Kamis, 02 Juli 2009

LANJUTKAN? SBY BODOH ATAU BUDAK KAPITALIS?



Wawancara Khusus Mayor Jenderal Saurip Kadi oleh Faizal Assegaf (Pemimpin Redaksi Majalah EXPAND)


1. Menurut anda, Mengapa SBY memilih Budiyono sebagai cawapres, padahal mayoritas rakyat tahu bahwa kebijakan-kebijakan Budiyono lebih berat ke moneter (sering diistilahkan dengan ”pasar”) dan tidak berpihak kepada sektor riil yang menjadi tumpuan mayoritas rakyat? Pertimbangannya apa?

SK: Yang tahu persis yaa SBY, tapi secara logika dikarenakan pengalaman selama ini, agar tidak terjadi tarik menarik antara Presiden dan Wakil Presiden maka tidak ambil orang partai. Kelemahan dibidang ekonomi, dia tutup oleh Budiyono sebagai ekonom. Secara ketatanegaraan baik, namun sayangnya kenapa Budiyono, yang paham ekonominya sudah terbukti tidak berhasil mendongkrak sektor riil. Hanya sibuk bermain di sektor kebijakan moneter, padahal sistem moneter dunia sedang rontok, jadi seharusnya perlu seorang ekonom yang ultra-modern, cybernomics, greenomics, bukan yang kuno.

2. Apa reaksi pasar yang positif, adalah pertanda pilihan SBY atas Budiyono tepat?

SK: Nah ini banyak diantara kita yang latah. Yang harus ditanya pasar yang mana? Karena indeks harga saham naik? Ini kan cuma permainan dari, oleh dan untuk mereka yang bermain di Bursa efek. Jumlah mereka yang main di pasar saham cuma sekitar 100.000 orang saja. Mari bertanya dengan Jujur, ada tidak pengaruh kenaikkan Indeks Harga Saham terhadap rakyat bawah, kan tidak ada sama sekali. Mudah saja IMF mengucurkan dana untuk memborong saham-saham ketika Budiyono diumumkan, lantas para pakar latah menganalisa ”reaksi pasar positif”. Itu kan cuma permainan sederhana.

3. Sejauh mana anda melihat hubungan khusus SBY dengan pihak-pihak asing?

SK: Memang SBY pernah mengatakan kepada International Herald Tribune (8-8-2003): “I love USA, with all its faults, I consider it my second country”. Pernyataan SBY ini yang sering dijadikan dasar tuduhan bahwa SBY antek Amerika. Tapi menurut saya, ini bukan sekedar soal hubungan biasa, tetapi lebih mendasar lagi. Yakni soal pilihan mazhab, soal ideologi, soal kepemihakan dan bahkan bisa jadi soal kepentingan.

4. Dalam hubungan tersebut seberapa besar kepentingan nasional kita dirugikan?

SK: Amat dirugikan. Mengapa dia memilih Budijono sebagai wapres. Bukan salahnya Budijono. Secara profesional, Budijono memang dari sekolahnya hingga penugasannya dan lingkungan kerjanya menganut mazhab ekonomi yang sering dikenal dengan “trickle down effect”. Ini mudah dilihat dari kiprah Budijono ketika menjabat di posisi mana saja, produk kebijakannya seperti apa. Yang menjadi masalah adalah Mazhab Ekonomi ini sudah amat usang dan sudah ditinggalkan oleh negara-negara manapun di dunia. Kok, SBY memilih Budijono. Apa SBY tidak paham soal mazhab ekonomi yang berkembang sekarang ini? Padahal saya sebagai kawan dekat juga sudah mengingatkan, bahkan saya kirimi naskah buku ”Mengutamakan Rakyat” untuk saya mintai menuliskan komentar, tapi SBY hanya bilang terima kasih sudah terima buku dan tidak memberi komentar, sementara kawan-kawan yang lain semua menulis komentar dalam buku itu, tidak ada yang menolak. Permasalahan bangsa dan solusi keluar dari
keterpurukan sudah saya uraikan dalam buku itu. Mungkin khawatir dituntut rakyat kalau sudah baca buku ”Mengutamakan Rakyat” dan dia beri komentar tapi tidak melaksanakan isi buku tersebut. Jadi lebih baik pura-pura tidak tahu saja. Ada apa dibalik itu semua? Apakah SBY se bodoh itu dalam pemahaman mazhab ekonomi? Atau dia terbelenggu dan didikte oleh kekuatan tertentu dan tidak bisa mengelak? Ada apa? Tanyakan pada rumput yang bergoyang kalau kata Ebiet G. Ade yang tetangga saya orang Brebes.

5. Bisa memberi contoh kerugian?

SK: Selama Pemerintahan SBY hutang kita naik 31%. Itu jelas salah satu kebodohan kebijakan. Negara kaya kok ngutang. Sedangkan yang miskin seperti Thailand dan Malaysia saja bisa hapuskan hutang dalam waktu amat singkat karena berani mengubah model ekonomi secara mendasar. Ataupun kalau hutang seberapapun besarnya kalau pemerintah mempunyai kemampuan untuk mengembalikan tidak soal. Artinya soal model. SBY masih melanjutkan model lama, model IMF. Sementara, di seluruh dunia, IMF sudah diusir. Negara-negara lain sudah mengubah model ekonominya secara mendasar.

Dalam krisis moneter yang baru lalu, cadangan devisa kita lenyap sekitar USD10 miliar dalam waktu 2 minggu saja. Karena digunakan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan untuk mem ”buy back” saham-saham BUMN yang hancur. Kedua hal tersebut mencontek kebijaksan AS yang menyuntik ratusan miliar AS. Bedanya, 60% rakyat AS bergerak di sektor moneter yang runtuh tersebut sehingga perlu diselamatkan, sementara di Indonesia sekitar seratus ribu fund managers yang mayoritas asing diuntungkan oleh kebijakan pemerintah karena dua hal yaitu mereka menjual saham BUMN dengan harga baik karena subsidi “buyback”, dan menukar rupiah ke dolar AS dengan nilai yang cukup baik karena subsidi stabilisasi nilai tukar. Maka, dalam 2 minggu lenyap USD10 miliar cadangan devisa. Kalau nilai yang sama untuk menggerakkan sektor riil pasti sudah makmur para pengusaha kecil menengah karena roda perekonomian pada bergerak pesat.

Contoh lain, Sekitar akhir Februari 2009, misalnya, pemerintah menerbitkan Global MTN (Medium Term Notes) sebesar USD3miliar untuk waktu 10 tahun dengan bunga 11,75% belum termasuk biaya konsultan asing, underwriters, dll. Sementara didalam negeri bunga USD hanya 2-3% saja. Berapa kerugian yang ditimbulkan? Apakah dia tidak tahu bahwa dunia kebanjiran uang (bubble economy) sehingga negara-negara lain bisa memanfaatkan dana-dana tersebut dengan berbagai cara yang tidak konvensional.

6. Anda menyebutkan SBY melakukan kejahatan politik, ekonomi dan hukum, bisa anda jelaskan?

SK: Sebagai perwira, apalagi jenderal, sudah selayaknya memikirkan apakah pilihan kebijakan (mazhab), ketika menjadi pemimpin, akan berakibat kepada kesengsaraan rakyat banyak. Kalau tahu namun tetap dilanjutkan itu namanya kejahatan politik.

SBY mengatakan bahwa PILEG kemarin tidak ada masalah dan menurutnya itu wajar-wajar saja setiap jaman ada permasalahan yang berbeda-beda. Kasihan sekali bangsa ini, kalau SBY selaku presiden tidak tahu adanya kecurangan sistemik dalam Pemilu yang lalu. Semua orang juga tahu kalau Pemilu yang lalu adalah Pemilu abal-abal. SBY cepat-cepat bilang bahwa yang salah bukan pemerintah, tapi tanggung-jawab KPU. Padahal jelas perangkat yang terlibat aktif dari RT/RW, Kelurahan, Kecamatan adalah aparat Pemerintah. Mereka tidak tunduk kepada KPU, tetapimereka tunduk kepada Pemerintha. Bagaimana pemerintah tidak terlibat? Dari persoalan DPT dan cara penghitungannya yang amburadul saja, siapapun menyimpulkan bahwa Pemilu yang lalu penuh masalah. Tetapi SBY tidak bersikap ksatria sebagai pemimpin.

Yang kita hadapi bukan persoalan rakyat mencintai SBY dan kemudian mencontreng Demokrat, tapi yakinkan dulu bahwa kemenangan partai demokrat adalah realita dukungan nyata dari rakyat karena kecintaannya kepada SBY, bukan karena sistem Pemilu nya yang curang. Munculnya pernyataan ini wajar saja, karena Jutaan ATM yang tersebar diseluruh dunia bisa menjamin tidak ada uang 1 sen pun yang hilang. Jaman sekarang di era Telematika kok dalam Pemilu ada suara pada hilang atau berubah-ubah. Bahkan,karena diragukan hitungan hasil komputer lantas dikembalikan kepada hitungan manual. Inipun dianggap bukan masalah.


Banyak faktor ”money politics” dan kebijakan populis yang memenangkan Demokrat, pertama program BLT, Raskin dan PNPM Mandiri yang dikaitkan dengan Pemilu. Kedua, persoalan DPT apalagi kalau benar adanya puluhan juta warga negara tidak masuk DPT seperti yang diberitakan media massa. Ketiga, Pemilu yang dijatuhkan tanggal 9 dimana tanggal 10 nya libur sehingga kotak bisa saja ditukar. Keempat, entri data masih oleh manusia, padahal dengan IT mestinya penghitungannya bisa ”real time”, hasil penghitungan langsung tayang. Kelima, rawan jual-beli dalam penghitungan yang campur antara manual dan komputer. Keenam, campur tangan birokrasi baik yang dipermukaan (terang-terangan) melalui aparat kecamatan, kelurahan, RT/RW maupun yang dibawah permukaan oleh lingkungan intelejen.

Kalau semacam ini mau dilanjutkan, ini sebuah kejahatan politik, hukum , ekonomi yang sistemtis alias konspirasi kekuasaan. Dan tampaknya demikian, yaitu dipaksakan untuk dilanjutkan atas nama kepentingan- kepentingan di belakang SBY.

7. Terkait adanya rumor seputar hubungan isteri pertama SBY yang orang Filipina, sejauh mana anda tahu hal ini?

SK: Saya sempat dengar hal itu, tetapi bukan dari SBY langsung. Tidak seperti teman-teman lain yang saling terbuka soal serba-serbi dan suka-duka pacaran, SBY cenderung tertutup soal-soal pribadi.

8. Jika SBY terpilih kembali.....

SK: Lanjutkan? Saya rasa Indonesia bakal punah, atau akan menyusul NAD-NAD yang lain karena manfaat ber NKRI dipertanyakan. Kecuali dia mau mengikuti dan menjalankan konsep Negeri MERAK (MEngutamakan RAKyat) yang sudah saya jabarkan dalam buku.

9. Anda tidak takut resiko atas pernyataan-pernyata an kritis anda?

SK: Saya ini sudah bawaan lahir untuk mengatakan apa adanya, yang saya sampaikan itulah yang saya pikirkan. Misalnya, jaman Orde Baru dulu, ketika TNI disuruh memakai jaket kuning (golkar), saya satu-satunya yang angkat tangan untuk ”menolak” karena kalau sebuah kebenaran tidak saya utarakan saya tidak bisa tidur, karena saya punya pemahaman nanti TNI akan dilaknat oleh sejarah di kemudian hari kalau itu dilakukan. Jadi saya utarakan saja. Dan masih banyak contoh-contoh lain dimana saya selalu protes. Mungkin orang lain berpikir saya aneh karena itu jelas beresiko dan beberapa kali resiko juga sudah saya jalani sampai saya di ”nonjob”kan hingga pensiun november kemarin. Saya bersyukur karena ajaran orang tua saya, agama saya, saya pahami demikian, yaitu menyatunya pikiran, perkataan dan perbuatan. Itu yang disebut jiwa ksatria. Saya masuk tentara karena ada kebanggaan bahwa tentara itu harus berjiwa ksatria, berani berkorban untuk sesama.
Bagaimana kalau lantas mengatakan yang benar saja takut resiko? Jangan jadi tentara. Bahkan jangan jadi manusia deh. Manusia kan khalifah, wakil Tuhan di bumi. Jadi, kalau jaman Orde Baru saja, saya sudah membuktikan bagaimana bersikap ksatria, padahal waktu itu cuma ada dua kemungkinan ”dibina” atau ”dibinasakan” demikian istilah populernya. Apalagi sekarang yang jadi presiden teman seangkatan, takut apaan.

10. Selain hub khusus SBY dengan pihak asing, SBY juga dikenal akrab dengan para konglomerat hitam dalam negeri....

SK: Tentu saja. Mereka memilih SBY karena sudah terbukti setia. Tidak ada kasus BLBI yang diselesaikan dengan tuntas kan? Lagian operator para konglomerat di jaringan bisnis lama, BUMN dan birokrasi merasa terlindungi dengan gaya kepemimpinan SBY yang bisa dipermainkan oleh lingkaran-lingkaran kekuasaan. Ini namanya simbiose mutualisme. Terbentu secara alami saja. Kalau Pak Harto memang membentuk kroni sebagai pelaku kebijakan ekonomi yang dipilihnya, sehingga Pak Harto bisa mengendalikan. Kalau SBY, seolah-oleh ”bersih” tetapi dikendalikan dan tidak merasa, karena proses ilusi kekuasaan yang berhasil diciptakan oleh lingkungan strategisnya.

11. Bisa anda jelaskan hub SBY dengan kekuatan politik orde baru, PKI dan kelompok CSIS....

SK: Ada kesan SBY meniru cara-cara Pak Harto dalam mengelola kekuasaan. SBY memang murid pak Harto yang baik, dia mau meniru pak Harto sayang ilmu nya gak nyampai. Sewaktu pak Harto permainan begitu cantik, halus sehingga orang sulit bahkan tidak bisa menilai siapa sesungguhnya yang jadi biang kerok.. Kalau yang sekarang ini sangat kasar, mudah ditebak, dan dengan mudahnya tahu siapa pelakunya. Lucunya lagi, SBY menyatakan di majalah INTELIJEN bahwa kemenangan Demokrat adalah berkat ”quiet revolution” (revolusi senyap) maksudnya diatur oleh operasi intelijen secara diam-diam. Meniru Pak Harto tapi dengan cara amburadul, kasar, dan bukan intelijen, tetapi stupid ha ha ha ha.


12. Soal kebenaran laporan kekayaan SBY ke KPU....

SK: Perlu diaudit yang benar. Kalaupun SBY tidak korupsi harusnya ada peningkatan aset, apakah dari NJOP tanah dan bangunan, belum lagi gaji yang utuh karena semua fasilitas ditanggung negara. Buat yang lain, ini kesempatan untuk mempublikasikan kekayaan secara terbuka tanpa tuduhan, karena auditnya tidak mencakup pertanyaan soal asal-usul kekayaan itu haram atau halal. Jangankan kekayaan, selingkuh saja sekarang sudah susah untuk tidak ketahuan. Karena di era telematika semua bisa diketahui melalui kecanggihan teknologi. Misalnya, pohon-pohon di PNG dipasangi chip dan dipantau satelit untuk mendapatkan carbon credit. Pasangan suami isteri juga sebentar lagi bisa dipasangi chip seperti itu kan ha ha ha.....

13. Apa kesan anda yang khusus terhadap SBY?

SK: Dia ”pulung” (”bawaan/ takdir”) nya besar.

14. Apa yang anda maksud?

SK: Dalam berkarir, sejak Taruna, SBY sudah luar biasa. Dia sudah pacaran dengan anaknya Gubernur AKABRI (Sarwo Edhi Wibowo). Maka, kami sebagai teman ”kecipratan” enaknya juga. Misalnya, dibawah kepemimpinan SBY, tugas-tugas kepanitiaan pasti beres, karena bukan hanya kami yang bekerja, tetapi juga dukungan Staf Organik AKABRI anak buah pak Sarwo Edhi. Sehingga tugas kami jadi ringan. Coba kalau Saurip yang anak petani jadi komandan, siapa yang akan bantu, pasti Corp Taruna harus kerja keras untuk sukses.. Keadaan ini terus berlanjut dalam penugasan sebagai Perwira TNI, jangankan diminta, tidak dimintapun teman bahkan atasan apalagi bawahan niscaya ”berlomba” untuk membantu SBY. Jadi dari awal, SBY sudah terbiasa dimanjakan oleh sekelilingnya. Dampaknya, dia tidak mempunyai kesempatan menghadapi keadaan yang nyata, yang sulit-sulit, realitas yang tidak selalu mulus, karena dia tahu beresnya saja.

15. Rakyat menilai SBY peragu, menurut anda bagaimana? Mengapa dia demikian?

SK: Seorang pemimpin akan ” mature” (matang: Red) ketika ditempa dilapangan. Begitu kecilnya kesempatan SBY secara pribadi menjadi ”Fighter” dilapangan membuat dirinya tidak bisa memisahkan mana kehidupan normal, krisis dan kritis. Sejak Taruna hingga terlanjur jadi presiden selalu ditopang oleh lingkungan dan keberuntungan. Dalam keadaan normal, pertimbangan yang masak dan kecermatan adalah utama, kalau perlu waktu dikorbankan. Beda kalau dalam keadaan krisis, faktor kecepatan bertindak sangat menentukan kelanjutan eksistensi dan nasib pasukan. Apalagi kalau dalam keadaan kritis, mutlak harus bersikap secara kilat dan harus siap menerima resiko. Maka dalam situasi krisis dan apalagi kritis ukuranya adalah kepentingan orang banyak, tidak usah bicara melanggar hukum atau tidak. Sepanjang legitamasi soal konstitusional bisa belakangan.

16. Bagaimana bisa terjadi demikian?

SK: Coba anda bayangkan, dimasa Orde Baru, mungkin tidak, seorang Danyon atau Dan Brig dimedan pertempuran melepas begitu saja seorang letnan yang anak atau menantu petinggi negeri ini? Tidak seperti kalau begitu saja melepas letnan anak petani, nelayan atau tegasnya anak rakyat biasa. Disanalah kemudian rekruitmen kader di tubuh TNI selama Orde Baru meninggalkan merit sistem. Yang menjadi elit dan apalagi yang memegang posisi strategis dasar pertimbangannya bukan lagi kwalitas, tapi karena ”klien patroon”.

17. Ada pandangan yang menyebutkan bahwa pengaruh Ani Yudhoyono amat besar dalam praktik dan keputusan SBY...

SK: Mudah dipahami demikian. Mungkin karena adanya perbedaan kelas sosial sudah sejak awal terbangun dalam pola hubungan, sehingga terbawa juga dalam hal-hal yang diluar urusan pribadi. Memang demikianlah dinamika kekuasaan. Bukan hanya itu. Lingkaran birokrasi saja bisa mendikte presiden kalau presidennya tidak sensitif terhadap pola komunikasi yang sarat kepentingan, sehingga ”the facto” pemimpin bukan sang presiden, tetapi lingkaran sekitarnya, apalagi orang terdekatnya. Itu sangat mungkin terjadi.

18. Menurut anda, apakah SBY semacam itu?

SK: Karena pengalaman selama ini kesuksesan SBY selalu didukung oleh lingkungannya, dia jadi kurang sensitif terhadap hal-hal yang nyata, masalah-masalah yang ada, kepekaan kepada penderitaan rakyat, dll. tertutupi oleh lingkaran-lingkaran kepentingan tersebut. Rakyat sulit menjangkaunya. Banyak yang ”semu” yang sampai ke hadapannya, dan dia tidak punya akses langsung kepada rakyat, karena sudah di ”asingkan” oleh sifat kekuasaan itu sendiri, yang dia gagal mengelolanya. Dia bagaikan duduk diatas balon besar yang terus menggelembung tapi tidak sadar bahwa setiap saat balon itu bisa pecah. Itulah ilusi kekuasaan.

The " Y " Generation :

People born between 1925 and 1945....Are called...
The Silent Generation

People born between 1946 and 1964...Are called....
The Baby Boomers

People born between 1965 and 1982...Are called....
Generation X .

People born after 1983...Are called....
Generation Y

BUT......... Y
Why do we call the last group of people...Generation Y ?
I had no idea until I saw this caricaturist's explanation!
A picture is worth a thousand words!

A married couple in their early 60s was
celebrating their 40th wedding anniversary in a quiet, romantic little
restaurant.



Suddenly, a tiny yet beautiful fairy appeared
on their table.



She said, 'For being such an exemplary married
couple and for being loving to each other for all this time, I will
grant you each a wish.



The wife answered, 'Oh, I want to travel
around the world with my darling husband.'


The fairy waved her magic wand and - poof! -
two tickets for the Queen Mary II appeared in her hands.



The husband thought for a moment: 'Well, this
is all very romantic, but an opportunity like this will never come
again.



I'm sorry my love, but my wish is to have a
wife 30 years younger than me.'


The wife, and the fairy, were deeply
disappointed, but a wish is a wish.


So the fairy waved her magic wand and
poof!..the husband became 92 years old.


The moral of this story: Men who are ungrateful
should remember.... fairies are female too.

If you love someone because you think that he or she is really gorgeous...
Then it's not love..
it's - Infatuation. ..

If you love someone because you think that you shouldn't leave him because others think that you shouldn't...
Then it's not love..
it's - Compromise.. .

If you love someone because you think that you cannot live with out his touch....
Then it's not love..
it's - Lust...

If you love someone because you have been kissed by him...
Then it's not love..
it's - Inferiority Complex...

If you love someone because you cannot leave him thinking that it would hurt his feelings..
Then it's not love..
it's - Charity...

If you love someone because you share every thing with him...
Then it's not love..
it's - Friendship.. .

But if you feel the pain of the other person more than him even when he is stable
And you cry for him..
that's - LOVE...

Pengejaran Gereja-Gereja di Cina


Kehidupan kekristenan di Cina merupakan sebuah kejaiban dari jaman modern, yang semakin hari semakin berkembang tak terbendung. Berkat keberanian orang-orang beriman, kekristenan di Cina semakin bertambah meskipun mereka dikejar-kejar secara brutal oleh pemerintahan komunis Cina.

Dengan adanya persekutuan-persekutuan jemaat dan biara-biara yang bermekaran akhir-akhir ini, hal ini hampir tidak mungkin untuk dibayangkan, bagaimana brutalnya gereja-gereja di Cina dikejar-kejar selama pemerintahan komunis ini. Dan ketika masa yang keras ini mencapai titik puncaknya, aktivitas religiositas sekarang ini malah dihentikan.

Di tahun 70-an, setiap gereja ditutup dengan paksa oleh tentara merah Cina. Semua aktivitas kegamaan dihapuskan. Seorang uskup pernah bercerita, bagaimana ia sering dimaki dan dihina. Sementara itu, ia harus tetap menguatkan hati kaum beriman. Karena keteguhan imannya ini, ia ditangkap dan dipenjara oleh rezim komunis. Dan akhirnya, ia pun dijatuhi hukuman mati. Akan tetapi, hukuman itu ia jalanni, setelah ia mendekam di penjara dan menjalani kerja paksa selama 13 tahun.

Di tahun 1957, rezim komunis Cina membentuk “kesatuan patriot”. Kesatuan ini bertugas untuk mengontrol gereja-gereja dan para jemaatnya hingga sekarang. Bagi gereja Katolik, pengontrolan ini menimbulkan perpecahan, yang akhirnya melahirkan dua buah gereja, yaitu gereja pemerintah dan gereja bawah tanah. Gereja pemerintah merupakan gereja yang mau bekerja sama dengan kebijakan-kebijakan pemerintah, yang sering kali bertentangan dengan iman kristiani. Sedangkan, gereja bawah tanah adalah gereja yang masih tetap loyal dengan hierarki katolik. Gereja bawah tanah inilah sering mengalami pendindasan luar dalam. Dari sisi ajaran pokoknya memang tidak ada perbedaan.

Meskipun di bawah banyak tekanan, gereja tetap hidup dan berkembang. Masih ada banyak tanda-tanda harapan. Obor iman tetap akan dilanjutkan dan membakar setiap orang yang percaya kepada Tuhan, yang tidak akan pernah meninggalkan gereja-Nya.

Menurut data statistik, sudah ada sekitar 40 miliar orang Kristen secara keseluruhan. Para imam di Cina memberitakan, setiap tahunnya selalu ada sekitar 100.000 orang dewasa yang memberikan diri dibaptis.

Meskipun demikian, pengejaran-pengejaran masih saja tetap terjadi. Sudah ada 12 uskup yang ditangkap dan dipenjara – termasuk di antaranya adalah tahanan rumah. Meski kesulitan yang dihadapi besar, orang-orang Kristen di sana tetap bertahan dan setia pada iman mereka.

--

Memperlengkapi Gereja Supaya Berdampak Bagi Bangsa


Bogor, Bahana
Eksistensi gereja untuk memberikan arti kepada bangsa menjadi harapan dari pelatihan Church Planting Movement (CPM) dengan tema “Kingdom Multiplication National Consultation.” Pelatihan yang merupakan tindak lanjut dari Visi Bless Indonesia 2020 dilangsungkan di Hotel Safari Garden, Cisarua, Bogor (25-27/05).

Pelatihan ini bertujuan memperlengkapi gereja-gereja lokal dan memotivasi sinode-sinode agar semakin giat dalam pelayanannya di tengah masyarakat. “Sehingga jemaat, gereja lokal dan sinode semakin efektif bersinergi dan bertumbuh dalam pelayanannya,” kata General Secretary Bless 2020, Pdt. Yerry E. Tawalujan, M.Th.

Tampil juga para pembicara, hamba-hamba Tuhan yang sudah terbukti pelayanannya di mancanegara, Rej Mack, Rodrick Gilbert, dan Dr. Stan Parks. “Peserta dapat mengkombinasi agar sesuai dengan kondisi Indonesia,” papar Tawalujan.

Aplikasi dari pelatihan ini tergantung masing-masing peserta yang merupakan utusan dari gereja lokal dan sinode setempat. Sinode yang diwakili terangkum dalam aras nasional PGI, PGPI dan PGLII.

Pdt. Imelda Mokodaser (37), satu dari 200 peserta mengakui pentingnya pelatihan CPM ini. Lewat pelatihan ini peserta dimantapkan akan visi sejati dari kehadiran gereja di tengah masyarakat. Gereja tidak boleh hanya berkutat dengan urusan jemaat dan hubungan vertikal dengan Kepala Gereja. Tetapi gereja harus membagikan kasih Kristus kepada sesama. Lewat pemancaran kasih Kepala Gereja dari tubuh gereja, pewartaan Kabar Baik diyakini akan tepat sasaran.

“Dari para pembicara kita tahu bahwa penginjilan harus sesuai dengan keberadaan lingkungan. Dengan begitu masyarakat tidak menjadi asing. Pendekatan yang dilakukan lebih mengena dan menjawab apa yang dibutuhkan, bukan sekadar apa yang kita mau,” kata utusan dari Gereja Segala Bangsa (Gesba).

Visi Bless Indonesia 2020 yaitu terwujudnya Indonesia yang maju, diberkat dan menjadi berkat bagi masyarakat. Juga mendorong kesatuan gereja-gereja dalam menghasilkan pelayanan yang berdampak. Semangat pendiriannya dilandasi oleh jiwa oikumene in action dan unity in function. “Rupanya lebih mudah mempersatukan gereja dalam tataran fungsional ketimbang tataran struktural,” ujar Tawalujan.

Bless Indonesia 2020 sendiri bermula dari pertemuan pemimpin gereja di Singapura bulan Februari 2007 yang di-prakarsai DAWN Ministries. Pertemuan tersebut dihadiri Ketua Umum dan Sekretaris Umum PGI (Pdt. Dr. A. A.Yewangoe dan Pdt. Dr. Richard Daulay), Ketua Umum dan Sekretaris Umum PGLII (Pdt. Dr. Nus Reimas dan Pdt. Sudhi Darma, MA), Ketua Umum dan Bendahara Umum PGPI (Pdt. Dr. Soehandoko Wirhaspati, dan Pdt. Dr. Mulyadi Sulaeman). Selain itu, hadir juga para pemimpin jaringan pelayanan JDN, PJRN,TCI, FGBMFI.

Pertemuan lanjutannya pada Juli 2007 mencetuskan Visi Bless Indonesia 2020. Visi ini merupakan jawaban akan pertanyaan “Akan menjadi seperti apa Indonesia pada tahun 2020 akibat gereja-gereja bersatu dan melakukan transformasi bangsa?”. Sebuah visi yang bisa diukur dari pengaruh kekristenan, kecukupan ekonomi, kedamaian sosial, keadilan masyarakat, dan kebenaran bangsa.

--

Memilih Jalan Lurus


Bacaan: Amsal 4:10-19
Kebutuhan ekonomi kadangkala membuat seseorang bertindak nekat . Belum lama ini seorang mahasiswi di Rumania nekat menjual keperawanannya melalui internet demi membiayai kuliahnya . Ia mematok tariff sebesar 50.000 Euro untuk kencan selama sepekan. Wanita cantik ini juga berharap , lelaki yang berkencan dengannya kelak dapat menjadi pendamping hidupnya .

Kehidupan manusia memang penuh dengan pilihan. Pilihan yang satu membawa pada kehidupan, sementara yang lain membawa pada kematian. Alina dan juga orang-orang yang memiliki masalah keuangan memiliki kesempatan untuk membuat pilihan dalam hidupnya: menempuh cara-cara yang benar atau memilih untuk melakukan yang tidak benar. Terkadang hal itu tidaklah semudah membalik telapak tangan, karena ada dilema antara melakukan kebenaran atau mati kelaparan karena tidak memiliki cukup uang untuk membeli makanan.

Setiap pilihan yang kita buat hendaklah berpusat pada firman Tuhan dan perkenanan-Nya. Hikmat dari Allah yang lahir dari takut akan Allah akan menolong kita untuk menempuh jalan yang lurus, sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Ketika kita memilih untuk tidak mengompromikan iman kita, Allah akan menyertai dan menolong kita. Tetapi, sekalipun Allah tidak mengulurkan tangan-Nya untuk menolong, itu bukanlah pembenaran untuk kita dapat melanggar firman-Nya. Hal ini dapat kita pelajari dari kehidupan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego (Dan. 3:16-18).

Siang ini, tetapkan hati kita untuk melakukan kebenaran sesuai dengan apa yang berkenan di hadapan-Nya. Jangan pernah menukarnya dengan apa pun serta alasan apa pun. Hendaknya pilihan yang kita buat senantiasa membawa kepada kehidupan, bukan kematian.

Sumber: Renungan Siang, Juli 2009

Grafite
Menunggu Undangan Dunga

Sosok Grafite meroket sepanjang Bundesliga 2008/09. Aksi brilian mesin gol milik Wolfsburg tersebut saat membobol gawang Bayern Muenchen di spieltag 26 tercatat sebagai salah satu gol terbaik sepanjang sejarah Liga Jerman.

Grafite, salah satu dari segelintir pemain Brasil yang unggul secara fisik. ((Foto: AFP))

Total 28 gol berhasil dibukukan Grafite di Bundesliga musim lalu. Sayang, prestasi tersebut tidak mampu menarik perhatian pelatih tim nasional Brasil, Carlos Dunga. Grafite gagal tampil di Piala Konfederasi 2009.

Toh pesepakbola bernama lengkap Edinaldo Batista Libano tersebut tidak patah semangat. Ia tetap optimistis bakal mendapat kesempatan memperkuat Brasil di putaran final Piala Dunia 2010.

Simak pendapat Grafite tentang karier, tim nasional Brasil, serta harapannya yang dirangkum dari situs FIFA dan beberapa sumber lain.

Faktor apa yang membuat cepat beradaptasi dengan kehidupan di Wolfsburg?

Semua terjadi pada saat bersamaan secara sempurna. Misi utama Wolfsburg adalah mencapai posisi tertinggi dan tujuan terse­but tercapai lebih cepat dari yang diharapkan. Saya sendiri sudah menginjak usia 30 tahun dan meng­habiskan tiga musim di Eropa. Ini merupakan perpaduan yang sangat ideal.

Kapten tim Wolfsburg, Josue, berasal dari Brasil. Begitu pula dua pilar Werder Bremen musim lalu, Diego dan Naldo, serta Ze Roberto dan Lucio (Bayern Muenchen), plus Carlos Eduardo (Hoffenheim). Apakah ini era yang tepat bagi pesepak bola Brasil untuk menguasai Jerman?

Dalam beberapa tahun terakhir, pemain asal Brasil mendapat tempat terhormat dari klub-klub Jerman. Semua berkat sukses pesepak bola macam Elber, Lucio, dan Ze Roberto yang mewarisi sikap profesionalisme.

Selama ini, klub-klub Eropa kerap merasa khawatir pemain Brasil akan berulah di luar lapang­an, tapi kami telah memberikan contoh baik. Bahkan kadang rekan kerja di klub berkata bahwa saya memiliki darah Jerman karena selalu bisa diandalkan dan tepat waktu. Bukan hanya talenta yang diperlukan demi mencapai kesuksesan.

Anda sukses di level klub. Apakah masih berharap bisa tampil di tim nasional?

Tentu saja. Saya sangat berharap setidaknya hingga Dunga meng­umum­kan skuad Piala Konfederasi. Harus diakui, saya benar-benar ingin dipanggil ke tim nasional dan cukup kecewa saat melihat nama saya tidak termasuk daftar. Tapi, tak ada yang bisa mengkritik keputusan Dunga karena empat penyerang yang dipilihnya merupakan pemain luar biasa.

Brasil tidak punya banyak striker dengan fisik kuat seperti Anda. Apakah kondisi ini bisa membuka jalan ke timnas?

Saya pikir begitu. Di skuad saat ini, satu-satunya pesepak bola yang mampu memainkan lebih dari satu peran karena memiliki kekuatan fisik ekstra adalah Luis Fabiano. Namun, saya hanya men­coba melakukan yang terbaik dan semua terserah Dunga.

Lantas bagaimana peluang tampil di Piala Dunia 2010?

Pastinya, saya akan tetap pergi berlibur ke Afrika Selatan jika tidak dipanggil sebagai salah satu pemain. Tidak ada yang bisa mengalahkan kehebohan Piala Dunia.

Bagaimana kondisi tim nasional Brasil saat ini?

Brasil punya tradisi kuat di sepak bola. Saat ini pun, mereka punya banyak pilihan pemain berkualitas. Di tangan yang tepat, Brasil akan sangat membahayakan.

Apakah sukses di Piala Konfederasi bisa menentukan prestasi Brasil di tim nasional?

Mungkin saja. Tanpa bermaksud bersikap negatif, tetapi Dunga punya banyak kesempatan bereksperimen di Piala Konfederasi. Saat ini, saya tidak menjadi bagian dari eksperimen tersebut. Namun, saya berharap bernasib lebih baik di masa depan dan menjadi bagian dari sukses Brasil di Piala Dunia 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar