“Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh” (John Gray)
Pembaca, hidup memang tidak lepas dari berbagai tekanan. Lebih-lebih,hidup di alam modern ini yang menyuguhkan beragam risiko. Sampai seorang sosiolog Ulrich Beck menamai jaman kontemporer ini dengan masyarakat risiko (risk society). Alam modern menyuguhkan perubahan cepat dan tak jarang mengagetkan.
Nah, tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Pembaca, pada kesempatan ini, saya akan memaparkan empat tipe orang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut. Mari kita bahas satu demi satu tipe manusia dalam menghadapi tekanan hidup ini.
Tipe pertama, tipe kayu rapuh. Sedikit tekanan saja membuat manusia ini patah arang. Orang macam ini kesehariannya kelihatan bagus. Tapi, rapuh sekali di dalam hatinya. Orang ini gampang sekali mengeluh pada
saat kesulitan terjadi.
Sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tak berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu berlatih berpikiran positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.
Majalah Time pernah menyajikan topik generasi kepompong (cacoon generation). Time mengambil contoh di Jepang, di mana banyak orang menjadi sangat lembek karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan. Menghadapi orang macam ini, kadang kita harus lebih berani tega. Sesekali mereka perlu belajar dilatih menghadapi kesulitan. Posisikan kita sebagai pendamping mereka.
Tipe kedua, tipe lempeng besi. Orang tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan pada awalnya. Namun seperti layaknya besi, ketika situasi menekan itu semakin besar dan kompleks, ia mulai bengkok dan
tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini. Mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi tidak dalam kondisi berlarut-larut.
Tambahan tekanan sedikit saja, membuat mereka menyerah dan putus asa. Untungnya, orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah. Tipe lempeng besi memang masih belum terlatih. Tapi, kalau
mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.
Tipe ketiga, tipe kapas. Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba, orang mampu bersikap fleksibel. Cobalah Anda menekan sebongkah kapas. Ia akan mengikuti tekanan yang terjadi.
Ia mampu menyesuaikan saat terjadi tekanan. Tapi, setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali ke keadaan semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ke titik awal untuk memulai lagi.
Tipe keempat, tipe manusia bola pingpong. Inilah tipe yang ideal dan terhebat. Jangan sekali-kali menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif. Coba perhatikan bola pingpong. Saat ditekan, justru ia memantuk ke atas dengan lebih dahsyat. Saya teringat kisah hidup motivator dunia Anthony Robbins dalam salah satu biografinya.
Untuk memotivasi dirinya, ia sengaja membeli suatu bangunan mewah, sementara uangnya tidak memadai. Tapi, justru tekanan keuangan inilah yang membuat dirinya semakin kreatif dan tertantang mencapai tingkat
finansial yang diharapkannya. Hal ini pernah terjadi dengan seorang kepala regional sales yang performance- nya bagus sekali.
Bangun network
Tetapi, hasilnya ini membuat atasannya tidak suka. Akibatnya, justru dengan sengaja atasannya yang kurang suka kepadanya memindahkannya ke daerah yang lebih parah kondisinya. Tetapi, bukannya mengeluh seperti
rekan sebelumnya di daerah tersebut. Malahan, ia berusaha membangun netwok, mengubah cara kerja, dan membereskan organisasi. Di tahun kedua di daerah tersebut, justru tempatnya berhasil masuk dalam daerah tiga top sales.
Contoh lain adalah novelis dunia Fyodor Mikhailovich Dostoevsky. Pada musim dingin, ia meringkuk di dalam penjara dengan deraan angin dingin, lantai penuh kotoran seinci tebalnya, dan kerja paksa tiap hari. Ia mirip ikan herring dalam kaleng. Namun, Siberia yang beku tidak berhasil membungkam kreativitasnya.
Dari sanalah ia melahirkan karya-karya tulis besar, seperti The Double dan Notes of The Dead. Ia menjadi sastrawan dunia. Hal ini juga dialami Ho Chi Minh. Orang Vietnam yang biasa dipanggil Paman Ho
ini harus meringkuk dalam penjara. Tapi, penjara tidaklah membuat dirinya patah arang. Ia berjuang dengan puisi-puisi yang ia tulis. A Comrade Paper Blanket menjadi buah karya kondangnya.
Nah, pembaca, itu hanya contoh kecil. Yang penting sekarang adalah Anda. Ketika Anda menghadapi kesulitan, seperti apakah diri Anda? Bagaimana reaksi Anda? Tidak menjadi persoalan di mana Anda saat ini.
Tetapi, yang penting bergeraklah dari level tipe kayu rapuh ke tipe selanjutnya. Hingga akhirnya, bangun mental Anda hingga ke level bola pingpong. Saat itulah, kesulitan dan tantangan tidak lagi menjadi
suatu yang mencemaskan untuk Anda. Sekuat itukah mental Anda?
Sumber: 4 Tipe Manusia Hadapi Tekanan Hidup oleh Anthony Dio Martin
--
Wanita yang Beruntung
Suasana pagi itu sangat sibuk. Jam menunjukkan pukul 8:30 ketika seorang lelaki tua umur 80-an
masuk untuk meminta agar jahitan di ibu jarinya dilepas. Ia berkata bahwa ia sedang terburu-buru
karena ada janji pukul 9:00. Aku memahami gelagatnya lalu meminta untuk duduk. Aku tahu
pekerjaan ini akan memakan waktu lebih dari satu jam sebelum orang lain bisa menemuinya.
Aku perhatikan ia melihat jamnya lalu memutuskan untuk dilepas jahitannya. Karena saat itu aku
sedang tidak sibuk dengan pasien-pasien lain, maka kuteliti luka di ibu jarinya. Ternyata lukanya telah
sembuh dengan baik, lalu kukatakan kepada salah seorang dokter apa yang hendak kulakukan. Aku
lalu menyiapkan peralatan dan baran-barang yang kuperlukan untuk melepas jahitan dan membalut
lukanya.
Sambil merawat lukanya aku terlibat dalam pembicaraan dengannya. Aku bertanya apakah pagi ini ia
punya janji dengan salah seorang dokter di sini, karena ia tampak begitu terburu-buru. Ia tidak
menjawab, ia harus pergi ke rumah perawatan untuk sarapan bersama istrinya. Aku lalu bertanya
tentang keadaan istrinya. Ia berkata bahwa istrinya menderita Alzheimer dan belum lama dirawat di
tempat itu.
Sambil mengobrol, kuselesaikan balutan di ibu jarinya. Aku bertanya apakah istrinya akan merasa
khawatir bahwa hari ini ia agak terlambat. Ia menjawab bahwa istrinya sudah lima tahun tidak lagi
mengenalinya.
Aku merasa terkejut dan bertanya, "Apakah kau pergi ke sana setiap hari meski istrimu sudah tidak
mengenalmu?”
Ia tersenyum, menepuk tanganku lalu berkata, "Benar ia tidak mengenaliku, tapi aku kan
mengenalinya!"
Aku harus menahan tangis haruku ketika ia pergi. Aku merenung, "Ini adalah jenis cinta yang
kuharapkan dalam hidupku."
Sungguh istrinya adalah wanita yang beruntung. Seharusnya kita memiliki cinta semacam ini. Cinta
sejati tidak bersifat jasmani, dan tidak pula hanya bersifat romantis. Cinta sejati adalah kesediaan
untuk menerima apa adanya, dan kerelaan untuk menerima apa yang telah, apa yang akan, dan apa
yang tidak terjadi.
Sahabat yang baik seperti bintang di langit. Kau tidak dapat selalu melihatnya, namun kau tahu
bahwa mereka ada di luar sana.
--
“ WINNERS NEVER QUIT AND QUITTERS NEVER WIN” (pemenang tak pernah menyerah dan pecundang takkan pernah menang).
Dulu dia sangat percaya, ‘ sukses diukur bukan dari tingginya pencapaian, melainkan seberapa besarhambatan yang berhasil diatasi dalam proses mencapai sukses’
Dan ‘Tak penting berapa kali anda jatuh, yang penting berapa kali anda dapat bangkit setelah jatuh.’
Maka diputuskannya untuk terus maju, tak gentar menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Sekejap pun tak ingin menyerah karena tak sudi menjadi PECUNDANG. Begitulah selama 7 tahun, terus mengejar impian tanpa melakukan analisis kritis pada kehidupan pribadi. Pokoknya maju terus.
Apalagi diperparah dengan kepercayaan ” Semua orang pada dasarnya orang sukses. Mereka gagal karena menyerah terlalu cepat.” Wuuiiihhh....betapa berbahaya kepercayaan ini....
JUJUR PADA DIRI SENDIRI
Sebaiknya pernyataan itu diplesetkan, ”Quitters can win if they know the right reason, the right way, and the right time to quit.”
Nah apakah kita boleh QUIT?? Tentu saja. Hanya, harus dengan alasan yang tepat. Kita harus jujur pada diri sendiri. Apakah quit karena malas, tidak termotivasi, tidak tahan tekanan, kurang ulet, ataukah kita quit karena setelah bekerja sangat keras dan berusaha sungguh2, sepenuh hati tapi apa yg kita dapat tidak sesuai value yang kita harapkan??
Quit bukan hanya untuk mereka yang belum berhasil mencapai sesuatu. Seorang konsultan keuangan sukses di jakarta pada usia 40 tahun memutuskan untuk quit dan banting setir menjadi seorang pelukis. ”Saya merasa jauh lebih tenang dan bahagia. Inilah impian saya sejak lama, menjadi orang yang bebas berekspresi,” katanya.
NILAI HIDUP ADALAH KOMPAS
Tak sedikit orang mendaki kesuksesan, dan setelah mencapai puncak tangga, ia baru tersadar ternyata tangganya bersandar di tembok yang salah. Mengapa begitu? Kebanyakan kita tidak merancang hidup dengan hati- hati dan saksama, tak punya peta kehidupan.
Peta kehidupan dibuat dengan lebih dulu membuat daftar impian tertulis. Impian ini harus lengkap meliputi berbagai aspek kehidupan. Ada aspek spiritual, finansial, bisnis-karier, materi, sosial, keluarga, kesehatan fisik dan mental. Langkah awal menyusun impian adalah dengan mencari tahu, menetapkan, dan menyusun nilai- nilai hidup.
Nilai hidup adalah apa yang kita yakini sebagai hal yang penting bagi hidup kita. Ia berperan sebagai kompas yang mengarahkan perahu kehidupan kita. Dengan nilai hidup sebagai fondasi, impian yang disusun tidak akan menyimpang dari tujuan hidup kita. Dengan demikian saat mencapai puncak kesuksesan kita justru akan semakin bersemangat dan bahagia. Jadi, ukurannya seberapa bahagia kita saat mencapai impian.
PANGGILAN HATI
Seorang kawan Adi W. Gunawan, yaitu Lan Fang, dulunya agen asuransi yang sukses. Namun hatinya selalu gelisah, merasa asuransi bukan dunia yang sesuai dengan panggilan hatinya. Ia senang menulis.
Akhirnya, Lan fang mengikuti kata hatinya, menjadi seorang penulis buku. Ia quit dengan alasan yang tepat, di saat yang tepat, dan dengan perencanaan tersusun baik dan matang. Sampai saat ini Lan Fang telah menulis delapan novel. Reinkarnasi, Laki- laki yang Salah, Perempuan Kembang Jepun, dan Kota Tanpa Kelamin adalah beberapa contoh
Nah, siapa bilang quitters never win? Mungkin sebenarnya yang sering dikatakan the real winner adalah mereka yang berani quit. The Real Loser justru mereka yang bersikeras berkata, ”Never, never, never quit!”.
Maka kita semua harus hati- hati agar tidak menjadi pemenang diantara pecundang hanya karena kita adalah yang paling tidak mau quit.
Sabtu, 10 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar