang bisa mereka lakukan dan mereka rasa bisa mereka pegang tanggung jawabnya. Tapi dengan arahan yang Anda berikan, satu hal yang harus diingat tidak boleh membatasi penggunaan dari uang saku yang akan mereka terima.

Dalam pembuatan catatan pengeluaran, pastikan bahwa Anda dan anak membuat daftar dari berbagai kemungkinan pengeluaran seperti, makan siang, jajan di sekolah, sewa vcd, nonton film di bioskop dan tentunya mereka juga sebaiknya mengalokasikan untuk hal-hal yang tak terduga seperti hadiah ulang tahun dan lain-lain.

Terakhir cobalah dorong anak-anak untuk beramal. Karena masih banyak anak-anak saat ini yang kekurangan dan perlu bantuan. Dengan begitu mereka bisa belajar bahwa uang bisa menjadi alat bantu untuk orang yang kesusahan.

Menabung

Bayangkan bila anak anda menginginkan sesuatu, misalkan sepeda. Bagaimana mereka dapat mencapainya? Sebagai contoh, bila anak Anda menginginkan sepeda yang diidamkan. Maka Anda bisa memberikan gambaran seperti ini, harga sepeda kira-kira Rp.250 ribu dan dengan uang saku setiap bulan Rp.100 ribu maka berikan gambaran bahwa mereka bisa mencoba untuk menyisihkan Rp.25 ribu setiap bulan dan setelah 10 bulan akan terkumpul uang sejumlah harga dari sepeda yang diinginkan. Bila terjadi di mana harga dari sepeda naik, maka Anda sebagai orang tua dapat membantunya dengan menambah kekurangannya.

Selain mendorong mereka untuk menabung, tentunya Anda juga harus membantu untuk mengembangkan catatan pengeluaran mereka, sehingga mereka dapat melihat bahwa menabung sama saja dengan menunda pembelanjaan. Sehingga dengan begitu mereka dapat mengelola keuangan dengan lebih bijak. tau kapan harus menunda pemakaian untuk tujuan masa datang yang lebih besar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa alasan Anda memberikan anak-anak Anda uang saku adalah untuk membangun pondasi yang kuat mengenai keuangan yang bisa bertahan sampai mereka dewasa. Tentu, Anda bisa saja memberikan uang untuk semua kebutuhan mereka, tapi dengan mengharuskan mereka untuk menyisihkan dari uang saku mereka akan memberikan gambaran yang lebih baik mengenai cara mengelola keuangan pribadi. Dari program uang saku ini diharapkan mereka dapat belajar mengenai kesabaran, disiplin dan mudah-mudahan menjadi lebih baik dalam mengatur keuangannya di masa datang. Semoga bermanfaat.

Diambil dari Harian Umum Sore Sinar Harapan Rubrik PERENCANAAN KEUANGAN. Rubrik ini diasuh oleh Tim Indonesia School of Life (ISOL) yakni Andrias Harefa, Roy Sembel, M. Ichsan, Heru Wibawa, dan Parpudi Lubis.

Daftar Pemain Terbaik Dunia

Jakarta - Sejak pertama kali diadakan tahun 1991, sudah ada 13 pesepakbola yang menjadi Pemain Terbaik Dunia, termasuk Cristiano Ronaldo. Pemain pertama yang meraih titel bergengsi ini adalah Lothar Matthaeus.

Kala itu Matthaeus sukses menyingkirkan dua nominator lainnya, yakni Jean-Pierre Papin dan Gary Lineker. Sebagai catatan. Papin ketika itu sudah meraih titel Pemain Terbaik Eropa.

Selanjutnya, berderet nama-nama besar berhasil merengkuh gelar yang diperoleh berdasarkan voting dari pelatih dan kapten timnas anggota FIFA ini. Dua pemain asal Brasil, Ronaldo dan Ronaldinho, tercatat sebagai pemain yang pernah meraihnya secara berurutan.

Sementara untuk urusan peraih terbanyak, Ronaldo dan Zinedine Zidane adalah orangnya. Keduanya sama-sama terpilih sebagai pemain terbaik sebanyak tiga kali. Berikut adalah daftar nama peraihnya.

Daftar pemenang

1991: Lothar Matthaeus
1992: Marco van Basten
1993: Roberto Baggio
1994: Romario
1995: George Weah
1996: Ronaldo
1997: Ronaldo
1998: Zinedine Zidane
1999: Rivaldo
2000: Zinedine Zidane
2001: Luis Figo
2002: Ronaldo
2003: Zinedine Zidane
2004: Ronaldinho
2005: Ronaldinho
2006: Fabio Cannavaro
2007: Kaka
2008: Cristiano Ronaldo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar