Apa yang dimaksud dengan mental?? pengertian mental sangat sulit untuk dapat dipahami dibandingkan pengertian fisik karena mental adalah hal yang sifatnya abstrak. Definisi Mental menurut Kamus Psikologi adalah sebagai berikut :
1.menyinggung masalah pikiran, akal, ingatan, atau proses-proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal, ingatan. 2.(strukturalisme) menyinggung isi kesadaran. 3.(fungsionalisme) menyinggung perbuatan atau proses.4. (psikoanalisis) menyinggung ketidaksadaran, prakesadaran dan kesadaran. 5.menyinggung proses-proses khusus, misalnya kesiagaan, sikap, impuls, dan proses intelektual. 6.menyinggung proses tersembunyi, yang dipertentangkan dengan proses terbuka...sinonim dengan PSYCHIC; CONCIOUS; PSYCHOGENIC.6
Dari definisi di atas dapat dimengerti bahwa mental tidak lain adalah jiwa (psychic), yang mungkin bisa diambil garis besarnya bahwa mental adalah suatu kemampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnya, yang mengakibatkan kemampuan tertentu dalam sugesti dan pencapaian sesuatu.
Alangkah indahnya jika semua manusia dapat dengan mudahnya menerapkan mental positif dengan segala kesadaran atas kelebihan dan kekurangan yang dimiliki juga mengakui dan menghargai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki makhluk hidup lain khususnya manusia. Tidak bisa ditampik bahwa terkadang peluru kemunafikan berhasil menembus dinding positifnya mental kita...
semoga dengan terurainya beberapa PENYAKIT MENTAL PADA MANUSIA ini, kita bisa bersama - sama menjadi lebih baik, menghilangkan penyakit mental kita...setidaknya mengenali adalah langkah awal dari penyembuhan penyakit mental manusia, yang kemudian ditingkatkan dengan mengurangi dan menghilangkannya
1. MENYALAHKAN ORANG LAIN
Itu penyakit P dan K, yaitu Primitif dan Kekanak-kanakan. Menyalahkan orang lain adalah pola pikir orang primitif. Di pedalaman Afrika, kalau ada orang yang sakit, yang dipikirkan adalah : Siapa nih yang nyantet? Selalu "siapa" bukan "apa" penyebabnya. Bidang kedokteran modern selalu mencari tahu "apa" sebabnya, bukan "siapa". Jadi kalau kita berpikir menyalahkan orang lain, itu sama dengan sikap primitif. Pakai koteka aja deh,nggak usah pakai dasi dan jas.
Kekanak-kanakan. Kenapa? Anak-anak selalu nggak pernah mau disalahkan.Kalau ada piring yang jatuh," Adik tuh yang salah", atau " mbak tuh yang salah". Anda pakai celana monyet aja kalau bersikap begitu. Kalau kita manusia yang berakal dan dewasa selalu akan mencari sebab terjadinya sesuatu.
2. MENYALAHKAN DIRI SENDIRI
Menyalahkan diri sendiri bahwa dirinya merasa tidak mampu.
Ini berbeda dengan MENGAKUI KESALAHAN. Anda pernah mengalaminya ? Kalau anda bilang tidak pernah, berarti anda bohong. "Ah, dia sih bisa, dia ahli,dia punya jabatan, dia berbakat dsb, lha saya ini apa ?, wah saya nggak bisa deh. Dia S3, lha saya SMP, wah nggak bisa deh. Dia punya waktu banyak, saya sibuk, pasti nggak bisa deh". Penyakit ini seperti kanker, tambah besar, besar di dalam mental diri sehingga bisa mencapai "improper guilty feeling".
Jadi walau yang salah partner, anak buah, atau bahkan atasan, berani bilang "Saya kok yang memang salah, tidak mampu dsb". Penyakit ini pelan-pelan bisa membunuh kita. Merasa inferior, kita tidak punya kemampuan. Kita sering membandingkan keberhasilan orang lain dengan kekurangan kita, sehingga keberhasilan orang lain dianggap Wajar karena mereka punya sesuatu lebih yang kita tidak punya.
3. TIDAK PUNYA GOAL / CITA-CITA
Kita sering terpaku dengan kesibukan kerja, tetapi arahnya tidak jelas.
Sebaiknya kita selalu mempunyai target kerja dengan milestone. Buat target jangka panjang dan jangka pendek secara tertulis. Ilustrasinya kayak gini: Ada anjing jago lari yang sombong. Apa sih yang nggak bisa saya kejar, kuda aja kalah sama saya. Kemudian ada kelinci lompat-lompat, kiclik, kiclik, kiclik.Temannya bilang: "Nah tuh ada kelinci, kejar aja". Dia kejar itu kelinci, wesss...., kelinci lari lebih kencang, anjingnya ngotot ngejar dan kelinci lari sipat- kuping (sampai nggak dengar / peduli apa-apa), dan akhirnya nggak terkejar, kelinci masuk pagar. Anjing kembali lagi ke temannya dan diketawain.
Ah lu, katanya jago lari, sama kelinci aja nggak bisa kejar. Katanya lu paling kencang. "Lha dia goalnya untuk tetap hidup sih, survive, lha gua goalnya untuk fun aja sih". Kalau "GOAL" kita hanya untuk "FUN", isi waktu aja, ya hasilnya cuma terengah-engah saja.
4. MEMPUNYAI "GOAL", TAPI NGAWUR MENCAPAINYA
Biasanya dialami oleh orang yang tidak "teachable".
Goalnya salah,focus kita juga salah, jalannya juga salah, arahnya juga salah. Ilustrasinya kayak gini: ada pemuda yang terobsesi dengan emas, karena pengaruh tradisi yang mendewakan emas. Pemuda ini pergi ke pertokoan dan mengisi karungnya dengan emas dan seenaknya ngeloyor pergi. Tentu saja ditangkap polisi dan ditanya. Jawabnya: Pokoknya saya mau emas, saya nggak mau lihat kiri-kanan.
5. MEMILIKI "GOAL", TAPI MERUPAKAN KHAYALAN
Orang ini biasanya suka berkhayal akan kesuksesan semu.
Jika orang ini diberi satu telur ayam, maka ia langsung akan berkhayal, telur ayam ini akan menetas jadi anak ayam. Anak ayam tentunya akan besar dan bisa bertelur, satu hari akan bertelur satu, satu bulan tentunya ada 30 telur. Telur dari telur ini tentu akan menetas dan kembali bisa bertelur. Jadi satu telur ini akan berkembang mengikuti deret ukur. Hasilnya tentu saja akan sangat luar biasa. Dari satu telur tentu bisa membeli tv, motor, mobil, rumah, pabrik dll. Realitas yang terjadi biasanya tentu saja bertolak belakang dengan khayalan.
Orang semacam ini biasanya sangat mudah ditipu untuk mengikuti permainan uang yang sering disamarkan dalam bentuk multi level marketing. Dengan investasi satu juta maka anda akan meraih 1 milyar. Apa semboyan ini bisa dipercaya? Tapi jangan heran, orang yang serakah, yang tidak berpikir panjang yang kaya gini banyak kok di dunia ini, itulah sebabnya walaupun media sudah berkali-kali menyiarkan penipuan semacam ini, selalu saja ada korban baru lagi.
6. MENGAMBIL JALAN PINTAS, SHORT CUT
Keberhasilan tidak pernah dilalui dengan jalan pintas.
Jalan pintas tidak membawa orang ke kesuksesan yang sebenarnya, real success, karena tidak mengikuti proses. Kalau kita menghindari proses, ya nggak matang, kalaupun matang ya dikarbit. Jadi, tidak ada tuh jalan pintas. Pemain bulutangkis Indonesia bangun jam 5 pagi, lari keliling Senayan, melakukan smesh 1000 kali. Itu bukan jalan pintas. Nggak ada orang yang leha-leha tiap hari pakai sarung, terus tiba- tiba jadi juara bulu tangkis. Nggak ada! Kalau anda disuruh taruh uang 1 juta, dalam 3 minggu jadi 3 juta, masuk akal nggak tuh? Nggak mungkin! Karena hal itu melawan kodrat.
7. MENGAMBIL JALAN TERLALU PANJANG, TERLALU SANTAI
Analoginya begini: Pesawat terbang untuk bisa take-off, harus mempunyai kecepatan minimum. Pesawat Boeing 737, untuk dapat take-off, memerlukan kecepatan minimum 300 km/jam. Kalau kecepatan dia Cuma 50 km/jam, ya Cuma ngabis-ngabisin avtur aja, muter-muter aja. Lha kalau jalannya, runwaynya lurus anda cuma pakai kecepatan 50 km/jam, ya nggak bisa take-off, malah nyungsep iya. Iya kan ?
8. MENGABAIKAN HAL-HAL YANG KECIL
Dia maunya yang besar-besar, yang heboh, tapi yang kecil-kecil nggak mau dikerjain.
Dia lupa bahwa struktur bangunan yang besar, pasti ada komponen yang kecilnya. Maunya yang hebat aja. Mengabaikan hal kecil aja nggak boleh, apalagi mengabaikan orang kecil.
9. TERLALU CEPAT MENYERAH
Jangan berhenti kerja pada masa percobaan 3 bulan.
Bukan mengawali dengan yang salah yang bikin orang gagal, tetapi berhenti pada tempat yang salah. Mengawali dengan salah bisa diperbaiki, tetapi berhenti di tempat yang salah repot sekali.
10. BAYANG BAYANG MASA LALU
Wah puitis sekali, saya suka sekali dengan yang ini. Karena apa ? Kita selalu penuh memori kan? Apa yang kita lakukan, masuk memori kita, minimal sebagai pertimbangan kita untuk langkah kita berikutnya. Apalagi kalau kita pernah gagal, nggak berani untuk mencoba lagi. Ini bisa balik lagi ke penyakit nomer-3. Kegagalan sebagai akibat bayang-bayang masa lalu yang tidak terselesaikan dengan semestinya. Itu bayang-bayang negatif. Memori kita kadang- kadang sangat membatasi kita untuk maju ke depan. Kita kadang-kadang lupa bahwa hidup itu maju terus. "Waktu" itu maju kan? Ada nggak yang punya jam yang jalannya terbalik ?? Nggak ada kan?
Semuanya maju, hidup itu maju. Lari aja ke depan, kalaupun harus jatuh, pasti ke depan kok. Orang yang berhasil, pasti pernah gagal. Itu memori negatif yang menghalangi kesuksesan.
11. MENGHIPNOTIS DIRI DENGAN KESUKSESAN SEMU
Biasa disebut Pseudo Success Syndrome.
Kita dihipnotis dengan itu. Kita kalau pernah berhasil dengan sukses kecil, terus berhenti, nggak kemana-mana lagi. Sudah puas dengan sukses kecil tersebut.
Napoleon pernah menyatakan: "Saat yang paling berbahaya datang bersama dengan kemenangan yang besar". Itu saat yang paling berbahaya, karena orang lengah, mabuk kemenangan. Jangan terjebak dengan goal-goal hasil yang kecil, karena kita akan menembak sasaran yang besar, goal yang jauh. Jangan berpuas diri, ntar jadi sombong, terus takabur. Sudah saatnya kita memperbaiki kehidupan kita. Kesempatan terbuka lebar untuk siapa saja yang ingin maju.
Action may not always bring success, but there is no success without action. "Usaha dan tindakan tidak selalu menghasilkan keberhasilan/ sukses, tetapi... Tidak ada keberhasilan dan sukses TANPA usaha dan tindakan." (Greg Phillips- Benjamin Disraeli)
12. MENGANGGAP DIRI SANGAT PINTAR
Manusia ini merasa dirinya sangat pintar sehingga selalu merasa bisa mencapai apa yang sudah dicapai orang lain.
Kalau ia melihat kesuksesan orang lain, yang tentu saja menurutnya lebih tolol, maka orang ini merasa ia harus bisa lebih sukses lagi. Kalau orang tolol saja bisa memiliki mobil dan rumah mewah maka orang ini harus bisa memiliki mobil, rumah mewah dan pesawat terbang (lebihnya). Kalau orang ini tidak bisa memiliki lebih atau sama dari orang lain maka ia akan mengutuk Tuhan. Tuhan itu tidak adil, kok orang yang lebih bodoh dari saya bisa lebih kaya dari saya. Orang ini biasanya sulit untuk sukses, bekerja serba tanggung, kalau bekerja maunya sekaligus berbarengan, yang ada di otaknya hanya rasa iri akan kesuksesan orang lain.
Nah bagaimana?? Siapkah anda melakukan 2 step selanjutnya??
- MENGURANGI dan MENGHILANGKAN-
--
Sepenggal Cerita Tentang Kesombongan
Kira-kira beberapa waktu yang lalu saya menerima sebuah email dari seorang teman. Di email tersebut, teman saya melampirkan beberapa cerita singkat namun cukup menarik dan sarat akan pesan-pesan yang sangat berguna untuk menjadikan pribadi kita lebih baik lagi.
Mungkin beberapa diantara kalian sudah pernah membaca atau mendengar cerita sederhana ini, namun menurut saya cerita ini merupakan cerita yang cukup menarik dan sarat akan pesan-pesan yang sangat berguna untuk menjadikan pribadi kita lebih baik, jadi tidak apa yan saat ini saya share-kan lagi.
Berikut ceritanya:
Seorang cendikiawan menumpang perahu di sebuah danau. Ia bertanya pada tukang perahu:
Cendikiawan: "Sobat, pernahkah anda mempelajari Matematika?"
Tukang Perahu: "Tidak"
Cendikiawan: "Sayang sekali, berarti Anda telah kehilangan lagi seperempat dari kehidupan Anda. Atau barangkali Anda pernah mempelajari ilmu Filsafat?"
Tukang Perahu: "Itu juga tidak"
Cendikiawan: "Dua kali sayang, berarti Anda telah kehilangan lagi seperempat dari kehidupan Anda. Bagaimana dengan sejarah ?"
Tukang Perahu: "Juga tidak"
Cendikiawan: "Artinya, seperempat lagi kehidupan Anda hilang"
Tiba-tiba angin bertiup kencang dan terjadi badai. Danau yang tadinya tenang menjadi bergelombang, perahu yang ditumpangi merekapun oleng.
Cendikiawan itu pucat ketakutan. Dengan tenang tukang perahu itu bertanya:
Tukang Perahu: "Apakah Anda pernah belajar berenang?"
Cendikiawan: "Tidak"
Tukang Perahu: "Sayang sekali, berarti Anda akan kehilangan seluruh kehidupan Anda"
Nah dari cerita singkat di atas, berikut ini beberapa pesan yang disampaikan, yaitu:
* 1. Kita tidak boleh sombong. Tuhan mengatakan bahwa orang yang tinggi hati akan direndahkan. Sebaliknya, orang yang rendah hati akan ditinggikan pada waktunya.
* 2.Setinggi apapun pendidikan kita, kita tidak mungkin menguasai semua ilmu, apalagi ketrampilan.
* 3.Kita tetap membutuhkan orang lain, tidak peduli seberapa rendah pendidikan orang itu.
Janganlah kita berlaku seperti cendikiawan di dalam cerita diatas yang penuh dengan kesombongan, selalu-lah rendah hati, karena setinggi apapun pendidikan kita, kita tidak mungkin menguasai semua ilmu, apalagi ketrampilan, dan selalu-lah menghargai orang lain, karena kita tetap membutuhkan mereka, seberapa rendah-pun pendidikan orang tersebut.
Sabtu, 10 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar