Selasa, 14 April 2009

Aset Yang Terabaikan




Pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. (Efesus 5:16)

Li Pai adalah seorang bocah yang suka bermalas-malasan dalam belajar. Ia lebih senang bermain-main daripada menghabiskan waktunya untuk membaca atau menulis. Suatu hari, saat gurunya tidak masuk, Li Pai keluar dari kelas dan pergi bermain-main di tepi sungai. Ketika hendak menangkap ikan, ia melihat seorang nenek sedang memusatkan perhatiannya pada sebatang besi yang diasahnya di atas sebuah batu. Selama setengah hari, Li Pai memperhatikan nenek tersebut bekerja namun si nenek tetap saja mengasah batang besi tersebut. Li Pai menjadi sangat bingung. Penuh rasa penasaran, Li Pai pun bertanya, "Nenek sedang apa?"

Nenek yang sudah tua itu pun menjawab, "Saya sedang mengasah sebuah jarum untuk menyulam." "Mengasah jarum? Batang besi sedemikian besarnya, mau diasah sampai kapan?" kata Li Pai penuh rasa heran. "Benar, nak!" ujar nenek sambil mengangkat kepala dan memandang Li Pai, "walaupun batang besi ini besar, namun jika terus diasah akan menjadi semakin kecil. Asalkan saya tidak berhenti mengasah, batang besi ini pasti akan menjadi jarum." Mendengar itu, terbukalah mata hati Li Pai. Ia menjadi sadar betapa seringnya ia membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Saat itu juga ia mengambil komitmen untuk lebih tekun dalam belajar. Puluhan tahun kemudian ia pun dikenal sebagai seorang penyair besar.

Cerita tentang Li Pai ini seakan hendak "menyindir" begitu banyak umat manusia di muka bumi ini. Bagaimana tidak, terlalu sering kita menghabis-habiskan waktu dan energi kita untuk hal-hal yang tidak produktif. Mulai dari sekadar tidur berlama-lama, melamun hingga berjalan-jalan tanpa tujuan yang pasti. Sebagian orang barangkali menyadari kesia-siaan tersebut namun tampaknya sebagian besar sama sekali tidak menyadarinya.

Salah satu aset berharga demi meraih kesuksesan hidup adalah waktu yang diberikan Tuhan kepada manusia. Selama kita masih hidup, kita selalu punya peluang untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Saya rasa, Tuhan sangat adil karena semua manusia diberikan waktu 24 jam sehari. Bukankah tidak ada manusia yang diberikan waktu 23,5 jam sehari atau 25 jam sehari? Semua diberikan waktu yang sama namun bagaimana kita memanfaatkannya sepenuhnya tergantung kita.

Dalam berbagai seminar dan training saya selalu menegaskan bahwa salah satu hal mencolok yang membedakan orang sukses dan orang gagal adalah bagaimana mereka mengisi waktu mereka. Ketika orang-orang gagal sedang duduk sambil ongkang-ongkang kaki, orang-orang sukses telah memulai menabur dan bekerja keras. Itulah sebabnya ketika orang-orang sukses menuai, orang-orang gagal hanya bisa gigit jari, bahkan terkadang merasa iri.

Ketika memberikan training di sebuah toko buku besar di Jakarta, saya bertanya kepada para staf berapa banyak waktu yang mereka luangkan setiap hari untuk membaca. Anehnya, sebagian besar menjawab sama sekali tidak pernah. Alasannya sangat sederhana: tidak punya waktu. Kemudian saya balik bertanya, setiap hari berapa jam yang mereka habiskan di atas kendaraan umum untuk pulang pergi kerja. Umumnya menjawab satu hingga dua jam. "Nah, mengapa satu sampai dua jam itu tidak diluangkan untuk membaca?" tanya saya. Jika kita tahu mana yang penting dan merupakan prioritas maka kita lebih terdorong untuk melakukannya secara serius. Jika tidak, kita cenderung diombang-ambingkan oleh kehidupan dan membiarkan waktu berlalu begitu saja.

Seorang sahabat pernah memberikan saya sebuah puisi berjudul Pentingnya Waktu. Berikut kutipannya: "Untuk mengetahui nilai satu tahun, tanyakanlah kepada siswa yang gagal ujian akhir. Untuk mengetahui nilai satu bulan, tanyakanlah kepada ibu yang melahirkan bayi prematur. Untuk mengetahui nilai satu minggu, tanyakanlah kepada seorang editor surat kabar mingguan. Untuk mengetahui nilai satu jam, tanyakanlah kepada sepasang kekasih yang menanti untuk bertemu. Untuk mengetahui nilai satu menit, tanyakanlah kepada seorang yang baru saja ketinggalan bis, kereta atau pesawat. Untuk mengetahui nilai satu detik, tanyakanlah kepada seorang yang selamat dari kecelakaan. Untuk mengetahui nilai satu milidetik, tanyakanlah kepada seorang yang meraih medali perak di Olimpiade."

Ya, waktu memang sangat penting. Tidaklah berlebihan jika ada orang yang selalu berdoa dan mengucap syukur atas waktu yang dikaruniakan Tuhan. "Terima kasih kasih Tuhan atas hari ini karena hamba-Mu masih Engkau perkenankan melakukan hal-hal berguna demi memuliakan nama-Mu di muka bumi ini," begitu doa seorang pemuda setiap bangun pagi. Menjelang tidur, ia pun berdoa, "Tuhan terima kasih atas hari ini. Terima kasih atas kesempatan yang telah Engkau karuniakan kepada hamba-Mu ini. Semoga apa yang aku lakukan hari ini sungguh berguna, tidak hanya bagi diriku tapi juga bagi sesamaku dan yang terpenting bagi kemuliaan nama-Mu. Barangkali aku memang belum bisa memanfaatkan waktuku secara maksimal. Semoga aku masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri esok hari. Amin."

Ijinkanlah saya menutup jumpa kita kali ini dengan nasihat dari seorang sahabat, "Seinci waktu adalah seinci emas tetapi kita tidak dapat membeli seinci waktu dengan seinci emas. Jadi, pergunakanlah waktumu sebaik-baiknya karena waktu yang telah lewat tidak akan pernah kembali lagi."

Artikel ini dikutip dari Buku Melangkah Maju di Masa Sulit (Stand Strong) karya Paulus Winarto, Penerbit Andi 2005.

Paulus Winarto adalah pemegang 2 Rekor Indonesia dari Museum Rekor Indonesia (MURI) yakni sebagai pembicara seminar yang pertama kali berbicara dalam seminar di angkasa dan penulis buku yang pertama kali bukunya diluncurkan di angkasa. Sejumlah bukunya masuk dalam kategori best seller nasional (First Step to be An Entrepreneur, Reach Your Maximum Potential dan The Leadership Wisdom). Ia dapat dihubungi melalui e-mail: pwinarto@cbn.net.id


---
Berfokus Kepada Kelebihan Diri


Anak-anak, coba tuliskan tiga kelebihanmu, kata seorang pastor yang hari itu menjadi pembimbing retreat bagi anak-anak sekolah dasar. Menit demi menit berlalu namun anak-anak itu seakan masih bingung.

Dengan setengah berakting, sang pastor kemudian bersuara keras : "Ayo, tuliskan! Kalau ngga, kertasmu saya sobek lo." Anak-anak manis itu seketika menjadi salah tingkah.

Beberapa di antara mereka, memang tampak mulai menulis. Salah satu di antara mereka menulis di atas kertas, "Kadang-kadang nurutin kata ibu. Kadang-kadang bantu ibu. Kadang-kadang nyuapin adik makan."

Penuh rasa penasaran, sang pastor bertanya kepadanya : "Kenapa tulisnya kadang-kadang?". Dengan wajah penuh keluguan, sang bocah hanya berkata : "Emang cuma kadang-kadang, pastor."

Ketika semua anak telah menuliskan kelebihan dirinya, sang pastor kemudian melanjutkan instruksi berikutnya : "Sekarang anak-anak, coba tuliskan tiga kelemahanmu atau hal-hal yang buruk dalam dirimu." Seketika ruangan kelas menjadi gaduh. Anak-anak tampak bersemangat. Salah satu dari mereka angkat tangan dan bertanya : "Tiga saja, pastor?". "Ya, tiga saja!" jawab pastor. Anak tadi langsung menyambung : "Pastor, jangankan tiga, sepuluh juga bisa!".

Apa pelajaran yang bisa kita petik dari cerita sederhana itu? Saya menangkap setidaknya ada beberapa hal penting yang bisa kita pelajari. Salah satunya, kita sering tidak menyadari apa kelebihan diri kita karena lingkungan dan orang di sekitar kita jauh lebih sering mengkomunikasikan kepada kita kejelekan dan kekurangan kita.

Baru-baru ini, saya dan istri saya menyaksikan di sebuah televisi swasta pertunjukkan seni dari para penyandang cacat. Kami benar-benar terharu. Ada orang buta yang begitu piawai bermain piano atau kecapi. Pria tanpa lengan dan wanita muda yang tuli dapat menari dengan begitu indahnya. "Luar biasa, dia bisa menari dengan penuh penghayatan. Yang membuat saya heran, dia kan tuli tapi kok bisa mengikuti irama lagu dengan sangat tepat?", kata istri saya terkagum-kagum.

Seorang pria buta yang bernyanyi dengan nada merdu sempat berkata, "Saudaraku, saya memiliki dua mata seperti Anda. Namun yang ada di depan saya hanyalah kegelapan. Ibu saya mengatakan saya bisa bernyanyi, dan ia memberi saya semangat untuk bernyanyi."

Benarlah apa yang dikatakan Alexander Graham Bell : "Setelah satu pintu tertutup, pintu lainnya terbuka; tetapi kerap kali kita terlalu lama memandangi dan menyesali pintu yang telah tertutup sehingga kita tidak melihat pintu yang telah dibuka untuk kita." Fokuskan perhatian pada kelebihan kita dan bukan kelemahan kita. ****


---

Reach Your Dream (bag 1)


Seorang pemuda berusia dua puluh tahunan bermimpi suatu hari nanti ia menjadi seorang jutawan. Ia sepenuh sadar bahwa impian adalah sesuatu yang mampu membangkitkan motivasi dan memberikan arah bagi kehidupan setiap insan. Impian ini kemudian disampaikannya kepada sang kekasih. Beberapa waktu kemudian mereka menikah.

Sayangnya tidak lama kemudian terjadi krisis ekonomi yang parah. Masa depresi besar tiba! Pasangan ini kemudian mengalami berbagai peristiwa menyedihkan dalam kehidupan mereka. Mulai dari kehilangan pekerjaan dan mobil, rumah yang digadaikan hingga tabungan yang kian menipis dari hari ke hari. Sang pemuda ini mengalami frustrasi luar biasa. Ia kerap duduk termenung seorang diri. Ia bahkan menyarankan agar istrinya meninggalkan dia. Ia merasa tidak mampu lagi menjadi suami yang baik. Ia merasa telah gagal dalam hidupnya.

Siapa menduga sang istri justru tidak kehilangan harapannya sedikit pun? Sang istri yang penuh kasih sayang ini selalu dekat dan menguatkannya. Dengan tidak bosan-bosannya ia meyakinkan sang suami bahwa impian untuk menjadi jutawan itu belum mati dan mereka pasti bisa mencapainya bersama-sama suatu hari kelak. "Suamiku, kita harus tetap melakukan sesuatu agar impian kita itu tetap hidup," katanya berulang kali kepada sang suami. "Tetap hidup?" jawab sang suami, "Impian kita telah mati! Kita telah gagal!"

Sang istri tetap tidak mau percaya bahwa impian itu telah mati. Ia bahkan sama sekali tidak bersedia untuk mengubur impian tersebut! Untuk tetap menjaga kehidupan impian tersebut ia mengajak sang suami untuk merancang apa yang akan mereka lakukan jika suatu saat nanti mereka menjadi jutawan. Keduanya lalu mulai melakukan hal ini setiap kali selesai makan malam.

Waktu terus berlalu dan mereka masih saja melakukan kegiatan yang sama hingga suatu hari sang suami mendapatkan sebuah ide brilian: menciptakan permainan uang. Yakni barang-barang apa saja yang akan dibeli jika seseorang memiliki "uang", misalnya tanah, rumah, gedung, dsb. Gagasan ini terus mereka matangkan. Mereka menambahkan papan permainan, dadu, kartu, rumah-rumah kecil, hotel-hotel kecil, dsb. Bisakah Anda menebak permainan apakah ini? Ya, tepat! Permainan itu bernama monopoli. Ya, begitulah cerita bagaimana Charles Darrow dan istrinya, Esther menciptakan permainan tersebut. Permainan ini kemudian dijual kepada seorang pengusaha dengan harga satu juta dolar dan impian jadi jutawan pun terwujud!

Cerita ini sungguh menggugah hati saya. Betapa tidak, dalam hidup ini tidak banyak orang yang bisa dengan teguh memegang impian mereka. Terkadang impian itu menjadi "layu sebelum berkembang". Kasihan sekali! Banyak orang yang tahu bahwa impian kerap menjadi awal perjuangan untuk menwujudkan hari esok yang lebih baik namun sayangnya banyak juga yang belum berani bermimpi. Padahal bermimpi itu gratis. Bermimpi itu hak setiap manusia. Lagipula, bermimpi bukanlah tindakan kriminal.

Ada juga kelompok orang yang berani bermimpi namun enggan berkorban untuk mewujudkan impiannya tersebut. Dalam berbagai seminar atau training saya sering mengatakan : "Jika Anda tidak bersedia berkorban maka lupakan saja impian Anda. Semakin besar impian Anda maka semakin besar pula pengorbanan yang harus Anda lakukan."

Man. United vs Tottenham 0-0 (a.p. 4-1)
Awal dari Quadruple?

“Kalian dari Manchester…Kalian dari Manchester. Untuk apa datang ke sini… Untuk apa datang ke sini?” Teriakan dari sekelompok pendukung Tottenham Hotspur itu ditujukan kepada dua penggemar Man. United yang baru masuk ke gerbong jalur Metropolitan di Stasiun Baker Street.

Terjebak di antara pendukung lawan, BOLA menjadi saksi bagaimana keduanya hanya membisu dan cuma bisa tersenyum saat penggemar Spurs terus bernyanyi, melompat-lompat, dan memukul-mukulkan tangan ke gerbong metro dalam perjalanan sepuluh menit menuju Wembley Park menjelang final Piala Carling, Minggu (1/3).

Di Stasiun Wembley Park, dua setengah jam sebelum kick-off, suasana memang luar biasa. Pendukung Spurs ada di mana-mana. Tidak seperti dua penggemar United tadi, di Wembley suporter Setan Merah membalas dan mengimbangi yel-yel dari fan Tottenham.

“Siapa kalian," demikian balas pendukung United setiap suporter Spurs bernyanyi-nyanyi. Sekitar 15 menit sebelum tendangan pertama, terjadi insiden saling memaki dan dorong antara kedua suporter di Olympic Way atau di depan tribun selatan.

Untung polisi berkuda bertindak cepat mengusir mereka agar pergi ke wilayah tempat duduk yang sudah ditetapkan, fan United ke kiri dan pendukung Spurs ke kanan. Aman!

Nah, setelah drama selama lebih dari 120 menit berakhir di dalam stadion, fan Spurs tidak antusias lagi. Sebaliknya pendukung United terus bernyanyi untuk merayakan kemenangan 4-1 melalui adu penalti (0-0).

Yel-yel dari Reds terus terdengar dari Stasiun Wembley Park sampai London Euston, dan tentu saja berlanjut dalam perjalanan selama sekitar dua jam dengan menumpangi kereta api Virgin untuk kembali ke Manchester.

Keyakinan Rooney

Sambil bergegas meninggalkan London, pendukung United dapat menjawab olok-olok suporter Spurs, “Kami datang untuk menjadi juara. Campione…campione…campione.”

Sebelum pertandingan, Wayne Rooney pun menyatakan keyakinannya bahwa kemenangan di Wembley akan membuka jalan Red Devils menuju raihan status quintuple winner. Artinya, setelah menjadi Juara Dunia di Desember lalu, raihan Piala Liga ini akan disusul datangnya gelar juara Premier League, Piala FA, dan Liga Champion.

Meski Roo tidak nongol di bangku cadangan dan lapangan karena alasan kesehatan, semangatnya ternyata menular ke dalam skuad United.

Dalam drama adu penalti, dua eksekusi yang gagal dari Jamie O’Hara dan David Bentley memberikan keuntungan bagi United hingga kesempatan tendangan keempat. Seluruh eksekusi Red Devils berlangsung mulus dengan diakhiri gelontoran Anderson Oliveira.

United unggul 4-1 di adu penalti dan ini seakan menebus kemandulan Danny Welbeck, yang sama sekali tidak membahayakan gawang Heurelho Gomes di sepanjang 56 menit dirinya bermain. (Riemantono, dari London/Darojatun)




Chelsea
Menunggu United Hilang Poin

Guus Hiddink meneruskan tuahnya. Niat bos interim ini memberikan kemenangan bagi Chelsea masih berlanjut. Sundulan Frank Lampard di pengujung duel, Sabtu (28/2), menjadi pemasti poin penuh. Namun, Steve Bruce merasa angka mereka dari Stamford Bridge telah dirampok.

Voli gunting kapten The Blues, John Terry, membuka skor di menit ke-25 walau kiper Chris Kirkland terkecoh karena bola mengenai Emmerson Boyce. The Latics, yang tak pernah menang dalam enam partai sebelumnya di liga, dapat menyamakan kedudukan saat laga tinggal delapan menit lagi. Olivier Kapo sukses meneruskan sodoran matang Maynor Figueroa.

Lampard memastikan kemenangan Si Biru saat injury time. Bola panjang ke dalam kotak disundul Michael Ballack. Lamps menaklukkan Mario Melchiot untuk menyundul masuk bola.

Steve Bruce, gaffer Wigan, meradang. Gol pamungkas itu dinilainya tercipta karena Lamps mendorong Melchiot lebih dulu.

“Bagi saya, itu adalah dorongan yang mencolok. Ia, Frank, tahu yang dilakukannya. Fair play untuk Frank. Kita semua melakukannya dan bisa menghindar dari hukuman. Wasit hanya beberapa belas meter. Mario tak terkawal untuk menyundul, jadi kenapa ia tak melakukannya jika tidak diganggu?” ujar Bruce sinis.

Masih berhubungan dengan pengadil, omelan Bruce berkembang karena lawan dinilainya mendapat bantuan lain. Sepak pojok yang mengawali gol Terry tak semestinya diberikan, pun dengan kartu kuning Charles N’Zogbia.

Realistis

“Kadang kala, saat datang ke kandang klub besar, sejujurnya muncul pertanyaan, ‘Apakah mereka sungguh-sungguh besar?’. Banyak keputusan merugikan tim yang lebih kecil yang sungguh sulit dipercaya,” lanjut eks bos Birmingham ini.

Hiddink berkilah kontak seperti itu adalah hal biasa. Namun, rasa lega orang Belanda ini karena tak tertahan oleh The Latics terasa jelas.

“Kami senang dengan kemenangan meski didapat dengan susah melawan Wigan, yang tampil sangat baik. Mereka beberapa kali merepotkan kami,” ucap Hiddink di BBC.

Kemenangan ini adalah yang kedua berturut-turut di liga yang diraih Si Biru di bawah nakhoda baru. Klub London Barat ini naik ke peringkat kedua menggusur Liverpool dengan keunggulan selisih gol. Hiddink merasa peluang Chelski menjadi kampiun masih ada, tapi sadar kecil saja.

“Realistis saja, Chelsea bergantung pada hilangnya poin Man. United dan kami harus terus menang. Selama itu mungkin, kami takkan menyerah,” kata sang bos. (chrs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar