Rabu, 15 Juli 2009

Khawatir




Setiap orang pasti pernah merasa khawatir, khawatir yang dibawa terus dalam saat-saat yang kurang tepat. Ada sebuah tulisan menarik yang perlu dicermati. "Worry is like a rocking chair. It gives you something to do but doesn't get you anywhere".

Kekhawatiran itu seperti kita duduk pada kursi goyang. Kita akan goyang-goyang sambil melakukan sesuatu, tetapi kita tidak akan ke mana-mana. Artinya, kita tidak akan menghasilkan apa-apa. Kekawatiran itu selalu menjadi hal yang paling umum dan paling mendasar pada semua businessman. Kita selalu terpacu pada kekawatiran pada hari esok. Bagaimana kalau bisnis kita tidak jalan, bagaimana kalau bos akan marah dan berbagai kekhawatiran lainnya.

Yang paling penting sebenarnya adalah, kita bisa menyadari bahwa kekhawatiran itu tidak akan membawa hasil apa-apa. Anda khawatir selama lima tahun pun hasilnya tidak akan ada sama sekali. Kekhawatiran akan membawa kita menjadi paralyze, kaku, tidak bisa berkata apa-apa, bingung dan tidak bisa melakukan tindakan apapun.
Itu adalah musuh utama dalam berbisnis atau melakukan tindakan. Kalau kita bisa memberhentikan kekhawatiran dan melupakan kekhawatiran itu di dalam otak kita, maka kita akan jauh lebih mau bertindak. Jauh lebih mampu menghasilkan yang lebih baik.

Kita tidak bisa sekedar khawatir saja tanpa bisa melakukan apa-apa. Karena hal itu akan berbahaya pada bisnis kita. Kita harus realistis menyadari akan risiko dari tindakan kita. Tetapi yang paling penting adalah kita berhenti untuk khawatir, atau mengurangi kekhawatiran dan kita melakukan tindakan-tindakan positif. Kalau kita tidak melakukan tindakan positif, kita tidak akan menghasilkan apa-apa. Kalau kita melakukan tindakan positif, mungkin saja worry atau kekhawatiran Anda akan hilang. Tetapi setidak-tidaknya chance atau kesempatan untuk Anda sukses jauh lebih besar bila dibandingkan hanya khawatir saja dan tidak melakukan tindakan apapun.

Kekhawatiran ini sering membunuh kita, kreativitas kita, tindakan-tindakan kita dan membuat kita menjadi seorang yang apatis. Ini yang berbahaya dalam bisnis.

Kalau bisa kita mengurangi kekhawatiran kita dan mencoba untuk melakukan tindakan yang positif, maka setiap hari, setiap saat, setiap tindakan kita akan lebih tenang. Satu hal yang penting adalah mencoba berpikir, apa sih yang terbaik yang bisa dilakukan saat ini?
Dari pada Anda khawatir seperti duduk pada rocking chair dan terus menggoyang-goyangkan kursi tanpa tahu tujuannya mau kemana. Alangkah baiknya bila kita salurkan kemampuan dan tindakan kita pada hal-hal yang jauh lebih posistif.

Salam.

*) catatan: Kadang2 rasa khawatir juga dibutuhkan dalam hidup ini, seperti butuhnya rasa sakit untuk menyadarkan akan penyakit di badan kita. Atau mengingatkan akan bahaya terhadap hal2 terntentu. Tetapi kekhawatiran yang berlebihan terutama pada hal2 yang tidak seharusnya dikawatiri, sering memberhentikan tindakan kita, akan berbahaya dalam menggapai sukses. Salam.


Leonardo Nascimento de Araujo
Menapak Jejak Capello

Pada awal 1969, dunia musik diwarnai dengan penampilan terakhir The Beatles yang mentas di atap gedung Apple Records, London, Inggris. Di pertengahan tahun, dunia menyaksikan langkah pertama manusia di bulan berkat misi Apollo 11. Tapi, bagisuami-istriFrancisco Ney dan Aurelia, tahuntersebut memiliki memori tersendiri.


Leonardo, menjadi tumpuan Milan membangun kembali kejayaannya. (Foto: Weshley Hutagalung/BOLA)


Tanggal5 September, di Niteroi, Brasil, putra ketiga pasangan ini lahir. Namanya adalah Leonardo Nascimento de Araujo. Kenapa begitu spesial? Karena 39 tahun ke depansosok inilah yang menjadi tumpuan harapan Milan membangun kembali era kejayaannya.

Tak seperti kebanyakan pesepak bola Brasil, adik dari Junior dan Roberta ini terlahir di keluarga mapan kelas menengah. Kondisi ini malah membuatnya nyaris berpisah dengan si kulit bundar. Orang tua Leonardo mengutamakan pendidikan ketimbang memfasilitasi impiannya menjadi pesepak bola.

Tapi, memang sudah kadung gila futbol, larangan sekeras apa pun tak bisa menghalanginya. Bermodal bakat dan niat, jebolan akademi sepak bola Flamengo ini berhasil menyelesaikan sekolah dan kuliahnyasekaligus membangun awal karier sepak bola yang cemerlang.

Gelarsarjanaolahraga dari Universitas Gama Filho beberapa tahun setelah menjalani debut profesional di usia 19 tahun bersama O Uruhu (Si Burung Nasar), julukan Flamengo, menjadi bukti.

“Saat itu, ia menjadi pemain pertama yang datang dan terakhir pulang latihan. Di rumah, tembok pun bisa menjadi rekan berlatih. Entah berapa kali kaca dan barang lain rusak karena tingkahnya itu. Tapi, melihat semangat tersebut, pelan-pelan saya mulai mendukungnya,” k ata sang ibu di leonardoweb.globo.com.

Kariernya yang terbentang selama 26 tahun sejak 1987 di sepak bola terbilang cemerlang. Berbagai trofi, saat berkostum Sao Paolo, Kashima Antlers, atau Milan pernah ia rasakan. Belum lagi menyebut torehan gelar Piala Dunia 1994 bersama tim nasional Brasil.

Mirip Capello

Setelah gantung sepatu, kegiatan ayah tiga anak ini tak jauh dari sepak bola. Milan, yang menjadi klub profesional terlama dan terakhir (lima musim), menunjuknya sebagai pencari bakat di wilayah Amerika Latin.

Bermodal kedekatan primordial, rekan senegara seperti Ricardo Kaka, Alexandre Pato, hingga Thiago Silva menjadi pemain yang menjadi sumbangan penyuka tenis ini.

“Khusus untuk Kaka, Adriano Galliani memberi saya otorisasi khusus mulai negosiasi hingga terjadi kesepakatan,”sebut pria yang kini memegang gelarmaster di bidang manajemen olah ragaitu .

Selain sebagai scout, Leonardo juga kerap mendapat tugas di bidang bisnis dan manajemen klub dari Galliani, sang wakil presiden.

Sampai pada 2007perjalanan kariernya bersama I Rossoneri kembali ke urusan lapangan ketika menandatangani kontrak tiga tahun sebagai direktur teknik.

Entah disengaja atau tidak, langkah ini mirip dengan Fabio Capello18 tahun silam. Saat itu, Capello berstatus sebagai mantan punggawa Si Merah-Hitam (1976-79) yang kemudian menjadi salah satu direktur dan lantas terpilih menjadi pelatih.

Bersama Ruud Gullit, Marco van Basten, dan Franco Baresi sebagai pemain, empatscudetto (1992, 93, 94, 96), satu Liga Champion (1994), dan beberapa trofi lain mampu ia persembahkan selama lima tahun sebagai allenatore di Milanello (1991-96). Dasar nostalgia inilah yang coba diulang saat memilih Leonardo sebagai pelatih kala Carlo Ancelotti mengundurkan diri.

“Leonardo adalah sosok yang tepat. Untuk menjadi pelatih bagus, Anda butuh kualitas sebagai pribadi dan teknis. Ia punya keduanya. Seperti Capello yang sukses, kami ingin dirinya melakukan hal serupa,” ujar Galliani di Sky Sport.

Mampukah Leonardo menapaktilasi jejak Don Fabio? Hanya waktu yang bisa menjawab. (Anggun Pratama)

DATA DIRI
----------------------------
Nama Lengkap: Leonardo Nascimento de Araujo
Lahir: Niteroi, Brasil, 5 September 1969
Kewarganegaraan: Brasil dan Italia (sejak Desember 2008)
Cap: 60 main/18 gol
Istri: Beatriz
Anak: Lucas, Julia dan Joana

Karier Pemain
1987-90 Flamengo 52/0
1990-91 Sao Paulo 40/1
1991-93 Valencia 71/6
1994-96 Kashima Antlers 49/30
1996-97 PSG 34/7
1997-2001 Milan 96/22
2001-02 Sao Paulo 12/0
2002 Flamengo 8/3
2002-03 Milan 1/0

Karier Pelatih
2009-... Milan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar