Selasa, 07 Juli 2009

4 Prinsip Dasar untuk Komunikasi Produktif



Komunikasi saya kira merupakan salah satu bagian yang paling esensial dalam roda kehidupan profesional kita. Kita menyaksikan begitu banyak projek atau program perusahaan macet ditengah jalan hanya gara-gara dis-komunikasi para anggotanya. Sebaliknya, kita juga bisa menyaksikan sebuah arena lingkungan kantor yang bisa berjalan dengan indah lantaran didalamnya terbangun proses komunikasi yang elegan nan produktif.

Sejatinya ketrampilan komunikasi yang efektif memang merupakan sebuah elemen yang patut dijiwai oleh setiap pelaku bisnis dan kaum profesional – entah mereka berperan sebagai manajer, staf pelaksana ataupun para business owner. Berikut ini kita akan mencoba menelisik empat prinsip dasar yang mungkin mesti selalu kita ingat manakala kita ingin menjadi seorang komunikator yang produktif.

Prinsip # 1 : Fokus pada solusi, bukan pada masalah. Ketika kita berinteraksi di kantor, acap kita menyaksikan orang saling sibuk berbicara mencari kambing hitam, menyalahkan pihak lain, dan melulu berfokus pada masalah. Bagian produksi menyalahkan orang marketing. Bagian marketing menyalahkan orang Finance. Dan bagian HRD menjadi tempat tumpahan kekesalan semua departemen (capek deh).

Alih-alih berfokus melulu pada masalah dan sibuk mencari siapa kambing hitamnya, komunikasi kita akan jauh lebih produktif jika kita fokus pada solusi. Sebagai misal, jika kita menemui hambatan dalam salah satu program kerja yang dijalankan di kantor, maka segera kita mesti berdiskusi mencari jalan keluar untuk mengatasi hambatan itu. Otak kita mesti kita gedor untuk segera bicara mengenai solusi, dan menutup pintu bagi munculnya kata-kata yang menyalahkan pihak lain.

Mencari-cari kesalahan dan meyalahkan pihak lain memang mudah, dan secara intuitif, banyak orang yang menyukainya (!) Namun ini hanya buang waktu, dan itulah mengapa banyak kinerja perusahaan macet ditengah jalan. Lipatlah kebiasaan ini dan simpan rapat-rapat didalam laci. Kelak jika Anda menemui rintangan, munculkan sikap yang FOKUS pada SOLUSI.

Prinsip # 2 : Ganti kata-kata Tidak Bisa menjadi Bisa. Contoh sederhana : “Pak, kita TIDAK bisa menyelesaikan projek ini tanpa dukungan tim logistik yang handal”. Kalimat ini akan menjadi lebih produktif dan meletupkan optimisme jika kita ganti menjadi : “Pak kita bisa menyelesaikan projek ini dengan dukungan yang bagus dari tim logistik”. Atau contoh simpel lainnya : “Nak, kamu tidak akan naik kelas jika tidak belajar tekun”. Kalimat ini akan menjadi lebih elegan kalau kita ubah menjadi : “Nak, kamu pasti akan naik kelas jika rajin belajar”.

Para pakar psikologi bilang, semakin banyak kata “tidak” dan kata negatif lainnya kita ucapkan, secara tidak sadar hal ini akan mendorong perilaku kita ke arah negatif (tidak bisa, tidak mampu, dst). Sebaliknya, dengan framing kalimat yang positif, dan ini dilakukan secara repititif, akan membuat perilaku kita menjadi lebih optimis dan kian produktif.

Itulah mengapa ada sebuah nasehat yang mengharapkan agar setiap kosa kata yang mengandung makna negatif (seperti kata : tidak bisa, gagal, tidak mampu, tidak berpengalaman, tidak kompeten, dll) sebaiknya dienyahkan dari perbendaharaan komunikasi kita sehari-hari.

Prinsip # 3 : Katakan apa yang anda inginkan, bukan apa yang tidak anda inginkan. Prinsip ini mirip dengan prinsip nomer dua diatas. Yakni mengajarkan kepada kita untuk selalu membuat frame kalimat positif ketika ingin menyampaikan pesan. Sebagai misal, daripada mengatakan : “Mas, kalau nyetir mobil jangan kebut-kebut” lebih baik disampaikan dengan kalimat : “Mas, nyetir mobilnya hati-hati ya”. Atau contoh lain : “Kalau bikin laporan jangan ceroboh dan banyak bikin kesalahan”. Mengapa kita tidak menggantinya menjadi : “Kalau bikin laporan, tolong konsentrasi penuh agar semua data tersaji dengan akurat”.

Prinsip # 4 : Fokus ke depan, bukan ke masa lalu. Dalam lingkungan pergaulan di kantor kita acap mendengar kalimat seperti : “Nah, apa gue bilang kan……”. Atau kalimat seperti ini : “Nah, bener kan apa yang gue sampekan…”. Oke, kalimat-kalimat seperti ini memang membuat yang ngomong merasa “hebat”, but so what? Jadi, daripada fokus pada masa lalu sebaiknya kita ucapkan : “Okay, kita ambil hikmahnya. Mulai sekarang dan ke depan, kita harus lebih…..”. Kalimat ini akan membuat mitra bicara kita menjadi lebih mendapat respek. Kalimat itu juga akan membuat kita lebih bisa fokus pada solusi, dan maju ke arah masa depan yang lebih baik.

Demikianlah empat prinsip dasar komunikasi yang efektif. Semuanya sejatinya bersifat simpel, sederhana dan praktikal. Namun memang acap kita lupa untuk mempraktekkannya, dan dimana-mana kita banyak melihat orang mengabaikannya.

Karena itu, tak ada salahnya jika poin-poin kunci dalam tulisan ini Anda print lalu tempelkan didekat meja kerja Anda. Siapa tahu dengan itu, Anda bisa menjadi insan yang lebih produktif dalam membangun komunikasi?

--
"It is time for us all to stand and cheer for the doer, the achiever - the one who recognizes the challenges and does something about it."

Vince Lombardi
1913-1970, American Football Coach

--

"Everyone wants to be appreciated, so if you appreciate someone, don't keep it a secret."

Mary Kay Ash
1915-2001, Founder of Mary Kay Cosmetics

--

Forgetting the Basics

It was one week before Christmas in 2001. My son Benjamin was five years old at the time. He seemed healthy, but he had large lumps on the side of his neck; the doctor had been running blood and ultrasound tests on them, trying to determine a diagnosis. I was on a morning commuter train heading downtown for a rather important meeting about a company merger that had just been announced. My wife Toni called on my cell. I could tell immediately something was wrong. The doctor, not the doctor's office, had called. He needed to see both of us immediately. He would not tell Toni why. We both started thinking the worst.

As soon as I was off the train I arranged for a rental car and headed straight back home. Toni and I met at the doctor's office within an hour of the phone call. He informed us that Sick Kids Hospital in Toronto did not have any available beds. He had already made arrangements for us to attend a similar hospital in Kingston. This was two hours east of us. He informed us they had a concern that Ben had lymphoma. We would be meeting a pediatric oncologist in Kingston and we should pack for staying overnight. We walked out of the doctor's office and to our separate cars to head home and pack.

Dad and Linda had been making arrangements to purchase our family a membership at a private alpine ski club as a Christmas present. The first thing I thought of was the need to call them and tell them not to. We wouldn't be available to go skiing this year due to the news about Ben. I called and Linda answered the phone.

I remember sitting in this unknown car and the emotion of the moment hitting me like a brick wall. I told Linda the news and told her to cancel the ski membership plans. Shortly after I hung up with Linda dad phoned me back. He was compassionate but firm. He told me they were going ahead with the membership and for me to get my thinking straight. He said Ben is fine and not to give energy to any thought but that. He had been teaching me that my whole life, but it can be so easy to forget in the moment. He was even more emphatic that we not show any emotional weakness in front of Ben. The last thing we should do was to make him fearful.

We arrived at the Kingston hospital and as we walked through the front doors the doctor came up to us and asked if we were the Proctors. My immediate thought was "it's bad." When do you ever get greeted like that at a hospital? I stopped my thought and pictured Ben healthy and skiing. Ben had a CT scan that evening then a biopsy the next morning. We waited patiently for the results from the pathologist. They came back negative for cancer. We were incredibly relieved and exhausted. The entire experience left me in awe as to the personal character of the pediatric nurses. What incredible interpersonal skills they have to do what they do every day. Dad's words, of putting my thoughts on the right track, were all the easier with the wonderful support of the nursing staff.

I realized that day the importance of positive thinking. Whether or not it made a difference in my son's diagnosis I will never truly know. However, I know it made a difference for my son. Being strong for Ben allowed me to properly address my concerns for his well being. My first thought had been one of emotion and worry. Imagine the damaging impression I would have made on Ben, had I expressed my fear and worry in front of him. Those emotions really would not have been about his well being, but my own. If I had taken a moment to reflect, I would have realized that positive thoughts and attitude are the only things that would express my concern for his well being. I appreciate the fact that dad called back that day to remind me what I needed to do: Think positive.

Five days later we had the most grateful Christmas we had ever had and started skiing as a family the next week. We ski as a family today.

Ray Proctor
Excerpt from Inspired: The Secret of Bob Proctor

--

"You cannot be really first-rate at your work if your work is all you are."

Anna Quindlen
Essayist and Novelist

Perjodohan seringkali dipandang sebelah mata baik oleh paria maupun wanita karena lekat dengan kesan 'tak laku'. Padahal lewat ajang perjodohan, belum tentu calon pasangan yang akan ditemui itu tak sesuai dengan kriteria yang diidamkan. Ada beberapa tips yang dapat Anda jadikan panduan untuk mengenal sosok calon pasangan yang akan dijodohkan pada Anda. Coba simak yang berikut ini..

Hal paling mendasar yang perlu Anda lakukan pertama kali adalah memintalah waktu untuk mengenal sosok calon pasangan dan setelah itu beberapa langkah berikut mungkin bisa dijadikan bahan acuan untuk menentukan keputusan yang akan memberikan pengaruh besar dalam hidup:

1. Kenali Kepribadiannya
Mengenal kepribadian orang tentunya membutuhkan waktu, karena jika tidak memahami betul karakteristik pasangan, salah-salah nanti akan menyulitkan untuk kedepannya. Mulailah dengan obrolan ringan dengan si dia dan cobalah untuk menyelami dirinya lewat suara, gaya bicara, tatapan mata, dan sikapnya.

2. Cari Informasi Tambahan
Cobalah untuk mencari tahu informasi tentang si Dia lewat orangtua, orang terdekatnya dan teman-temanya, dengan begitu informasi mengenai dirinya mulai bertambah. Mungkin cara seperti ini terdengar berlebihan, namun untuk mendapatkan yang terbaik, sah-sah saja dilakukan.

3. Keterbukaan
Untuk mempermudah perkenalan yang singkat ini, keterbukaan masing-masing individu pun sangat membantu untuk lebih mengenal satu sama lain. Dengan demikian sifat baik dan buruk masing-masing dapat dipahami dan dimengerti.

4. Luangkan Waktu Bersama
Gunakan saat-saat berdua untuk mengenal lebih jauh si dia. Bahkan situasi seperti itu bisa saja menumbuhkan benih-benih cinta diantara satu sama lain. Namun manfaatkanlah situasi tersebut dengan hal-hal yang positif, karena jika anda terlalu jauh memanfaatkan kondisi tersebut, bisa jadi memberikan efek buruk terhadap masa pengenalan tersebut.

5. Saat Penentuan
Jika sudah mengenal si dia dengan baik, mengetahui informasi tentang dirinya, pergaulannya, kesehariannya, serta sifat-sifatnya. Maka saatnya untuk memantapkan diri untuk mengambil keputusan, apakah dia orang yang tepat untuk Anda atau sebaliknya.
Segala usaha yang telah dilakukan untuk menyakinkan diri sendiri bahwa sosoknya adalah pilihan yang tepat atau bukan, bukanlah sia-sia semata. Karena dengan melakukan penjajakan seperti, bisa memberikan keadilan kepada diri sendiri sebagai sosok individu yang berhak untuk menentukan jalan hidup.

Katakan “Iya” jika Anda menerima perjodohan itu dan katakan “Tidak” jika Anda tidak menyetujuinya. Pastikan dulu kepada diri sendiri bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik untuk diri sendiri dan masing-masing keluarga. Dan juga pastikan tidak ada pihak yang tersakiti dan dirugikan.

Finansial Piala Dunia 2010
Naik 48% dari 2006

Krisis ekonomi dunia tampaknya tidak terlalu mengganggu kemampuan FIFA mendapatkan uang. Seiring dengan berakhirnya Piala Konfederasi 2009, FIFA meng­umumkan prediksi bahwa Piala Dunia 2010 akan men­datangkan uang 48% lebih banyak dari angka 2,3 miliar dolar AS yang berhasil dicapai pada Piala Dunia sebelumnya.

Prakiraan ini didasarkan pada kesuksesan Piala Konfederasi secara finansial. Selain penjualan hak siar, South Africa 2009 juga berhasil menggaet 18 perusahaan yang menjadi sponsor. Hanya enam dari 18 perusahaan itu yang sejak awal memang sudah menjadi partner bisnis FIFA.

Para sponsor mengaku puas dengan kinerja Piala Konfederasi. “Panitia Piala Konfederasi 2009 harus merasa bangga. Mereka telah menggelar sebuah ajang yang hebat. Kami senang bisa ikut menjadi bagian darinya dan kami menatap Piala Dunia 2010 dengan perasaan optimistis,” sebut manajer umum visa daerah Afrika Selatan, Charles Niehaus.

“Sebagai sponsor, kami merasa bahagia karena turnamen ini diterima dengan sangat antusias oleh masyarakat. Seperti yang lain, kami juga menggunakan turnamen ini sebagai tes untuk Piala Dunia 2010. Piala Konfederasi telah melampaui perkiraan kami. Sekarang kami ingin mengulanginya tahun depan dengan skala yang lebih besar," paparnya. (wid)



--


Wawancara Luis Fabiano
Tidak Merasa Tak Tergantikan

Piala Konfederasi 2009 berakhir manis buat Luis Fabiano. Striker Brasil ini muncul sebagai top scorer turnamen dengan mengemas lima gol dan peringkat kedua pemain terbaik di bawah rekan senegaranya, Kaka. Trofi Golden Shoe dan Silver Ball menjadi milik penyerang Sevilla ini.

BOLA dan Luis Fabiano, sangat puas.

Apa komentar Luis Fabiano seusai pertandingan final? Berikut petikan wawancara BOLA dan sejumlah wartawan lain di mixed zone Ellis Park.

Luis, apa perasaan Anda?

Sangat puas. Brasil menjadi juara dan saya mencapai target pribadi untuk mencetak rata-rata satu gol di setiap partai.

Anda merasa sekarang memiliki posisi yang aman sebagai striker utama Brasil?

Pelatih Dunga memberikan kepercayaan yang besar kepada saya, tapi itu tak membuat saya merasa tidak tergantikan. Saya harus selalu bekerja keras karena kepercayaan pelatih datang setelah melihat kerja keras saya.

Sekarang para bek lawan akan mulai melakukan penjagaan ekstra kepada Anda. Yakin bisa mengulangi ketajaman yang sama di Piala Dunia 2010?

Sangat menyenangkan jika saya bisa mengulangi mencetak rata-rata satu gol setiap pertandingan di Piala Dunia nanti. Mengapa tidak? Saya didukung oleh pemain-pemain hebat yang membuat semuanya menjadi lebih mudah.

Anda mencetak 22 gol dalam 32 cap membela Brasil. Rekor itu bisa membuat Anda diincar banyak klub top untuk musim depan.

Saya pikir 22 gol dalam 32 partai adalah rasio yang bagus. Seharusnya itu cukup untuk membuat beberapa klub tertarik kepada saya. Tapi, saat ini saya masih pemain Sevilla. Kita lihat saja nanti setelah liburan. (wid)

1 komentar:

  1. Using Car Rental 8 you can discover the best car rental at over 50000 international locations.

    BalasHapus