Bila anda tidak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang-orang yang bekerja di sana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaan anda pun jadi menggembirakan.
Bila anda tidak mencintai teman kantor anda, maka cintailah gedung dan suasana kantor. Ini akan memotivasi anda berangkat kerja dan melakukan pekerjaan kantor dengan lebih bersemangat.
Bila ternyata anda tidak bisa melakukannya, cintai perjalanan pulang pergi dari dan ke tempat kerja anda. Perjalanan yang menyenangkan akan menjadikan tujuan perjalanan atau kantor tampak menyenangkan.
Tapi jika anda pun tak menemukan kesenangan di perjalanan, cintai apapun yang bisa anda cintai dari tempat kerja anda. Bisa tanaman hias di meja kerja, barisan semut di dinding, atau burung-burung yang beterbangan di luar sana. Apa saja !
Jika tidak juga menemukan sesuatu yang bisa anda cintai dari kerja anda, kenapa anda masih di situ??? Cepat pergi dan carilah apa yang anda cintai, lalu bekerjalah di sana. Hidup cuma sekali. Tak ada yang lebih indah selain melakukan sesuatu dengan cinta yang tulus.
Kejujuran Belum Mati
Belum lama saya mengenalnya, baru beberapa hari yang lalu saat saya mengantar seorang teman untuk mengganti kacamatanya. Pak Burhan, usianya sudah kepala empat, ia mengaku sudah dua puluh lima tahun menjalani profesi sebagai penjual kaca mata, "Optik berjalan," istilahnya. Tetapi pertemuan yang hanya satu hari dan tidak disengaja itu seolah membuat saya merasa baru saja bertemu teman lama yang teramat saya rindui. Secara fisik, saya memang baru bertemu kali itu. Dan memang bukan sosoknya yang saya rindui, melainkan apa yang baru saja diutarakannya tentang sekelumit pengalamannya mencari nafkah sebagai penjual kaca mata.
Bermula dari teman saya yang memaksa saya untuk ikut bersamanya memesan kacamata. Saya harus ikut, katanya. Sementara ia tak menjelaskan maksud `paksaannya' itu, kecuali satu kalimat, "kamu akan mendapat satu pelajaran lagi". Tak perlu berpikir lama, saya pun mengiyakan ajakannya. Jika berkenaan dengan soal pembelajaran, tak ada kata penolakan untuk urusan satu ini.
Enam ratus ribu, biaya yang harus dikeluarkan teman saya untuk satu kacamata barunya. Baginya, angka sebesar itu tidak masalah, karena ia akan mendapat penggantian dari kantornya. "Pak Burhan, kita kan sudah langganan. Tolong dibuatkan kwitansinya satu juta ya pak, nanti saya kasih seratus ribu buat bapak," tak menyangka, kalimat itu yang keluar dari mulut teman saya saat ia menyodorkan enam ratus ribu untuk pembayaran kacamatanya.
Dahinya berkerut, matanya mengerenyit memandang tajam ke arah teman saya. Ia seperti tengah bertanya-tanya, benarkah permintaan barusan keluar dari langganannya yang satu ini? "Apa saya tidak salah dengar pak? Bukankah bapak sudah tahu sikap saya untuk hal ini?" orang di sebelah saya yang baru saja memesan kacamata hanya menyeringai, kemudian terkekeh kecil. Kemudian ia bangkit dan memeluk Pak Burhan, "Ternyata, Pak Burhan sekarang tidak berubah dengan Pak Burhan dua tahun lalu, saat pertama kali saya memesan kacamata lewat bapak," ujar teman saya yang ternyata hanya menguji Pak Burhan.
Dua puluh lima tahun ia menjalani profesinya sebagai optik berjalan, tidak bisa dibilang cukup penghasilan yang bisa diperolehnya. Untuk pesanan satu kacamata, tak jarang ia hanya mendapat keuntungan dua puluh lima ribu rupiah, walau pun sesekali ia merasakan keuntungan empat kali lebih besar dari itu. "Yah, nggak sebulan sekali pak," ujarnya singkat. Dalam seminggu paling banyak dua pesanan kacamata yang diterimanya, bahkan kadang tak satupun ia mendapat pesanan dalam satu pekan.
Namun, keadaan yang semakin menghimpitnya itu ternyata tak pernah ia jadikan alasan untuk menerima tawaran untuk membuat kwitansi diluar kewajaran. "Banyak pak yang minta saya bikin kwitansi semacam itu, selalu saya tolak. Duitnya nggak seberapa, tapi dosanya itu..." menjawab pertanyaan saya, berapa banyak langganannya yang meminta jumlah pembayarannya dilebihkan dalam kwitansi.
"Bapak tidak takut langganannya akan beralih ke yang lain?" tanya saya disambutnya dengan seringai tawanya yang sedikit tertahan. "Yang saya tahu pak, tangan kanan itu tempatnya tetap di kanan, nggak pernah pindah ke kiri." Ia memperjelas kalimatnya, bahwa kebenaran nggak akan pernah ditinggalkan, dan menurutnya, justru semakin banyak pemesan kacamata yang datang kepadanya. Padahal ia tidak pernah mengenal sebelumnya. "Itu di luar langganan, kalau yang sudah langganan sih pasti datang kesini, seperti teman bapak ini," tawanya mulai lepas.
Pak Burhan, dibalik perawakannya yang kecil, kurus dan berkulit hitam itu tersimpan hati yang jernih, yang didalamnya terukir indah kejujuran yang senantiasa terawat indah. Dan teman saya benar, saya baru saja mendapati sebuah kenyataan, bahwa kejujuran ternyata belum benar-benar mati.
--
2 PILIHAN MENGENAI MEMULAI PERUBAHAN, SEKARANG! Oleh: Hingdranata Nikolay "Tidak seorang pun bisa kembali ke masa lalu dan memulai awal yang baru, tapi siapapun bisa memulai hari ini dan memulai akhir yang baru" - Maria Robinson "Satu tahun dari sekarang, Anda hanya bisa berharap telah memulai hari ini " - Karen Lamb Sebetul-betulnya, perubahan bukan hal yang mengerikan. Tidak lebih mengerikan dari persepsi betapa mengerikannya perubahan itu sendiri dan betapa sulitnya dan panjangnya perjuangan dalam perubahan tersebut. Salah satu nasihat terbaik yang pernah saya dengar mengenai perubahan adalah: "Berubah saja!" dari Dr.Richard Bandler, sang jenius di belakang terkreasikannya NLP. Maksudnya sangat sederhana, perubahan tersebut terjadi dalam hitungan detik. Saat dimana kita mulai menganalisa, berpikir keras mengenai perubahan itu sendiri, kita sudah memulai langkah mensabotase perubahan. Lucunya, kita menganalisa dengan tujuan untuk berubah, tapi justru semakin banyak kita menganalisa, semakin banyak pula kita akan menemukan alasan untuk tidak segera berubah. Apa yang Anda fokuskan, berkembang. Anda fokus untuk mencari alasan kenapa Anda tidak perlu berubah sekarang, guess what, Anda akan temukan banyak sekali! Pikirkan saja berbagai hal yang pernah Anda lalui selama ini, dan Anda akan menemukan begitu banyak hal yang Anda sesali dengan ungkapan "Coba kalau saya mulai lebih cepat!". Ada bagian dari kita yang ingin menunda memulai dengan sebuah NIAT baik, untuk melindungi kita dari akibat yang tidak menyenangkan, untuk mencegah kita dari keputusan yang terburu-buru, dan sejenisnya. Tapi pada dasarnya seluruh bagian pikiran dan tubuh kita tahu kita perlu berubah! Analisa kita dan berbagai data, informasi, fakta, dan sejenisnyalah yang kadang menggelapkan dan mengaburkan suara-suara dan perasaan perubahan ini. Semakin Anda tumpuk dengan berbagai 'realita' yang Anda kreasikan dan kumpulkan dari dunia eksternal, semakin dorongan perubahan dari internal tidak tampak. Kadang, tidak hanya anda menunda perubahan tersebut, Anda pun bisa tidak jadi berubah! Bahkan nantinya, setelah ada penyesalan, Anda masih tetap berusaha mencari-cara data dan fakta mendukung tidak perlunya Anda berubah. You see, beberapa dari kita memerlukan sebuah kejadian dramatis atau situasi luar biasa tidak menyenangkan, baru terpaksa berubah, dan sadar seharusnya telah memulai perubahan lebih cepat. Misalnya kehilangan seseorang yang kita cintai, kehilangan pekerjaan, kehilangan harta, dan lain-lain. Jadi kita terpaksa berubah ke arah perubahan, yang sebenarnya kita sudah tahu dan sudah inginkan dari awal! Anda pun akhirnya melakukan sesuatu yang sudah Anda tahu dari awal harus Anda lakukan, tapi baru Anda lakukan setelah semuanya terlambat! Salah satu alasan kita tertahan dan terus terjebak dalam arus 'hanya meneruskan' saja hidup kita yang sekarang, adalah sebuah persepsi bahwa entah sudah terlambat atau sudah tidak akan signifikan lagi perubahan yang akan kita hasilkan. Perhatikan ini, benar bahwa kita sudah terlambat untuk memulai dari awal lagi apa yang telah kita lakukan sekarang. Awalnya sudah lewat (kecuali awal baru sama sekali untuk sesuatu yang berbeda sama sekali)! Tapi kita selalu bisa memulai menentukan akhir yang baru lagi! Kita tidak perlu berakhir di arah yang kita tidak inginkan! Kita tidak bisa lagi mempengaruhi awal, tapi selalu bisa mempengaruhi akhir! Bayangkan saja, di akhir perjalanan kita, saat kita memperoleh hasil yang kita inginkan, kita begitu bersyukur telah memulai perubahan tersebut dengan cepat. Sehingga, ungkapan kita bukan, "Seandainya saya mulai saat itu", melainkan "Senangnya saya telah mulai saat itu!". PILIHAN yang sangat sederhana mengenai perubahan adalah: "Berubah saja!" SEKARANG!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar