Definition:
Male pattern baldness describes a typical pattern of hair loss in men, caused by hormones and genetic predisposition.
Alternative Names:
Alopecia in men; Baldness - male; Hair loss in men; Androgenic alopecia in men
Causes, incidence, and risk factors:
Hair grows from its follicle at an average rate of a ½ inch per month. Each hair grows for 2 to 6 years, then rests, and then falls out. A new hair soon begins growing in its place. At any one time, about 85% of the hair is growing and 15% is resting.
Baldness occurs when there is a progressive miniaturization of the follicle, resulting in shorter and finer hair. The end result is a miniature follicle with no hair. The cause of the failure to grow a new hair is not well understood, but it is associated with a genetic predisposition and the presence of endocrine hormones (androgens, the male sex hormones), especially dihydrotestosterone, which is converted from testosterone. The follicles, however, remain alive, suggesting the possibility of new growth.
The typical pattern of male pattern baldness begins at the hairline. The hairline gradually recedes to form an “M†shape. The existing hair may be finer and does not grow as long as it did formerly. The hair at the crown also begins to thin, and eventually the top points of the hairline “M†meet the thinned crown, leaving a horseshoe pattern of hair around the sides of the head.
Hair loss in patches, diffuse shedding of hair, breaking of hair shafts, or hair loss associated with redness, scaling, pain, or rapid progression could be caused by other conditions.
Symptoms:
Thinning or absence hair
Receding hairline (from the front toward the back over time)
Loss of hair at the crown of head
Progression of hair loss in a typical “Mâ€-shaped pattern
Eventually results in a loss of hair over the top of the head
Horseshoe ring shape of remaining hair
Signs and tests:
Classic male pattern baldness is usually diagnosed based on the appearance and pattern of the loss of hair. Hair loss that occurs in an atypical manner may be caused by other medical disorders.
A skin biopsy or other procedures may be needed to diagnose other disorders that cause loss of hair.
Hair analysis is not accurate for diagnosing nutritional or similar causes of hair loss. It may reveal substances such as arsenic or lead, however.
Treatment:
The hair loss of male pattern baldness is permanent. No treatment is required if the person is comfortable with the appearance.
There are two drugs approved to treat male-pattern baldness: minoxidil and finasteride (Propecia).
Minoxidil is used topically on the scalp. It may help hair to grow in 20 to 25% of the population, and in the majority it may slow the loss of hair. Treatment is expensive, however, costing about $600 per year for the recommended twice-daily use. The higher concentration minoxidil works better. Hair loss recurs when its use is discontinued.
Finasteride is the only oral medication that is approved for male pattern baldness. It inhibits the production of the hormone that contributes to male pattern baldness. About 50% of men who take this drug have increased hair growth in one year. In general, it is more effective than minoxidil. It has no major effect on testosterone level in the body. About 2 percent of the men who take this drug experience sexual dysfunction.
Hair transplants consist of removal of tiny plugs of hair from areas where the hair is continuing to grow and placing them in areas that are balding. This can cause minor scarring in the donor areas and carries a modest risk for skin infection. The procedure usually requires multiple transplantation sessions and may be expensive. Results, however, are often excellent and permanent.
Suturing of hair pieces to the scalp is not recommended as it can result in scars, infections, and abscess of the scalp. The use of hair implants made of artificial fibers was banned by the FDA because of the high rate of infection.
Hair weaving, hairpieces, or change of hairstyle may disguise the hair loss. This is usually the least expensive and safest treatment for male pattern baldness.
Expectations (prognosis):
Male pattern baldness is cosmetically important and does not indicate a medical disorder, but it may affect self-esteem or cause anxiety. The hair loss is usually permanent.
Complications:
Psychological stress
Loss of self-esteem due to change in appearance
Calling your health care provider:
Call your health care provider if male pattern baldness develops and you want to attempt to treat the hair loss.
Also call your health care provider if hair loss occurs in a pattern other than that of male pattern baldness (there could be a treatable medical cause for the hair loss), or if hair loss is accompanied by itching, skin irritation, or other symptoms (Which is usually Fungal)
Prevention:
There is no known prevention for male pattern baldness.
--
Guus Hiddink
Belajar Mengendalikan Emosi
Apa yang Anda lakukan bila lawan yang mengunjungi markas klub Anda berteriak histeris dan berpesta merayakan keberhasilan dengan cara yang mengundang perdebatan? Guus Hiddink bisa menjadi contoh yang positif
Hiddink yakin Chelsea akan ke final bila UEFA memanfaatkan teknologi. (Foto: Getty Images)
Ketika para pemain Barcelona melompat gembira sambil menyebut kata-kata "final" di sekitar Hiddink, Rabu (6/5), tak tampak reaksi negatif dari sang pelatih asal Belanda itu. Bandingkan dengan sikap emosi Didier Drogba dan Michael Ballack. Atau aksi protes Frank Lampard dan kapten John Terry, yang lebih sopan dibanding dua rekannya.
Bagaimana Hiddink (62) bisa begitu tenang di antara pesta lawan? Berikut rangkuman wawancara sang pelatih yang dikutip dari situs klub dan beberapa sumber lain.
Apa sikap Anda terhadap reaksi para pemain yang terkesan berlebihan?
Saya bukan ingin membela mereka. Tapi, cara anak-anak memprotes wasit menunjukkan bahwa mereka punya keinginan kuat dan menjadi bagian dari identitas tim. Mereka ingin memperjuangkan kesempatan. Bersama pemain seperti ini, saya sangat menikmati pekerjaan sebagai pelatih.
Bagaimana Anda bisa terlihat begitu tenang seusai pertandingan?
Tentu saja saya bisa bereaksi dengan keras, tapi saya telah belajar mengontrolnya. Terkadang, emosi itu memang harus keluar.
Saya bisa melepas rasa frustrasi dengan cara berbeda. Setelah pertandingan, saya berkumpul bersama sejumlah rekan dari Belanda. Kami meminum anggur di apartemen saya.
Jujur saja, malam itu saya mengisap cerutu. Saya bukan peminum yang hebat. Pertama segelas cappu-ccino, lalu tiga atau empat gelas kecil anggur dan sebatang cerutu.
Kalau saya frustrasi karena gagal mencapai tujuan, saya tak mau mengganggu orang lain hanya karena rasa kecewa atau emosi.
Anda bisa tidur nyenyak setelah pertandingan itu?
Jelas tidak. Saya memikirkan ulang apa yang terjadi. Emosi adrenalin saya terlalu tinggi untuk bisa tidur.
Ketika masih bermain, bagaimana Anda bereaksi terhadap situasi seperti ini?
Saya bisa ambil contoh terburuk perilaku di lapangan sekitar 40 tahun lalu. Saya seorang gelandang serang yang sering mendapat pengawalan ketat dari lawan sepanjang pertandingan. Lawan sering menarik kaus dari belakang dan menendang saya. Tentu saja saya jadi frustrasi.
Saya jadi ingat pernah melakukan tekel yang buruk terhadap lawan karena emosi. Ia kemudian menderita cedera parah. Setelah pertandingan, dengan sekotak cokelat, saya mendatanginya dan meminta maaf. Kejadiannya sekitar akhir 1960. Saya sungguh menyesal. Sampai sekarang, bunyi tulang kakinya yang patah masih bisa saya dengar.
Setelah kejadian melawan Barcelona, apakah Anda setuju wasit membutuhkan bantuan teknologi?
Teknologi akan memperlancar pertandingan bila dipakai dengan cara yang tepat. Lihat olah raga lain, seperti rugbi dan sepak bola Amerika, mereka punya kemampuan memanfaatkan teknologi untuk kejadian-kejadian penting.
Teknologi bisa dipakai hanya bila terjadi perbedaan pendapat atas sebuah kejadian penting atau untuk membantu wasit mengambil keputusan yang sulit.
Bila tidak, pertandingan akan terlalu sering dihentikan. Wasit yang bertugas memperhatikan rekaman pertandingan harus punya wewenang menolak keputusan wasit yang bertugas.
Kalau teknologi sudah diterapkan di semifinal, Chelsea akan melaju ke final, bukan Barcelona. Kini semua terserah UEFA untuk memutuskan apakah akan memanfaatkan teknologi atau tidak. (Weshley Hutagalung)
--
--
Perjalanan dari Kodya Semarang ke Kabupaten Blora kali ini seharusnya merupakan perjalanan biasa. Sama seperti perjalanan dari Purbalingga ke Solo, atau perjalanan dari Balikpapan ke Samarinda yang saya lakukan minggu lalu. Namun, ada hal yang membuat tangan ini “gatal” untuk mengisahkan perjalanan tersebut dan membagikan kepada orang lain.
Mengapa perjalanan dari Semarang ke Blora ini menjadi berbeda dibandingkan dengan perjalanan lainnya? Ceritanya begini ……: Setelah melewati Kabupaten Demak, perjalanan selanjutnya melintasi Kabupaten Grobogan (nama ibukotanya Purwodadi). Saya bersama rekan melintasi jalan tersebut sekitar pukul 23.30 malam hari. Jalanan lumayan sepi, hanya ada satu dua kendaraan yang melintas. Bisa jadi, kurangnya kendaraan yang melintasi jalan ini karena memang sudah larut, atau mungkin karena jalan di kota ini “luar biasa” berlubang, bergelombang dan tidak terurus. Dalam hati saya berkata “kalau jalan di Demak bisa baik, kenapa di Purwodadi tidak bisa yaaa..?”
Rasanya “mangkel” luar biasa jika harus melewati jalan yang rusak. Bergelombang, berlubang, tak henti-hentinya. Saya bukannya orang yang tidak pernah melewati jalan rusak selama di Jakarta atau di kota lainnya. Tapi jalanan di Grobogan ini benar-benar luar biasa. Mungkin bisa diberikan piagam dari MURI atau Guinness Record, karena memecahkan jalan rusak terpanjang sekaligus jalan rusak terlama yang dibiarkan begitu saja, tanpa ada tanda-tanda perbaikan.
Parahnya, rasa mangkel yang memuncak tadi, makin disempurnakan oleh banyaknya remaja dari wilayah tersebut yang memanfaatkan keadaan jalan yang rusak tadi. Sedikitnya kami dihentikan sebanyak 12 kali oleh para remaja tadi untuk mengisi kaleng “sumbangan” dengan alasan biaya perbaikan jalan. “wah… baru tahu kalau biaya perbaikan jalan tidak diambil dari APBD tapi dari sumbangan para pengguna jalan, disamping itu pemungutnya pun bisa dilakukan oleh siapa saja….” ucapku pada rekan yang masih ngedumel sambil menyetir.
Awalnya saya fikir hal ini hanya terjadi di Grobogan. Tapi ternyata di Blora pun tidak jauh berbeda, hanya saja jumlah titik dimana kami harus berhenti mengisi kaleng “sumbangan” hanya sebanyak 4 kali.
Celakanya, ketika saya harus meninggalkan Blora menuju Purbalingga, kejadian yang sama pun terjadi di kota ini.
Saya melihat kegiatan ini menjadi tren. Kemana para petugas yang seharusnya bertugas ? Membiarkan preman ataupun karang taruna ataupun organisasi remaja lainnya melakukan tugas ini tentu saja dapat merusak citra sebuah daerah. Apalagi jika mereka memasang muka marah jika anda tidak membuka kaca. Bahkan pada beberapa titik, mereka tidak akan memberi jalan jika anda tidak mengisi kaleng.
Rasanya….perlahan tapi pasti. Para pemimpin di daerah membiarkan bibit-bibit premanisme bertumbuh. Dan yang pasti para sopir truk/bus harus merogoh kocek lebih dalam untuk dapat melintasi setiap daerah.
Mungkinkah hal ini bisa di berantas atau malah semakin menyebar di setiap kota…??
--
--
UEFA Dituding Anti-Final Sesama Klub Inggris
Skors Setahun Mengancam The Blues
“It’s a f****** disgrace.” Kenapa kata-kata kasar itu menyembur dari mulut Didier Drogba seusai semifinal Liga Champion pekan lalu?
Ucapan striker asal Pantai Gading yang terekam jelas kamera televisi itu pun meletupkan tudingan serius pada UEFA, yang dianggap berkonspirasi agar tidak lagi terjadi final di antara sesama klub Inggris di Liga Champion.
Isu skandal pengaturan skor 1-1 di Stamford Bridge pada pekan lalu itu mencuat setelah wasit Tom Henning Ovrebo mengabaikan fakta bahwa tendangan Michael Ballack di menit keempat injury time mengenai tangan striker Barcelona, Samuel Eto’o.
“Eto’o mengangkat lengannya untuk menghalangi bola. Itu seharusnya dihitung sebagai sebuah handball,” tutur pelatih Chelsea, Guus Hiddink, pada Soccernet.
Secara keseluruhan, Hiddink menilai Ovrebo melakukan tiga kesalahan besar. Pada babak pertama, Florent Malouda ditarik bek kanan Daniel Alves dalam kotak 16 meter dan wasit asal Norwegia itu sebenarnya amat dekat dengan tempat kejadian tapi hanya memberi hukuman tendangan bebas.
Pengabaian pelanggaran yang paling mencolok menurut kubu Chelsea adalah ketika tendangan Nicolas Anelka mengenai tangan Gerard Pique, yang sedang bergerak melambai di samping tubuh. Semua itu membuat kenyataan bahwa Barca juga dirugikan karena seharusnya Eric Abidal, tidak terkena kartu merah, menjadi terlupakan.
Abidal di menit ke-66, saat kedudukan masih 1-0 untuk Chelsea, diusir Ovrebo karena sebagai orang terakhir di pertahanan Barca dirinya dianggap menekel Anelka dari belakang. Padahal, tayang ulang memperlihatkan bek asal Prancis itu hanya bersilangan kaki tanpa sengaja dengan Anelka.
Well, mayoritas pers Inggris ternyata cukup cerdik menyikapi fakta sang pengadil berlaku tak adil pada kedua pihak. Sejak awal, mereka sebut seharusnya UEFA tidak menunjuk Ovrebo sebagai wasit karena kesalahan yang dilakukannya di Euro 2008.
Bantahan Platini
Wasit yang sehari-harinya bekerja sebagai psikolog itu memang mengakui dirinya bersalah ketika menganulir gol Luca Toni ke gawang Rumania (1-1) meski striker Italia itu tidak berdiri off-side. Setelah itu, ia pun tak lagi ditugasi UEFA pada sisa Euro 2008.
So, bau konspirasi pun kini menguat lagi karena kesengajaan UEFA memilih wasit bermasalah untuk memimpin sebuah laga penting di semifinal Liga Champion. Guna meredam tudingan ini. Minggu lalu Michel Platini pun angkat bicara.
“Bila memang Chesea dan Manchester United kembali bertemu di final, saya tentunya akan senang karena saya menghormati hasil dari sebuah kompetisi yang fair,” katanya pada UK Press.
“Keseimbangan di sepak bola Eropa selalu berubah, enam tahun lalu dua klub Italia berhadapan pada final di Manchester dan dua klub Spanyol bertemu di final 2000. Itu tidak jelek,” tambahnya lagi.
Asumsi tentang agenda tersembunyi UEFA di balik penunjukan Ovrebo sudah dibantah. Drogba dan para pemain Chelsea lainnya pun telah mengajukan pernyataan maaf lewat situs resmi The Blues. Tapi, semua belum selesai.
Sekjen UEFA, David Taylor, menyebut kubu Chelski telah mencederai program Respect untuk menghargai keputusan wasit, yang juga tengah dikampanyekan FA. Kini Taylor dkk. telah melakukan investigasi seputar pelecehan wasit yang diduga dilakukan empat pemain.
UEFA Tunda Keputusan
Drogba terus mengintimidasi Ovrebo dalam terowongan menuju kamar ganti, Michael Ballack juga mengecam keras sang wasit di lapangan ketika insiden handball Eto’o terjadi.
Sementara itu, Jose Bosingwa dalam wawancara seusai laga menyebut Ovrebo sebagai sebagai pencuri dan penerima suap. Protes yang tidak perlu setelah pertandingan selesai juga sempat dilakukan John Terry.
Selain terancam sanksi per pemain, kini Chelsea menurut Dailymail, sebuah koran Inggris, layak dilarang berkompetisi di level Eropa selama setahun. Opini ini keluar setelah didapat bocoran dari para insider UEFA.
Menurut mereka, Drogba setidaknya bakal dilarang tampil sebanyak enam pertandingan di Liga Champion 2009/10 atau hingga dua tahun dilarang tampil di level Eropa. Pastinya, Taylor mengatakan UEFA tidak akan terburu-buru mengeluarkan keputusan.
Pekan ini dianggapnya terlalu dini untuk menyimpulkan banyak data berupa rekaman pertandingan, laporan wasit, dan keterangan sejumlah saksi. Ia pun menyebut tidak akan mengumumkan hasil evaluasi internalnya terhadap kinerja Ovrebo. (Darojatun)
--
Jersey Final
Spesial untuk 25
Angka 25 biasanya identik dengan seperempat abad dalam perhitungan kalender tahun. Acap juga dikonotasikan sebagai petunjuk tahun bagi pasangan suami-istri yang telah terikat dalam sebuah pernikahan perak. Namun, bagi Athletic Bilbao dan Barcelona, yang akan bentrok di final Copa del Rey, Rabu (13/5), sepasang digit ini punya makna lebih spesial.
Seperti memang tertakdir untuk bersua di partai puncak yang akan mentas di Mestalla, baik Barca maupun Bilbao bakal berupaya merebut trofi ke-25 mereka. Saat ini, keduanya sama-sama telah mengoleksi 24 gelar el campeon.
So, wajar manajemen kedua kubu mencetuskan ide khusus guna menyambut momen krusial ini. Sebagai penunjang aura nostalgia jersey khusus final pun dicetak. Blaugrana menambahkan bordiran bendera Catalonia tepat di tengah kaus, di antara logo merek Nike dan emblem klub. Di bawahnya tertulis Bilbao sebagai lawan serta tanggal dan tempat laga berlangsung.
Bilbao, yang kebetulan merebut gelar Copa terakhir tepat 25 tahun silam, juga menambah badge khusus di lengan kiri bergambar bintang penanda jumlah trofi yang telah dikoleksi. Selain itu, model jersey pun disamakan dengan seragam pasukan Bilbao yang meraih gelar perdana pada tahun 1902. (shr)
Titik Balik Eidur
Jika dihitung secara matematis, Barcelona masih akan memainkan lima partai seluruh kompetisi sebelum menutup musim 2008/09. Tiga jornada Primera Division La Liga, final Liga Champion, serta partai puncak Copa del Rey. Dalam sisa lima partai ini, masa depan Eidur Gudjohnsen bersandar.
Penyerang Islandia tersebut telah mengungkapkan rasa tidak puas atas minimnya jam terbang yang ia dapatkan di musim ini. Bahkan secara terang-terangan ia menyebut bahwa kelolosan Barca ke final LC terasa agak hambar karena status ngambang soal kelangsungan karier.
“Saya bisa membayangkan bahwa musim ini akan menjadi musim terakhir saya di Barcelona,” kata Eidur pada AFP. “Saya masih sulit memercayai perubahan status (di tim) secara mendadak ini. Di awal musim segalanya tampak baik, tapi belakangan berubah drastis.”
Absennya Thierry Henry akibat cedera akan membuka pintu otomatis bagi Eidur. Paling tidak untuk di Copa. Tapi, jika Pep Guardiola tak juga memberinya kesempatan merumput, bukan mustahil Eidur akan hengkang. Apalagi berita soal pembelian Franck Ribery, yang bakal menyertakan Eidur dalam paket, semakin santer. (shr)
--
Valencia vs Madrid 3-0
Tusukan Si Anak Terbuang
Harapan Real Madrid, klub raksasa Spanyol, untuk terus berada dalam jalur perlombaan menuju singgasana La Liga dijegal pria berusia 21 tahun yang selama empat tahun menimba ilmu di sekolah sepak bola El Real.
Salahkah Juan Manuel Mata menggagalkan mimpi Real Madrid menjaga peluang menjuarai Primera Division 2008/09 sekaligus mencatatkan tahun ketiga bertahta secara berurut? Hasil seri, apalagi kalah di Mestalla, yang diikuti kemenangan Barcelona atas Villarreal di Camp Nou pada jornada 35, menutup pintu kesempatan itu.
Sial bagi Madrid. Orang pertama yang membobol gawang Iker Casillas Sabtu kemarin adalah mantan anak didik mereka yang memilih hijrah ke Valencia. Pada usia 19 tahun, tepatnya Maret 2007, Mata memang menerima pinangan Valencia karena menilai tak ada keseriusan Madrid memanfaatkan talentanya. Terlalu banyak contoh penyia-nyiaan El Real terhadap jebolan Real Madrid Castilla.
Turun dengan formasi 4-2-3-1, Valencia meluluhlantakkan permainan Madrid. Pergerakan trio Juan Mata, David Silva, dan Joaquin Sanchez di belakang striker David Villa sulit diredam tim tamu. Kualitas duet Fernando Gago dan Javi Garcia di pusat permainan Madrid malam itu tak seimbang dengan gairah besar kubu Valencia memburu tiket otomatis ke Liga Champion.
Di menit 29, umpan pendek Villa di dalam kotak penalti dimanfaatkan Mata dengan baik. Setelah pergerakannya berhasil menipu Fabio Cannavaro, Iker Casillas pun tak kuasa membendung tendangan keras kaki kiri left winger tersebut.
Tiga menit kemudian (32'), David Silva berhasil menembus kotak penalti Madrid dari sisi kanan wilayah lawan. Kembali kaki kiri pemain Valencia yang menjebol gawang Casillas. Sebuah organisasi pertahahan buruk yang belakangan diakui pelatih Juande Ramos.
Di babak II, umpan lambung pemain pengganti El Che, Pablo Hernandez, dari kiri pertahanan Madrid dengan leluasa dihantam Ruben Baraja, yang tanpa terkawal di sisi luar kotak penalti (68'). Lag-lagi kaki kiri jugador Valencia membuat Casillas terluka.
Walau masih punya striker Klas-Jan Huntelaar di bangku cadangan, pelatih Ramos hanya memainkan dua pergantian pemain dalam 83 menit. Sebuah hasil yang kemudian membuatnya mengucap kata, "Semakin mustahil mengejar Barcelona!"
Hari itu, Sabtu (9/5), sehari sebelum Barcelona ternyata gagal menekuk Villarreal di Camp Nou (3-3). Delapan poin yang membedakan kedua tim dengan tiga laga sisa memang sulit bagi Ramos untuk berkata, "Kita pasti bisa!"
"Ketika skor masih 0-0 di 20 menit pertama, kami ingin memimpin lebih dahulu, tapi Valencia bermain lebih baik daripada kami. Mereka pantas menang," ujar Ramos pada Marca.
Ramos menyebut cedera pemain, terutama di lini tengah, membuatnya sulit menampilkan kekuatan terbaik Madrid di Mestalla. Flu yang menimpa Lass Diarra tak kunjung hilang dan membuatnya menemani Guti dan Wesley Sneijder sebagai pemain lini tengah yang sakit.
Bila Ramos mencoba menerima hasil dengan tenang, Direktur Sport Madrid, Predrag Mijatovic, tak kuasa menahan kejengkelan. "Kekalahan pekan lalu masih menyakitkan. Malam ini, kami memulai pertandingan seolah dengan tertidur. Tak mungkin menang melawan tim yang tampil baik seperti Valencia," ucap mantan striker Madrid itu menyinggung kekalahan 2-6 dari Barcelona di Santiago Bernabeu.
Catatan kebobolan 13 kali dalam empat laga terakhir tentu bukan situasi positif bagi Madrid. Padahal, entrenador Ramos sempat dipuji berhasil membangun organisasi pertahanan Madrid sejak datang pertengahan Desember 2008.
Konsistensi menggempur pertahanan Madrid, seperti diakui pelatih Valencia, Unai Emery, adalah kunci mencabut gelar penguasa La Liga milik Los Blancos dalam dua tahun terakhir. Algojo pertama yang melakukannya di jornada 35 adalah bekas anak didik sang raksasa ibu kota bernama Mata. (Weshley Hutagalung)
--
Jornada 35 La Liga
Torpedo Pengubur Fiesta
Tampil sehari setelah jadwal rival terdekat bisa menjadi kerugian sekaligus keuntungan buat sang pemimpin klasemen. Jika sang rival kalah, beban otomatis berkurang dan hasil positif seharusnya bisa dipetik. Skenario seperti ini dialami Barcelona tepat sehari usai kekalahan Real Madrid dari Valencia.
Dengan selisih tujuh poin atas Madrid sebelum kick-off, tambahan tiga angka saat menjamu Villarreal akan memastikan Barca menjuarai Primera Division La Liga 2008/09. Pep Guardiola pun bisa mengarahkan fokus ke final Copa del Rey dan partai puncak Liga Champion.
Laga krusial di Camp Nou yang berstatus sold out ini semula berjalan mulus. Meski harus tampil tanpa Thierry Henry akibat cedera engkel, keunggulan 3-1 berhasil diciptakan sebelum jeda. Gol pembuka diciptakan Seydou Keita, kemudian sempat disamakan Joseba Llorente, lalu disusul sepasang gol Samuel Eto’o dan Dani Alves.
Lantunan lagu campeone… campeone… ole… ole… ole…, pun tak henti-hentinya berkumandang. Kibaran bendera Catalonia dan lambaian syal Barca seperti tinggal menunggu peluit akhir untuk dilemparkan ke udara sambil menggelar fiesta.
Apa daya, El Sumbarino Amarillo punya rencana lain. Pasukan Manuel Pellegrini ternyata membawa cadangan torpedo guna diluncurkan saat Barca mulai lengah. Bencana itu pun datang di 15 menit terakhir. Semuanya diawali kartu merah yang diberikan wasit Teixeira Vitienes kepada Eric Abidal.
Bek kiri asal Prancis itu mengganjal Nihat Kahveci di kotak terlarang. Nihat dianggap sebagai orang terakhir sehingga Teixeira pun tak punya alasan selain mengeluarkan Abidal dan menunjuk titik putih. Mati Fernandez melakukan eksekusi secara dingin dan memperkecil skor jadi 3-2.
Seperti ketika melawan Chelsea di 2nd leg semifinal Liga Champion, di mana Abidal juga mendapat tarjeta roja, aliran serangan Barca tak mengendur. Peluang demi peluang terus diperoleh Lionel Messi dkk. Sialnya, saat keasyikan menyerang, Villarreal mendapat satu counter attack.
Llorente, yang mendapat umpan matang dari Cani, mengontrol bola dengan sempurna meski dikawal ketat oleh Carles Puyol dan Gerard Pique. Dengan sekali melakukan gerakan tipuan, Puyol meninggalkan ruang terbuka. Tembakan Llorente pun bersarang tepat di sudut kanan gawang Victor Valdes.
“Sangat disayangkan bahwa kami gagal melakukan selebrasi titel juara bersama-sama pendukung yang memadati stadion Camp Nou malam ini,” begitu kata Guardiola seusai laga, seperti dikutip Marca. “Kami merasakan hal ini (mencetak gol di menit-menit akhir) di Stamford Bridge berkat Iniesta. Kini giliran Llorente.”
Dengan tiga laga tersisa dan keunggulan delapan poin atas Madrid, secara matematis Barca hanya butuh tambahan satu poin untuk menggelar fiesta sungguhan. Akankah itu terjadi pada pekan depan saat Barca bertamu ke Mallorca dan ketika Madrid ganti melawat ke Villarreal? (Sapto Haryo Rajasa)
Atletico vs Espanyol 3-2
Membalikkan Skenario Terburuk
Usaha Atletico Madrid merebut tempat keempat dari Valencia harus ditunda. Kendati demikian, di saat semua elemen yang menjadi skenario terburuk bagi Atelti terjadi, tim besutan Abel Resino ini tetap mengambil poin penuh saat menjamu Espanyol, Minggu (10/5).
Skenario pertama adalah kemenangan Valencia atas Real Madrid 24 jam sebelum Atleti merumput di Vicente Calderon. Dengan hasil 3-0 itu, Valencia kukuh berada di peringkat empat. Padahal, pertengahan pekan lalu, Enrique Cerezo, Presiden Atleti, yakin El Che akan terselip sehingga timnya siap menerkam slot terakhir Liga Champion itu.
Kedua adalah kegemilangan Villarreal menahan Barcelona 3-3 di Camp Nou dan kemenangan Deportivo 2-1 di Recreativo beberapa jam sebelum Atleti berlaga. Hasil ini berarti Rojiblancos harus mendulang nilai penuh saat menjamu Espanyol hanya untuk bertahan di peringkat lima.
Nah, semua faktor di atas tampak membebani mental anak-anak Rojiblancos di awal laga. Terbukti Atleti seperti menembak kaki sendiri kala Luis Perea dikartumerahkan wasit Mateu Lahoz akibat bertengkar dengan pemain Espanyol pada menit ke-30. Perubahan skema dengan memasukkan Pablo Hernandez untuk Maxi Rodriguez tak banyak membantu.
Tak sampai sepuluh menit berselang, Blanquiblaus memimpin lewat penalti Nene setelah Ivan Alonso dijatuhkan Mariano Pernia di kotak terlarang. Daniel Jarque memperbesar kedudukan dua menit kemudian. Tamu unggul 2-0.
Beruntung di babak kedua Atleti bangkit. Diego Forlan mencetak gol hasil tendangan kencang dari luar kotak penalti (53’) sebelum tandemnya, Sergio Aguero, menyamakan kedudukan (60’). Forlan akhirnya membenamkan tim asuhan Mauricio Pochettino itu dengan gol di detik-detik akhir laga, 3-2. Dengan dua gol tersebut, pemain asal Uruguay ini mencetak 16 gol sejak pergantian tahun, terbaik di La Liga.
Ya, itulah Atleti. Skenario terburuk dapat mereka ubah menjadi fairy tale, kisah indah, dalam 45 menit. Akankah cerita ini berakhir dengan para pangeran Calderon menembus zona Liga Champion? (frzi)
--
United States West Coast Tour 2009
Tabungan Lima Tahun
Di saat raksasa Premier League macam Manchester United dan Liverpool menjadikan Benua Asia sebagai destinasi pengeruk uang di musim panas nanti, Barcelona justru kembali merapat ke wilayah Amerika. Inilah lawatan keempat Barca ke Negeri Paman Sam sejak pergantian milenium ketiga.
Kunjungan perdana The Catalans adalah pada 2003, tatkala sebuah perusahaan bernama Championsworldseries menjadikan Barca sebagai salah satu klub tamu, bersama-sama Man. United, Glasgow Celtic, dan Juventus. Seiring kebangkrutan CWS, tur borongan model ini pun lenyap ditelan bumi.
Manajemen Camp Nou di bawah pimpinan Joan Laporta kemudian mengubah visi. Ruang lingkup lawan yang dihadapi dalam tur pramusim benar-benar mewakili publik setempat. Pada 2006 dan 2008, MLS sebagai mesin kompetisi sepak bola AS pun digandeng.
Tipe tur seperti ini terbukti mampu menyedot atensi pasar potensial jauh lebih signifikan. Ini terlihat nyata ketika pada 2006 Barca sukses membuat penuh stadion Memorial Coliseum di Los Angeles, Reliant Stadium di Houston, dan Giants Stadium di New York, yang notabene berkapasitas di atas 80.000 bangku. Rataan 80.734 pun menjadi rekor jumlah penonton abadi untuk cabang sepak bola di AS.
Dua tahun berikutnya, Soldier Field dan Giants Stadium kembali dibuat penuh sesak. Nah, untuk tur medio Agustus mendatang, dua stadion di wilayah timur AS ini dipastikan tak bakal bergemuruh. Carles Puyol dkk. membatasi eksibisi cuma ke pantai barat.
Sejauh ini, baru dua klub MLS yang “ditunjuk”. Mereka adalah Los Angeles Galaxy dan Seattle Sounders. Klubnya David Beckham bakal menjajal kelihaian olah bola Lionel Messi di Rose Bowl Pasadena (1 Agustus), sedangkan klub anyar liga profesional AS itu akan menjadi host di Qwest Field (5 Agustus).
Lawan ketiga Barca, yang rencananya akan bertolak pada 29 Juli dan pulang pada 9 Agustus, masih menunggu konfirmasi. Sementara itu, bagi Sounders sendiri, uji coba kontra Barca hanya berselang dua pekan dari laga persahabatan melawan Chelsea, juga di Qwest Field.
Para pemain Barca yang gemar melayangkan protes dengan alasan tak bisa cukup beristirahat tampaknya harus gigit jari. Mengapa? Ekspansi bisnis bertajuk tur pramusim ini bakal berlangsung dalam lima tahun ke depan, sesuai kontrak yang diteken Laporta di New York, Mei 2008. (Sapto Haryo Rajasa)
Kamis, 14 Mei 2009
Male Hair loss: Baldness
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar