Tujuan utama dari bisnis adalah untuk menciptakan pelanggan....Untuk mencapai tujuan ini, ada dua hal penting yaitu inovasi dan marketing“, kata Peter F Drucker dalam bukunya The Practice of Management. Kata-kata ini sudah dikutip ribuan kali baik oleh para proff maupun CEO dari perusahaan-perusahaan besar.
Kata-kata ini mungkin akan dianggap sebagai kalimat biasa bila diucapkan hari ini, biarpun seorang pakar top yang mengucapkan. Perusahaan sudah lama sadar bahwa membangun bisnis haruslah memperhatikan pelanggan dan ini harus dilakukan secara inovatif.
Siapa yang dapat membayangkan bahwa Peter Drucker sudah melontarkan ide ini kira-kira 55 tahun yang lalu? Inilah kehebatan Drucker, seorang pakar manajemen yang karya dan idenya sangat disegani. Kemampuannya membaca trend jauh ke depan telah banyak membantu para manejer dan praktisi di seluruh dunia.
Karena dalam marketing, inovatif juga sangat penting, maka banyak yang sudah mulai mengoreksi perkataan Peter F. Drucker. Tidak perlu dengan inovasi dan marketing tetapi cukup satu kata “inovasi”.
Inovasi dan menjadi perusahaan yang inovatif ! Ini sudah menjadi simbol kebanggan perusahaan. Dengan kata lain, perusahaan yang inovatif adalah perusahaan yang sudah pasti sukses. Perusahaan yang sekedar meniru dan sebagai pengikut, tidak akan pernah sukses. Tipe perusahaan seperti ini, tidak perlu disegani dan ditakuti oleh pemimpin pasar.
“Copying is less estimable than inventing. Imitation is less honorable than innovation“ kata salah satu CEO perusahaan besar. Attitude ini seperti ini memang sudah menjadi keyakinan banyak perusahaan-perusahaan besar di negara maju terutama Amerika. Perusahaan imitator atau individu imitator sering di-cap sebagai pemalsu, peniru, tukang contek atau bahkan sebagai bandit yang melanggar hukum perdata.
Perusahaan yang inovatif sering identik dengan perusahaan yang selalu menjadi pionir untuk suatu produk baru. Lalu, pertanyaan yang perlu diajukan; benarkah menjadi inovatif dan selalu yang pertama dalam pasar menjamin kesuksesan di kemudian hari?
Bila ditelusuri, ternyata masih banyak contoh dimana imitator kemudian mengungguli perusahaan yang lebih dulu mengembangkan produk baru. Atau “me-too product” akhirnya menyingkirkan sang pionir.
Dalam dunia kamera, Leica dan Contrax adalah pionir. Hari ini, Canon dan Nikon adalah dua merek yang terdepan. Bahkan untuk pasar Indonesia, kamera Fuji yang datang lebih terlambat, menjadi nomor satu. Dalam bidang industri kartu kredit, Dinners Club adalah sang pionir tetapi kemudian Visa dan Amex mengambil alih posisi sang pionir. ATM di Indonesia, banyak dipopulerkan oleh Bank Niaga. Hari ini, BCA dan Mandiri sudah meninggalkan Bank Niaga dalam hal ini.
Atau, kita lihat Jepang tempo dulu. Negara ini di-cap sebagai bangsa peniru. Label ini sekarang lebih banyak diberikan kepada perusahaan-perusahaan dari negara Korea, Taiwan, Hongkong atau Cina. Buktinya, negara-negara ini juga sukses di pasaran dunia.
Definisi imitator sendiri memang agak kabur. Orang lebih suka untuk mengatakan bahwa imitator itu mempunyai beberapa tingkatan. Paling rendah, adalah penjiplak yang sering dinggap pelanggar hukum. Dalam bahasa sehari-harinya, mereka disebut pemalsu. Tingkatan imitator yang lebih tinggi adalah “clone”. Mereka membuat produk yang sama persis dengan produk sang pionir tetapi dengan merek milik mereka sendiri. Hal ini dapat terjadi oleh karena tidak adanya perlindungan paten.
Tingkatan tertinggi dari imitator adalah “creative imitator”. Langkah pertama adalah meniru si pionir. Setalah itu, mereka berusaha mengamati dan belajar dari kesalahan atau yang disebut “learning by watching”. Imitator yang sukses biasanya bertindak seperti ini. Jadi bukan sekedar meniru dan berhenti.
Strategi imitator umumnya sangat relevan untuk perusahaan-perusahaan lokal dari negara berkembang termasuk Indonesia. Untuk menjadi perusahaan inovatif yang sekaligus menjadi pionir, membutuhkan biaya yang besar. Biaya ini termasuk biaya riset dan juga biaya untuk mengedukasi konsumen. Apalagi bila kita berbicara pasar dunia, kecil kesempatan perusahaan lokal di Indonesia untuk menjadi pionir.
Tidak ada salahnya dengan menjadi imitator. Hanya saja, kita perlu menjadi imitator yang kreatif, imitator yang meniru produk pionir, kemudian belajar dari kesalahan dan terus mengupayakan perbaikan.
Massimo Ambrosini
Kapten Milan 2009/10
Paolo Maldini akan mengundurkan diri akhir musim ini. Milan membutuhkan kemunculan seorang kapten baru memasuki musim kompetisi 2009/10.
Massimo Ambrosini, mendapatkan tempat di tim utama Milan dengan karakter komplet. (Foto: AFP)
Ada beberapa kandidat pemegang ban kapten Il Diavolo Rosso setelah Maldini. Ada Gennaro Gattuso, yang penampilannya di atas lapangan selalu memberikan inspirasi bukan hanya buat para pemain Milan, tapi juga tifosi.
Sebut juga Ricky Kaka, pemain terpenting Milan saat ini. Memberikan ban kapten kepada Kaka berarti menjauhkannya dari keinginan pindah ke klub lain.
Tapi, Milan mengenal tingkat senioritas dalam menentukan siapa pemain yang menjadi kapten. Maldini menjadi il capitano karena dia paling senior di Milan saat ini. Maldini sudah 25 tahun berbaju merah-hitam.
Jika Maldini pensiun, pemain paling senior Milan bukan Gattuso atau Kaka. Dia adalah Massimo Ambrosini. Jadi, orang inilah kapten baru Milan. Jabatan tersebut tidak asing buat gelandang berusia 31 tahun itu.
Ambro sudah menjadi wakil kapten Milan sejak 2007/08 setelah Alessandro Costacurta pensiun. Pemain yang kerap dipanggil Max ini sudah sering dipercaya mengenakan ban kapten Il Diavolo apabila Maldini absen.
Gattuso dan Kaka sendiri memberikan dukungan kepada teman baik pembalap Motogp, Valentino Rossi, ini. Mereka sepa-kat senioritas Ambrosini harus dihargai.
“Saya bermain lebih banyak, tapi Massimo lebih tua daripada saya. Jadi, dia pilihan yang lebih tepat,” kata Gattuso seperti dikutip oleh situs Acmilan-online. “Saya ingin menjadi kapten Milan, tapi di sini ada hierarki yang jelas. Ambrosini adalah penerus Maldini. Saya akan menunggu giliran,” tutur Kaka.
Semakin Matang
Kalau dari sisi senioritas, kepantasan Ambrosini menjadi kapten Milan tidak perlu dipertanyakan. Tapi, bagaimana dengan kontribusinya dalam hal teknik di atas lapangan?
Ambrosini memang membutuhkan waktu lama untuk meraih posisi inti Milan. Max sempat menjadi spesialis pemain cadangan dan bahkan pernah dipinjamkan ke Vicenza.
Tapi, penggemar bola basket dan nomor 23 milik pebasket NBA, Michael Jordan, ini sekarang semakin matang. Ia sulit disingkirkan dari tim utama karena memiliki karakter komplet.
Tekel keras seperti Gattuso dipunyainya. Visi permainan juga dimiliki Ambrosini kendati tidak sebaik Andrea Pirlo. Naluri menyerang ala Kaka juga sering ditunjukkan Ambro. Ia kerap naik ke depan menjadi striker dadakan. Performa bagus Milan akhir-akhir ini tak lepas dari peran Ambro.
Saat menghadapi Torino (19/4, 5-1), Max menghasilkan satu penalti dan membuat satu gol. Melawan Palermo (26/4, 3-0), Ambro memberikan satu penalti dan satu assist kepada Filippo Inzaghi. Pekan lalu, umpan silangnya membuka jalan terjadinya gol kedua Milan ke gawang Catania.
Seorang kapten harus memiliki peran penting di dalam tim. Dengan penampilan yang ditunjuk-kannya saat ini, Ambrosini seolah ingin menegaskan bahwa Milan harus memercayakan ban kapten kepadanya musim depan. (Dwi Widijatmiko)
DATA DIRI
--------------------------
Lahir: Pesaro, 29 Mei 1977
Tinggi/Berat: 182 cm/72 kg
Posisi: Gelandang
Debut Serie A: 5 November 1995, Milan vs Cagliari 3-2
Karier Klub: Cesena 1994-95 (27 main/1 gol), Milan 1995-97 (32/0), Vicenza 1997-98 (34/1), Milan 1998-... (324/29).
Debut Tim Nasional Italia: 28 April 1999, Kroasia vs Italia 0-0
Karier Tim Nasional Italia: 35 cap/0 gol
Termasuk Gli Immortali
Dengan pengalaman 13 tahun memperkuat Milan, Massimo Ambrosini termasuk dalam Gli Immortali alias pemain-pemain paling setia di klub-klub top Serie A saat ini. Max membela Milan sejak tahun 1995, tapi diselingi peminjaman di Vicenza selama satu tahun.
Catatan 13 tahun gelandang yang baru saja menikahi Paola Angelini dan akan segera menjadi ayah dari Federico ini hanya kalah dari empat orang. Keempat Gli Immortali di atas Ambrosini adalah Paolo Maldini (Milan/25 tahun), Francesco Totti (Roma/17), Alessandro Del Piero (Juventus/16), dan Javier Zanetti (Inter/14).
Jumlah tahun Ambrosini berbaju I Rossoneri masih bisa bertambah. Satu-satunya kendala adalah kondisi kontraknya. Ikatan kerja Max di Milan akan berakhir 2010 dan kontrak tersebut belum diperbarui sampai sekarang.
Tapi, Ambrosini tidak merasa khawatir. “Tidak ada masalah antara saya dan Milan soal situasi kontrak. Saya merasa dicintai tifosi, jadi tidak pernah mencemaskan hal seperti itu,” tuturnya seperti dikutip oleh Milan Channel.
Yang menarik, Milan bisa dianggap sebagai klub yang mampu membuat pemain-pemainnya betah. Jika diambil angka rata-rata, setiap pemain Milan rata-rata memperkuat I Rossoneri selama 5,76 tahun.
Angka tersebut ada di atas Inter, Juventus, dan Roma. Inter memiliki angka rata-rata 4,54 tahun, Juventus 3,76 tahun, dan Roma 3,72 tahun. (wid)
--
Chelsea vs Barcelona 1-1 (Agregat 1-1)
Keadilan untuk Pujaan Publik
Superdramatis! Laga kedua semifinal antara Chelsea dan Barcelona, Rabu (6/5), ditentukan gol pada injury time. Hasil ini terasa adil karena pemenangnya adalah klub pujaan publik, Barcelona, sang pengusung sepak bola menyerang.
Fakta tidak bisa dibantah. Dalam dua leg, Barcelona selalu muncul sebagai tim yang lebih agresif. Pada dasarnya, skuad besutan Pep Guardiola ini memang hanya tahu caranya menyerang. Ini bisa dibuktikan dari hampir 150 gol yang sudah mereka bukukan di semua ajang.
Setelah melihat Chelsea bermain bertahan di 1st leg, Barcelona menghadapi kesulitan yang sama di Stamford Bridge. Arsitek Chelsea, Guus Hiddink, kembali menggelar taktik yang tidak mengizinkan sumber serangan Barca berkreasi. Tidak kelihatan liukan-liukan Lionel Messi dan Samuel Eto'o seperti ketika Barcelona menghajar Real Madrid empat hari sebelumnya.
The Blues semakin di atas angin ketika Michael Essien membuat gol indah yang tidak disangka-sangka pada menit ke-9. Tendangan voli kaki kirinya sempat menghantam bagian bawah mistar gawang Barcelona sebelum bola masuk ke gawang.
Keunggulan cepat itu memperkuat alasan Chelsea untuk terus menggeber sepak bola pressing ketat dan pertahanan yang bertumpuk. Pemain-pemain Barcelona sangat sulit menembus kotak penalti lawan. Mereka justru berkali-kali berisiko menderita gol lagi lewat serangan balik The Blues.
Jalan Barcelona semakin terjal ketika Eric Abidal dikartu merah pada babak kedua karena melanggar Nicolas Anelka. Tapi, di tengah kesulitan berlapis itu, Barcelona terus menyerang. Walau kalah jumlah personel, Guardiola tetap memasukkan tambahan striker.
Jerih payah Barcelona akhirnya terbayar dengan cara yang paling memuaskan. Setelah menderita selama 90 menit, umpan Lionel Messi diselesaikan Andres Iniesta dengan teknik tendangan yang membuat bola menjauhi jangkauan Petr Cech. Setelah sepanjang pertandingan tidak bisa membuat shot on target karena Chelsea bertahan dengan baik, tembakan tepat sasaran pertama Barca justru membawa mereka ke partai final. Dramatis!
Final Impian
Chelsea jelas sakit hati kalah dengan cara seperti ini. Usai pertandingan, para pemain menyerbu wasit Tom Henning Ovrebo. Pengadil asal Norwegia itu mereka anggap banyak merugikan Chelsea. Paling tidak ada tiga permintaan penalti Chelsea ketika Didier Drogba dua kali dihentikan di kotak penalti Barcelona dan tendangan Anelka membentur tangan Gerard Pique.
Kontroversi bisa diperdebatkan, tapi kepantasan Barcelona lolos ke final rasanya tidak perlu dipertanyakan. Melihat cara mereka bermain sampai semifinal, yang selalu berusaha menghibur penonton dengan sepak bola menyerang, Barca memang "harus" tampil di laga pamungkas. Itu pencapaian yang adil buat tim yang setiap pertandingannya selalu menggairahkan.
"Kami pantas berada di Roma pada 27 Mei karena semua usaha yang sudah kami lakukan sejauh ini. Gol ini saya persembahkan untuk suporter yang datang ke London. Mereka ikut menderita bersama tim ini. Kami bahagia lolos ke final, tapi tidak bisa berhenti mengagumi Chelsea. Mereka membuat kami sangat kesulitan," kata Iniesta kepada Eurosport.
"Kami tidak akan bisa berubah. Kami menggelar sebuah merek sepak bola yang rasanya dipuja oleh siapa pun," sebut Presiden Barca, Joan Laporta, seperti dikutip As.
Final antara Manchester United dan Barcelona tentu memuaskan pencinta sepak bola. Laga ini disebut-sebut sebagai final idaman. Ini duel antara juara bertahan dan tim yang dianggap sebagai kandidat terkuat yang bisa mengambil alih gelar juara dari tangan United. (Dwi Widijatmiko)
DATA-FAKTA
-------------------------
Waktu: Rabu, 6 Mei (20.45)
Stadion: Stamford Bridge
Wasit: Tom Henning Ovrebo (Nor)
Gol: 1-0 Essien 9', 1-1 Iniesta 90+3'
Kartu Kuning: Essien 74', Alex 77', Ballack 90+6', Drogba 90+8'(C); Alves 30', Eto'o 90+1', Iniesta 90+4' (B)
Kartu Merah: Eric Abidal 66' (B)
Tembakan Ke Gawang: 4-1
Tembakan Melebar: 5-10
Penguasaan Bola: 37%-63%
Pelanggaran: 16-17
Sepak Pojok: 6-6
Off-Side: 5-0
Jarak Lari Terjauh: Xavi Hernandez (12.464 m)
Man of The Match: Andres Iniesta (Barcelona)
Thierry Henry
Taktik Membingungkan
Thierry Henry membuat bingung banyak orang. Selain menjadi bintang lapangan saat menghadapi Madrid di Santiago Bernabeu pada akhir pekan lalu, delantero Barcelona ini juga mendapat cedera lutut di el clasico tersebut. Henry memaksa bermain selama kira-kira setengah jam sebelum digantikan setelah Barca membuat gol keempat.
Barcelona mengumumkan Henry mesti beristirahat sekitar dua pekan sehingga bakal absen melawan Chelsea di semifinal II Liga Champion. Indikasinya, si striker absen berlatih. Eh, Barca lalu meralat, menyebut masalah lutut yang mendera pemain Prancis ini tak serius.
Konfirmasi diberikan Henry sendiri. “Sergio Ramos menabrak saya dari belakang dan, karena terjatuh, lutut saya terkena tanah. Lutut itu terasa agak sakit, tapi saya rasa bisa bermain melawan Chelsea,” kata eks pemain Monaco ini seperti dikutip The Guardian.
Hanya dua jam saja harapan besar mengembang. Ya, pada akhirnya, Titi Henry tak diturunkan, bahkan tak ada di daftar cadangan.
Kurang jelas apakah ambiguitas kabar soal kondisi striker asal Prancis ini adalah kesengajaan El Barca. Pep Guardiola mungkin berusaha membuat Chelski menebak-nebak perkembangan. Bisa jadi pula Barcelona memberikan waktu untuk striker berumur 31 tahun itu.
Apa pun, tanpa pemain yang bangkit kembali setelah musim buruk tahun lalu itu, daya dobrak Blaugranes berkurang. Beruntung gol penyama kedudukan bisa dicetak Andres Iniesta. Klinis karena tercipta saat injury time.
Legenda hidup Arsenal ini akhirnya bisa bergembira di Stamford Bridge bersama rekan-rekannya. (chrs)
--
Sir Alex Ferguson
Hanya Kalah dari Lippi
Laga semifinal Liga Champion Arsenal kontra Manchester United, Selasa (5/5), bisa dikatakan selesai saat Cristiano Ronaldo mencetak gol kedua United pada menit ke-11. Ketika peluit akhir berbunyi, kepastian datang: Sir Alex Ferguson akan memimpin timnya di final LC untuk ketiga kalinya.
Marcello Lippi. (Foto: AFP)
Mantan bos Aberdeen ini menyamai prestasi Ottmar Hitzfeld (Dortmund 1997; Muenchen 1999 dan 2001), Fabio Capello (Milan 1993, 1994, dan 1995) dan Carlo Ancelotti (Milan 2003, 2005, dan 2007) yang telah mencatat hat-trick penampilan final. Prestasi itu memang hebat.
Namun, sejak kompetisi tertinggi antarklub Eropa itu bertajuk Liga Champion pada 1992/93, hanya ada satu nakhoda yang telah empat kali mengantar timnya ke final: Marcello Lippi.
Pria berambut perak ini membawa Juventus ke laga pamungkas tiga tahun berturut-turut antara 1996, 1997, 1998, dan untuk terakhir kalinya pada 2003. Walau berhasil memenangi LC pada usaha pertamanya, ia tiga kali patah hati karena dihentikan klub Jerman (Dortmund), Spanyol (Madrid), dan Italia sendiri (Milan) secara beruntun.
Kembali ke Sir Alex. Jika menang di Roma, gaffer yang posisinya saat bermain adalah striker ini akan menjadi pelatih pertama yang menjuarai Liga Champion secara berurut. Sir Alex akan mengikuti Arrigo Sacchi (Milan, 1990) sebagai pelatih pertama yang mempertahankan gelar juara antarklub Eropa.
Pun ia bisa menjadi pelatih pertama yang memenangi tiga titel Champion sejak Bob Paisley, pelatih legendaris Liverpool. (frzi)
Jadwal Final Bentrok
Sudah lazim bila penggemar sepak bola Eropa mengosongkan jadwal demi final Liga Champion (27/5). Terlebih bagi mereka yang cukup beruntung menonton langsung di Stadio Olimpico. Namun, beda halnya jika klub-klub Italia yang harus mengubah jadwal demi final tersebut.
Skenario ini terjadi karena, seharusnya, Federasi Sepak bola Italia (FIGC) dan Lega Calcio, badan yang mengatur jadwal Serie A, harus menyerahkan Olimpico kepada UEFA tujuh hari sebelum final. Padahal, tiga hari sebelum laga pamungkas itu Lazio harus menjamu Reggina, yang terancam degradasi, di Olimpico. Jeda waktu 72 jam ini tentu saja tidak sesuai SOP (Standard Operating Procedure) UEFA.
Lega Calcio pun tidak bisa begitu mengubah jadwal satu laga itu karena semua pertandingan dua pekan terakhir Serie A harus dimulai pada waktu bersamaan untuk menghindari tim-tim berbuat curang.
“Kami belum menemukan solusi untuk masalah ini,” kata Presiden Reggina, Lillo Foti, seperti dikutip Reuters.Giancarlo Abete, Presiden FIGC, mengungkapkan Lega Calcio juga masih mencari cara keluar dari problem ini.
Kubu Lazio dan pesaing Reggina di zona degradasi kemungkinan besar tidak akan setuju apabila laga dimainkan di venue netral. Di masa lalu, beberapa laga Serie A dalam dua pekan terakhir musim memang pernah dipindahkan sendiri-sendiri, tapi itu hanya dilakukan jika tim-tim yang bertanding tidak terlibat pertarungan relegasi atau mengejar tempat Eropa. (frzi)
Selasa, 19 Mei 2009
Tujuan utama dari bisnis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar