Selasa, 21 April 2009

Mitos Kekayaan yang Menjerumuskan





Siapa di antara Anda yang tidak ingin menjadi kaya? Kaya di sini tentu saja dalam artian memiliki aset yang lebih dari cukup, baik itu aset likuid maupun non likuid. Tapi, sebagian dari Anda boleh jadi akan menjawab bahwa kekayaan itu bukan hal penting. Yang terpenting adalah bagaimana bisa hidup bahagia.

Anda benar, tetapi memiliki aset yang memadai juga penting, kendati bukan hal terpenting. Sebab, tidak sedikit kalangan yang hidupnya malah hanya mengejar kekayaan dan akhirnya terjebak dalam paradigma uang adalah segalanya. Yang benar adalah bagaimana menjadi seimbang, yakni berupaya memiliki kekayaan secara wajar dan halal serta mampu menikmati dan memanfaatkannya. Konkretnya, enggan memiliki kekayaan juga bukan hal benar, namun berupaya meningkatkan kekayaan dengan segala cara lebih tidak benar.

Untuk tidak terjebak pada makna kekayaan, baik dalam pandangan yang menganggap kekayaan adalah segalanya dan juga sebaliknya, tidak salah jika kita cermati beberapa mitos yang mengemuka dalam masyarakat berkaitan dengan uang atau pun kekayaan.

1. Uang tidak pernah cukup, maka harus dikejar terus

Mitos ini salah kaprah, karena pada dasarnya uang selalu cukup sepanjang kita tahu bagaimana memanfaatkan dan mengelolanya. Untuk mengelola uang hingga bisa bertumbuh dan menjadi cukup, selayaknya setiap orang memiliki perencanaan bagaimana mencari dan menggunakan uang.

Salah satu cara yang paling sederhana adalah menentukan lebih dahulu berapa uang yang Anda perlukan untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Memang tingkat kebutuhan setiap orang berbeda, namun yang penting Anda harus menentukan sesuai dengan tingkat kehidupan yang Anda inginkan.

Setelah itu, Anda tentu akan mencari penghasilan. Di sini yang perlu Anda pastikan bukan mencari penghasilan sebesar-besarnya, melainkan bagaimana Anda memiliki kemampuan menghasilkan uang secara langgeng dan mampu memenuhi kebutuhan hidup Anda.

Jadi, bukan bagaimana mencari uang sebanyak-banyaknya, melainkan mengkondisikan keadaan sehingga Anda memiliki uang yang cukup secara langgeng. Konkretnya, buat apa Anda memiliki uang dalam jumlah besar kalau beberapa saat kemudian uang tersebut habis. Jauh lebih baik jika Anda memiliki uang cukup, namun terus berkelanjutan.

2. Jika memiliki uang, orang dapat memenuhi semua keinginannya

Ini juga keliru. Tidak semua hal di dunia ini bisa dibeli dengan uang. Hal-hal yang menyangkut ‘rasa' di hati kerap tidak terkait dengan uang. Kalaupun ada yang mencoba membeli, sifatnya artifisial dan hanya sementara. Jadi, kalau pada dasarnya memang tidak bahagia, maka kendati memiliki uang berkarung-karung tetap saja tidak bahagia.

Oleh karena itu, jangan pernah berpikir uang merupakan satu-satunya cara mencapai tujuan hidup Anda. Atau di sisi lain, jika Anda masih belum mampu mendapatkan uang dalam jumlah memadai, bukan berarti kiamat. Berapa pun uang Anda, sebenarnya tetap cukup, sepanjang Anda mau melakukan penyesuaian.

3. Uang perlu dicari agar bisa pensiun dan tidak perlu bekerja lagi

Ini juga tidak terlalu tepat. Bekerja dan mencari uang adalah dua hal yang berbeda. Artinya, jika mencintai pekerjaan dan mendapatkan makna hidup di situ, kenapa harus pensiun? Dengan kata lain, bekerja tidak selalu identik demi uang. Akan tetapi jika pekerjaan Anda hanya memberi beban hidup, kendati menghasilkan banyak uang, untuk apa dilanjutkan? Pekerjaan dan uang itu mungkin sudah tak bisa dinikmati lagi.

Di sisi lain, jika Anda merasa klop dengan pekerjaan, kendati uang yang dihasilkan tidak terlalu banyak, namun bisa memberi kelanggengan, sebaiknya Anda berpikir dua kali soal uang. Hal yang penting, penghasilan Anda memadai, dalam arti dapat memenuhi kebutuhan Anda dalam jangka panjang, bahkan sampai pensiun.

4. Untuk menjadi kaya harus berpendidikan tinggi

Mitos ini ada benarnya, tetapi tidak seratus persen. Realitasnya, kita melihat banyak orang tidak berpendidikan tinggi, tetapi memiliki aset sangat besar. Sebaliknya, tidak sedikit kalangan memiliki latar belakang tinggi, tetapi hidup serba kekurangan. Yang benar adalah bagaimana memanfaatkan pendidikan tinggi yang dimiliki untuk bekerja atau memilih pekerjaan sesuai dengan minat dan memberikan penghasilan memadai.

5. Jika berhasil memiliki uang lebih banyak, maka akan lebih besar kesempatan menabung

Ini benar-benar pelecehan, sebab menabung bisa dilakukan pada jumlah berapa pun. Menabung tidak bergantung pada besarnya pendapatan, tetapi lebih pada kemauan. Lebih dari itu, kebiasaan banyak orang, semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran.

Selain kelima hal tersebut, masih banyak mitos lain berkaitan dengan uang dan kekayaan yang berkembang di masyarakat. Namun, terlepas dari apakah ada yang percaya dan terpengaruh atau tidak, intinya sebagian mitos tersebut tidak berdasar. Oleh karena itu, ada baiknya Anda mengubah paradigma dan tak menjadikan mitos sebagai referensi mencari kekayaan.

Hal yang utama, tentukan kembali tujuan hidup Anda. Kalau Anda tidak punya tujuan dalam hidup, buat apa hidup? Tentu saja tujuan hidup setiap orang berbeda dan setiap orang berhak menentukan tujuan hidup masing-masing.

Untuk mencapai ujuan hidup tersebut, siapa pun selayaknya memiliki perencanaan. Lazimnya, salah satu bagian dari tujuan hidup adalah memiliki tujuan keuangan sekaligus membuat perencanaan. Dalam kaitan perencanaan keuangan inilah Anda mesti mampu menghindarkan diri dari mitos-mitos keuangan.


---

Persaingan Bisnis??!! Siapa Takut!!

Dalam dunia bisnis saat ini, sepertinya tidak ada suatu usaha yang tidak ada saingannya. Jangan pernah kalah lebih dulu sebelum berperang, tidak selalu pesaing yang lebih besar bahkan mungkin bisa dikatakan raksasa industri dibidang yang Anda geluti akan membunuh usaha Anda. Anda bisa menghadapinya, memperkuat pijakan kaki Anda, dan memberi mereka sebuah pelajaran tentang kegigihan.

Hal itu bukanlah sesuatu yang mustahil, ini pernah dilakukan oleh seorang pria asal Australia bernama Garry Leech. Garry awalnya bekerja untuk Arnott's sebagai petugas pelayanan pertanian. Pertama kali mengenal tentang kripik kentang komersial yang dimasak secara tradisional pada tahun 1984, saat dirinya melakukan perjalanan bisnis ke Amerika. Sebuah ide muncul, dan menurutnya hal ini bisa berhasil di Australia.

Pada tahun 1987, Garry keluar dari Arnot's dan membangun kemitraan dengan empat pengusaha Sydney, Leo Schultz, Andrew Mandrides, Ivan Tomasich dan Ralph Gilbert Schultz yang saat itu tengah menjalankan bisnis menjual kentang grosiran dan sedang mencari sesuatu yang baru.

Yang dilakukan Garry selanjutnya adalah meminta nasihat dan peralatan dari sebuah perusahaan Amerika yang bernama Martin's, yang sudah sukses memproduksi keripik kentang rumahan secara massal. Produk hasil produksi Garry dan kawan-kawannya ini akhirnya di beri nama Kettle Chips.

Mereka memiliki sedikit uang untuk mengembangkan kemasan yang menarik, namun sayangnya tidak memiliki cukup uang untuk beriklan. Akhirnya pada tahun 1989, Andrew Mandrides yang bertindak sebagai manajer pemasaran, berkeliling dan memasarkannya melalui telepon dan juga ke berbagai tempat.

Awalnya banyak pemilik toko menolak menjual Kettle Chips, karena saat itu pasar makanan ringan di Australia di dominasi produk multinasional, terutama merek Smith's. Namun tim ini bekerja keras hingga 17-18 jam perhari.

Saya tahu saya tengah duduk di atas sebuah tambang emas ketika kami keluar dan membawa bungkusan untuk orang-orang, kata Mandrides.

Berkat kerja keras mereka, produk Kettle Chips ini mulai terjual, bahkan menguasai 5% dari pangsa pasar. Hal ini membuat para pemain besar mulai memperhatikan gerakan Garry Leech dan timnya.

Lalu pada bulan April 1992, sebuah produk saingan bernama Smith's Country Kettle Chips muncul dipasaran. Produk ini tampak sangat mirip dengan Kettle Chips, kemasannya, huruf, warna, bahkan gambar depannya pun mirip, sebuah kuali tradisional yang dijilat api dari bawah. Akibatnya penjualan menurun, karena para pembeli di buat bingung.

Akhirnya kemitraan Kettle Chips tidak memiliki pilihan lain, mereka menuntut pemilik Smith's, anak perusahaan Coca-Cola Amatil yang bernama CCA Snack Foods, atas prilaku penyesatan sebagaimana tercantum dalam peraturan Trade Practice Act.

Pengadilan menyidangkan kasus ini pada tahun 1993, dan memenangkan pihak Kettle Chips, serta memutuskan bahwa pemilik Smith's telah "memalsukan" produk mereka sebagai Kettle Chips. Namun, ternyata pihak Smith's tidak puas dengan keputusan tersebut, mereka mengajukan banding. Kasus itu disidangkan kembali dua kali, dan Pengadilan Federal kembali memenangkan Kettle Chips, serta meminta pihak Smith's membayar ganti rugi sebesar 11,1 juta dolar Australia.

Perusahaan Kettle Cooked Chips Company menunjukkan perkembangan yang cukup baik, hal ini membuat perusahaan multinasional Arnott's meliriknya. Gerry Leech dan rekan-rekannya akhirnya menerima tawaran dari Arnott's yang membeli perusahaan tersebut seharga 26 juta dolar Australia.

Beberapa pelajaran berharga yang bisa dipelajari dari kisah Gerry Leech ini :
Pertama, jangan takut untuk mencoba sebuah ide, lakukan riset, cari tahu siapa ahlinya, mintalah nasihat dan cobalah mulai bisnis Anda sendiri.

Kedua, terkadang Anda tidak harus jadi single fighter, carilah rekan yang bisa Anda ajak kerjasama.

Ketiga, buatlah produk yang original. Pastikan Anda membuat inovasi yang membuat produk Anda bukan jiplakan. Seperti kisah Garry, jika produk Anda original, Anda bisa mempertahankan posisi Anda sekalipun membutuhkan kerja keras untuk merebut pasaran.

Dan yang terakhir, jangan takut untuk bersaing, sekalipun dengan raksasa dibidangnya. Selalu ada peluang yang terbuka. Anda hanya perlu kreatif, inovatif dan pastinya bekerja keras dalam mencapai keberhasilan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar