Jumat, 10 Juli 2009

Ganjaran 150 Tahun untuk Madoff




New York - Di dunia bursa saham, sosok Bernard L Madoff terbilang sangat legendaris. Pembawaan yang ramah dan karismatik membuatnya disegani banyak pihak. Apalagi ia sempat menjabat sebagai Chairman di Nasdaq, salah satu bursa saham terbesar di AS.

Hidupnya pun sangat mapan dengan apartemen penthouse di Manhattan, pesawat jet pribadi dan kapal pesiar yang ditambatkan di French Riviera.

Kehidupan Madoff memang sangat sempurna, setidaknya hingga pertengahan 2008. Karena pada akhir tahun lalu, rahasia besar di dunia investasi AS terungkap dan menyeret nama Madoff.

Desember 2008, pasar finansial AS dihebohkan dengan pembobolan dana terbesar sepanjang sejarah dengan kerugian yang mencapai US$ 50 miliar atau sekitar Rp 500 triliun, hampir setara dengan setengah APBN Indonesia.

Melalui skema investasi bernama skema Ponzi, Madoff berlaku sebagai otak penipu yang menelan banyak korban. Korbannya pun tak main-main. Mulai dari pejabat, artis, hingga orang-orang kaya di AS dan Eropa harus gigit jari akibat kelakuan licin Madoff.

Madoff menjalani usaha kotornya ini melalui perusahaan investasinya, Bernard L. Madoff Investment Securities LLC. Skema Ponzi pun diluncurkan perusahaan ini sejak 2005 untuk menjerat para korban.

Skema Pnozi

Skema Ponzi merupakan sebuah istilah untuk praktek kotor dalam bisnis keuangan yang menjanjikan pemberian keuntungan berlipat ganda yang jauh lebih tinggi dari keuntungan bisnis riil bagi investor yang mau menyimpan dana investasinya lebih lama di perusahaan investasi seperti sekuritas, bank, asuransi ataupun investment banking. Para invesor umumnya tidak tahu dan tidak mau tahu darimana perusahaan membayar keuntungan yang dijanjikan.

Nama Ponzi diambil dari seorang penipu bernama Charles Ponzi yang tinggal di Boston, AS. Ponzi terkenal dengan penipuannya karena menawarkan investasi berupa transaksi spekulasi perangko AS terhadap perangko asing di era 1919-1920.

Untung yang dijanjikan Ponzi ternyata hasil tambal sulam. Pada pertengahan Agustus 1920, audit oleh pemerintah terhadap usaha Ponzi menemukan bahwa Ponzi sudah bangkrut. Total aset yang dimilikinya sekitar US$ 1,6 juta, jauh di bawah nilai utangnya kepada investor.

Nah, yang dilakukan oleh investor kawakan Wall Street, Bernard Madoff juga demikian. Madoff menggunakan dana dari investor baru untuk membayar bunga investor lama. Nilainya terus bertumpuk-tumpuk hingga mencapai US$ 50 miliar. Penipuan Madoff baru terungkap setelah para investor menarik dananya sehubungan dengan krisis finansial. Disitu baru diketahui bahwa Madoff sudah kehabisan dana.

Penipuan Madoff tak akan jadi sebesar sekarang jika korbannya hanya orang biasa. Siapa saja yang jadi korban Madoff? Berikut daftar korban yang dikutip dari AFP, Selasa (30/6/2009).


Korban Individu

* Mantan presenter talk show, Larry King
* Chief Executive DreamWorks Animation, Jeffrey Katzenberg
* Aktor Hollywood, Kevin Bacon
* Sutradara asal Spanyol, Pedro Almodovar
* Aktor Hollywood, John Malkovich
* Pengusaha wanita terkaya di Spanyol, Alicia Koplowitz
* Taipan properti real estate, pemilik New York Daily News dan US News & World Report, Mort Zuckerman
* Senator AS, Frank Lautenberg
* Para pemilik tim baseball New York Mets, Fred Wilpon dan Saul Katz


Korban Kelompok Sosial

* Yayasan Steven Spielberg (sutradara pemenang Oscar)
* The Elie Wiesel Foundation for Humanity


Korban Investor Institusional

* Britain's Man Group investment fund
* Royal Bank of Scotland
* HSBC banking
* BNP-Paribas Perancis
* Netherland's Fortis Bank
* The EIM hedge fund yang dikendalikan miliarder Arpad Busson kekasih artis Hollywood Uma Thurman
* Banco Santander Spanyol
* Luxalpha fund, bank UBS di Luxembourg yang mengelola aset sejumlah miliarder Perancis pemilik L'Oreal, Liliane Bettencourt's.


Setelah bertahun-tahun bergelut dengan permainan kotornya, kini nama Madoff justru makin legendaris karena sering menghiasi media-media di seluruh dunia.

Senin (29/6/2009), Madoff resmi divonis kena hukuman penjara 150 tahun yang merupakan tuntutan terberat dari jaksa. Bagi Madoff yang kini berusia 70 tahun, hukuman ini sama saja dengan penjara seumur hidup.

"Pengadilan memutuskan Bernard Madoff dikenakan hukuman penjara 150 tahun," kata Hakin Denny Chin seperti dikutip AFP, Selasa (30/6/2009).

Tak cuma penjara seumur hidup, Madoff juga harus merelakan semua asetnya disita karena ia diwajibkan membayar denda US$ 170 miliar. Sang istri, Ruth Madoff, juga dikenakan denda sebesar US$ 85 juta. Akibatnya, Madoff kini melarat dan sang istri hanya punya uang tunai sebanyak US$ 2,5 juta.

Dalam persidangannya, Madoff sempat meminta maaf pada korban-korbannya.

"Saya minta maaf. Saya sudah memalukan keluarga saya. Saya bertanggung jawab atas seluruh kerugian yang terjadi," ujarnya.

Kini, Madoff kehilang segalanya. Apartemen, pesawat jet dan kapal pesiar pribadi hilang bersama denda yang harus dibayarnya. Nama baik dan prestasinya sebagai investor handal kini berganti jadi penipu ulung. Kehangatan keluarga yang menemani selama puluhan tahun pun lenyap.

"Orang yang bertanggung jawab atas semua penipuan ini bukan orang yang saya kenal selama ini," sesal sang istri, Ruth Madoff.

From hero to zero, mungkin istilah inilah yang menggambarkan garis kehidupan Madoff. (lih/qom)

Rencana Come Back Luciano Moggi
Layu Sebelum Berkembang

Desas-desus kembalinya Luciano Moggi ke dunia sepak bola akhirnya terbukti. Aktor intelektual skandal Calciopoli 2006 ini mengaku telah membantu Presiden Bologna, Frances­ca Menarini, menjelang akhir musim 2008/09.

Luciano Moggi, terkejut dengan sikap tifosi Bologna. (Foto: Flickr)

Moggi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Direktur Jenderal Juventus setelah kasus peng­aturan skor di Italia itu naik ke permukaan. Hasilnya, Juve dihukum demosi ke Serie B dan Moggi, yang didakwa sebagai dalang, mendapat larangan aktif di sepak bola selama lima tahun.

Kembali bergeraknya pria berusia 72 tahun ini bersama Bologna jelas mengejutkan karena sanksi itu masih berlaku hingga 2011. Bahkan sempat tersiar kabar Moggi bakal menjadi salah satu anggota direksi.

“Tidak, saya hanya menjadi konsultan transfer dan bisnis. Beberapa bulan lalu saya membantu Presiden Menarini mencarikan rekanan bisnis. Tapi, memang jika ada anggota baru di dewan direksi, itu tak lepas dari peran saya sebagai konsultan,” ujarnya di gazzetta.it.

I Rossoblu sendiri belum memberikan pernyataan apa-apa. Tapi, menyimak situasi yang berkembang, pengaruh Moggi di tim yang terletak di wilayah Emilia Romagna ini bisa dibilang lebih dari sekadar pembisik.

Penunjukan Franco Ceravolo sebagai direktur olah raga baru, Senin lalu, menjadi buktinya. Ya, Ceravolo adalah mantan Direktur Olah Raga Livorno serta terutama mantan pemain dan kepala akademi Juventus yang dikenal sebagai salah satu loyalis Moggi.

Bahkan alasan Antonio Conte mundur pekan lalu dari Bari dikait-kaitkan dengan posisi baru bersama I Rossoblu menggantikan Giuseppe Papadopulo, yang ditawarkan mantan pekerja perusa­haan kereta api Italia ini.

Dikecam Publik

Toh, kabar datangnya Don Luciano tidak disambut baik. Melalui beberapa forum internet, tifosi Si Merah-Biru meng­ungkap­kan rasa marah dan kecewanya terhadap gagasan keluarga Menarini (sebagai pemilik klub) yang berencana menggunakan jasa sang terdakwa.

“Saya terkejut saat mem­baca klub punya rencana menempat­kan Moggi sebagai petinggi klub. Jika sampai terjadi, Bologna akan mempermalukan kota ini,” ujar mantan Wali Kota Bologna, Giorgio Guazzaloca, mewakili perasaan tifosi, seperti dikutip harian La Repubblica.

“Ini tidak masuk akal. Menarini harus mengubah kebijakannya karena Moggi tidak pantas berada di sini,” ujar eks Presiden I Rossoblu, Giuseppe Gazzoni Frascara.

Well, layaknya bunga, niat Moggi langsung layu sebelum sempat berkembang melihat resistensi tersebut.

Saat melakukan pertemuan tertutup dengan Presiden Menarini, Selasa (30/6) malam, Moggi memilih tidak melanjutkan kerja sama ini.

“Saya telah mengatakan tidak atas tawaran Bologna,” ucapnya seperti dilansir Tuttosport. Menurut media Italia, Moggi ter­kejut mendengar reaksi negatif tifosi yang jauh dari bayangannya. (Anggun Pratama)



Buyout Clause
Pagar Fiorentina

Semakin sulit saja bagi Arsenal, Barcelona, atau Inter untuk mengeluarkan Felipe Melo dari Fiorentina. Selasa (30/6), gelandang Brasil berusia 25 tahun ini setuju mem­perpanjang kontrak selama satu tahun yang awal­nya usai pada 2012.

“Direktur Olah Raga Pantaleo Corvino telah ber­temu dengan perwakilan Melo di Milan. Dalam pertemuan ini, kedua pihak setuju mem­perpanjang kerja sama plus penambahan buyout clause dalam kontrak,” tulis pernyataan resmi di situs klub.

Well, selain penambahan jangka waktu kerja sama, adanya tambahan buyout clause itulah yang menarik perhatian. Di Spanyol, pasal tambahan semacam ini memang sudah biasa, tapi tidak di Italia.

Bisa dibilang, Fiorentina menjadi pioner. Tidak tanggung-tanggung, Corvino mem­berikan ketentuan seperti ini hampir ke semua pemain­nya agar klub yang ingin membeli membayar kompensasi sesuai dengan klausul.

Selain Melo yang di pagari 25 juta euro, Mario Santana (7 juta), Manuel Pasqual (8), Zdravko Kuzmanovic (10), serta Adrian Mutu (12) dan Sebastien Frey (15) juga diberi pembatas serupa. Siapa yang paling tinggi? Alberto Gilardino dengan 29 juta euro, sekitar 415,1 miliar rupiah. (gun)


MENGHADAPI KEKERASAN DENGAN KASIH KRISTUS

Qabil Matar tidak gentar menghadapi tantangan. Ia ingin menjangkau pribumi Pakistan, oleh karena itu ia membawa istri, putra dan putrinya pindah ke wilayah yang paling tidak stabil di dunia; sebuah propinsi di Barat laut Pakistan, rumah bagi para pengikut Taliban. Kekerasan yang terus berlangsung membuat ini suatu tempat yang berbahaya, tetapi Qabil melihatnya sebagai suatu kesempatan untuk membagikan kuasa Kristus.



Kontak kami di Pakistan memasok Qabil dengan buku-buku. Dia juga menggunakan sebuah buku yang berjudul ‘Bagaimana Kita Mengenal Tuhan?’ Qabil menggunakan buku-buku untuk berbicara kepada orang-orang mengenai Kristus, walaupun isi buku-buku tersebut dapat berarti hukuman mati oleh para kelompok garis keras.



Pada tanggal 3 September 2008, beberapa anggota Taliban menghadapi Qabil. Mereka memeriksanya dan menemukan sebuah buku “Bagaimana Kita Mengenal Tuhan?”



“Oh rupanya ini perbuatanmu!” kata mereka.

“Kami sedang mencari-cari orang yang membagikan buku ini selama enam bulan terakhir.”



Orang-orang itu membawanya ke tempat kamp pelatihan mereka. Mereka menahannya di sebuah ruang bawah tanah, dimana selama dua jam kedepan mereka menggantunya terbalik dengan kepala mencium lubang toilet jongkok.



“… Aku terus mengucapkan Mazmur 23. Juga, aku berdoa kepada Tuhan untuk memberikanku kekuatan menghadapi segala macam penganiayaan dan membebaskanku,” kata Qabil.



Kelompok Taliban menunjukkan kepadanya foto-foto pemimpin Kristen dan memintanya untuk mengungkapkan identitas mereka. Orang yang menginterogasinya ingin tahu siapa yang mendukung pelayanannya. Akhirnya, mereka menelanjanginya, memukulinya dan menguncinya di kamar mandi semalaman.



Sementara istri Qabil, Asha, sangat kuatir ketika dia mendengar Taliban menangkap suaminya. Dia menghubungi para pendeta dan pemimpin Qabil. Mereka mulai berdoa untuk pembebasan Qabil. Di rumah sendirian, Asha membuka Alkitabnya pada Mazmur 125 dimana dia membaca, “ …. Yerusalem, gunung-gunung sekelilingnya; demikianlah Tuhan sekeliling umatNya….”



Kembali di kamp Taliban, pada pukul 4:15 oagum seseorang yang Qabil kenal membuka pintu. Ia memberi tanda kepada Qabil untuk melarikan diri. Ketika ia sampai di rumahnya pukul 6:30 pagi, benar-benar lelah, istrinya langsung menangis.



“Jangan menangis,” katanya kepada sang istri.

“Aku masih hidup, Tuhan menyelamatkan hidupku, dan aku sudah pulang sekarang.”



Keesokan harinya Qabil dan keluarganya meninggalkan propinsi tersebut dan pergi ke daerah yang lebih aman di Pakistan. Disana mereka bertemu dengan kontak akami yang berdoa dengan mereka. Kontak kami menjelaskan kepada Qabil bahwa orang-orang di seluruh dunia telah berdoa untuknya ketia ia dalam penahanan. Kami membantu Qabil dan istrinya untuk tinggal di lokasi yang baru. Tetapi Qabil mengatakan kepindahan ini hanya sementara.



Setelah menunggu untuk membiarkan semuanya tenang, Qabil dan keluarganya akan kembali ke propinsi barat daya Pakistan.



Ia berkaata, “Aku takut dan mengalami ketakutan, tetapi ketika aku menghadiri persekutuan doa dan mendengar bahwa orang-orang berdoa untukku, aku dikuatkan …. Saat itu, aku memutuskan untuk kembali dan mengabarkan Injil di tempat yang sama. Ketakutanku sudah lenyap.”



Mari tetap berdoa untuk Qabil ketika ia terus menunjukkan kepaa orang-orang garis keras bagaimana mengenal Tuhan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar