Suami Yang Mengasihi Isteri Bagai Kristus Mengasihi Jemaat“Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.
Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.” Efesus 5:25,28
Tuhan begitu mengasihi umatNya sehingga Bapa mengirimkan AnakNya yang tunggal yaitu Kristus untuk menebus dosa setiap umatNya (Yohanes 3:16). Kasih Kristus atas jemaatNya tidak ada batasnya. Dia menjadi penolong dan penghibur, memberikan kekuatan, sukacita, kesembuhan, kelepasan dan kemenangan bagi umatNya. Dia rela mati di atas kayu salib demi kita semuanya.
Sikap seperti itulah yang harus dimiliki seorang suami terhadap isterinya. Sama seperti Kristus yang memandang umatNya sebagai tubuhNya, demikian juga suami memandang isteri sebagai tubuhnya. Isteri merupakan bagian yang tak terlepaskan dari suami. Isteri merupakan bagian kehidupan dari suami. Tanpa isteri maka suami tidak dapat berjalan, karena itu berarti suami berjalan tanpa tubuhnya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Renungan ini merupakan renungan pilihan dari ‘Pelita Hidup Membership’. jika Anda rindu menerima renungan seperti ini setiap hari, silahkan klik disini untuk lihat info detailnya.
Suami harus menjadi penolong dan penghibur bagi isterinya. Suami harus memberikan kekuatan, dorongan, motivasi dan support bagi isterinya. Suami tidak boleh memandang rendah isterinya. Suami harus membuat isterinya merasa memiliki hidup yang berharga di mata Tuhan.
“Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” 1 Petrus 3:7
Tuhan telah menempatkan isteri sebagai teman pewaris tahta, bukan sebagai pembantu atau bahkan orang yang tak dianggap sama sekali. Segala kekurangan yang dimiliki oleh isteri tidak boleh dijadikan alasan bagi suami untuk memandang rendah isterinya, karena Tuhan telah menempatkannya sebagai pasangan hidup kita. Sikap yang meremehkan isteri akan membuat segala doa kita terhalang di hadapan Tuhan. Jika ingin agar Tuhan mendengarkan doa-doa dari seorang suami, maka dia harus belajar untuk menghargai isterinya sesuai dengan Firman Tuhan.
“Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.” Efesus 5:29
*courtesy of PelitaHidup.com
Dengan alasan apapun, suami tidak boleh membenci isterinya, karena dengan demikian maka dia membenci tubuhnya sendiri. Hal ini bertentangan dengan sikap Kristus yang senantiasa mengasuh dan merawat tubuhNya yaitu jemaatNya. Suami harus benar-benar memperhatikan isterinya dan memberi perhatian lebih terhadap bagian yang lemah. Tidak ada manusia yang mau menyakiti tubuhnya sendiri, demikian juga seharusnya seorang suami tidak boleh menyakiti isterinya baik secara perasaan, maupun secara fisik.
Perhatikan kata-kata yang keluar dari mulut, karena jika tidak hati-hati maka kata-kata tersebut dapat melukai hati sang isteri. Perempuan sangat peka pada pendengarannya. Berilah pujian atas isterimu. Berilah penghargaan bagi isterimu. Katakan dan ungkapkan rasa sayang kepada isteri, sehingga dia benar-benar mengetahui bahwa suaminya mengasihi dia. Ungkapan kasih sayang memang harus ditunjukkan melalui perbuatan, tetapi juga harus dinyatakan melalui kata-kata. Kedua ungkapan baik melalui perbuatan dan kata-kata sangat penting demi keharmonisan rumah tangga. Komunikasi harus dibangun dengan sebaik mungkin agar tidak ada rasa curiga di antara pasangan suami isteri.
*courtesy of PelitaHidup.com
Suami harus belajar mendengar apa yang menjadi keluhan, ungkapan perasaan, bahkan juga nasehat dari isterinya. Ketika suami mau belajar mendengar kepada isterinya, akan ada suatu perubahan yang luar biasa terjadi dalam rumah tangga tersebut. Berkat Tuhan akan tercurah dengan luar biasa dalam rumah tangga dan keluarga.
Menjadi seorang suami tidak boleh mementingkan diri sendiri, tanpa memperhatikan kepentingan isterinya. Dengan mengasihi isteri sebagaimana mengasihi tubuhnya sendiri berarti bahwa segala hal yang menyangkut kepentingan isteri juga harus menjadi perhatian bagi suami. Ini bukan berarti isteri dapat menuntut apapun yang menjadi keinginannya. Tetapi tentunya semua harus berjalan sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.
Ketika suami dan isteri memahami tugas dan tanggung jawabnya masing-masing di hadapan Tuhan, maka mereka akan memiliki rumah tangga yang kuat. Rumah tangga yang kuat akan membentuk keluarga yang kuat. Keluarga yang kuat akan menjadi pondasi yang kuat bagi gereja. Sehingga pada akhirnya gereja-gereja yang ada di muka bumi ini akan memberikan dampak yang luar biasa bagi bangsa-bangsa, nama Tuhan dimuliakan di atas muka bumi ini.
Doa:
Tuhan mampukan para suami agar dapat lebih lagi menghargai dan mengasihi isterinya sebagaimana mereka mengasihi dirinya sendiri. Mampukan para suami untuk dapat menjadikan isterinya merasa memiliki hidup yang sangat berarti dan berharga baik di hadapan Tuhan maupun bagi banyak orang. Biarlah kehidupan rumah tangga dari setiap pasangan yang ada menjadi harmonis dan kuat di dalam Tuhan.
Langkah iman:
* Mulailah untuk mengasihi dan memperhatikan isterimu.
* Jangan melakukan kekerasan baik secara kata-kata ataupun secara fisik terhadap isterimu.
* Beri telinga atas setiap ungkapan maupun keluhan isterimu. Hargai setiap pendapat maupun nasehatnya.
* Beri perhatian atas segala kebutuhannya untuk dihargai dan dilindungi.
* Beri pujian dan ungkapkan rasa kasih sayang melalui kata-kata dan perbuatan.
--
“Jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.” Amsal 2:4-5
Manusia menyibukkan dirinya dengan berbagai macam pekerjaan yang bisa mereka kerjakan, demi mencapai tujuan ataupun mimpi mereka masing-masing. Ada yang ingin meraih kesuksesan, kekayaan, status, karir, kenyamanan, taraf hidup yang lebih baik dan masih banyak lagi cita-cita yang ingin diraih. Hasil yang akan diperoleh sangat ditentukan oleh usaha dan kerja keras yang dilakukan. Semakin giat dan tekun melakukan suatu pekerjaan atau usaha, maka semakin dekat kesuksesan atau cita-cita yang diimpikan. Dan Tuhan tidak akan pernah berhutang bagi setiap umatNya yang benar-benar tekun melakukan pekerjaan mereka.
Tetapi satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah hal rohani. Kegiatan jasmani dan rohani harus kita kerjakan secara seimbang. Ketika kita cenderung lebih berat ke salah satunya, maka keseimbangan hidup kita akan mulai terganggu.
*courtesy of PelitaHidup.com
Semangat untuk mencari harta kekayaan maupun kesuksesan di dunia ini juga harus kita gunakan untuk mencari harta terpendam yang jauh lebih berharga nilainya dibanding dengan harta duniawi. Kalau kita bisa sukses mendapatkan harta yang tersedia di dunia ini, maka sudah seharusnyalah kita juga sukses di dalam mencari harta rohani yang sangat berharga.
“Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” 2 Kor 4:18
Harta rohani ini adalah pengertian tentang takut akan Tuhan dan hikmat dari Tuhan untuk mengenal Allah lebih intim lagi, termasuk di dalamnya sukacita, kelepasan, kemenangan, damai sejahtera, kekuatan, penghiburan dan kasih yang berlimpah-limpah. Dan ketika kita memilikinya, maka kita mempunyai pegangan hidup yang kuat, yang akan menuntun kita menjalani setiap langkah kehidupan kita hari demi hari, meraih kemenangan dalam setiap langkah hidup kita.
“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Ams 1:7
.
Apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan harta rohani yang terpendam, yang sangat berharga ini?
1. Cari Setiap Hari
Ketika kita bekerja untuk mencari uang, kita bekerja setiap hari. Ada yang bekerja 5 hari dalam 1 minggu, ada yang 6 hari dalam 1 minggu, bahkan ada yang bekerja 7 hari dalam 1 minggu. Satu hari saja kita tidak bekerja, maka itu akan mengurangi pendapatan atau gaji yang akan kita peroleh pada akhirnya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Demikian juga dengan kegiatan rohani, mencari Tuhan harus kita lakukan setiap hari. Ketika kita melewatkan satu hari saja, maka kita akan kehilangan momen yang sangat berharga yang akan menentukan hasil yang akan kita peroleh. Keintiman dengan Tuhan harus dibangun secara kontinyu. Hari-hari yang kita lewati dengan membangun persekutuan dengan Tuhan akan membuat kehidupan rohani kita semakin bertumbuh di dalamNya. Kita akan semakin kuat dalam menghadapi berbagai macam masalah dan pencobaan.
Setiap hari sangat berharga. Dan hari demi hari yang kita lalui dengan mencari Tuhan akan memberikan harta rohani yang sangat berharga bagi kehidupan kita. Harta rohani ini jauh lebih berharga dibanding dengan harta jasmani yang kita cari dalam kehidupan di dunia ini.
*courtesy of PelitaHidup.com
.
2. Disiplin
Kedisiplinan sangat mutlak dibutuhkan bagi kesuksesan pekerjaan, karir, usaha/bisnis, maupun bagi segala kegiatan yang kita lakukan. Orang-orang yang tidak disiplin atau lalai dalam melakukan pekerjaannya tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal (2 Tes 3:7-8).
*courtesy of PelitaHidup.com
Hal ini berlaku juga ketika kita mencari Tuhan dan membangun persekutuan yang intim denganNya. Orang-orang yang disiplin dalam mencari Tuhan akan mendapatkan berkat yang jauh lebih besar dibandingkan mereka yang lalai melakukannya. Bangun kedisiplinan dalam mencari wajah Tuhan. Tetapkan suatu waktu dalam satu hari dimana kita bisa mencari wajahNya tanpa terganggu kegiatan lain. Setia pada waktu yang telah kita tetapkan tersebut dan jalankan dengan penuh kedisiplinan. Waktu yang paling ideal adalah di pagi hari dimana pikiran kita belum dipenuhi oleh berbagai macam kesibukan dan masalah. Tetapi semua terpulang bagi kita sendiri yang menjalaninya.
.
3. Tekun
Semangat yang berapi-api sangat bagus dalam suatu pekerjaan. Tetapi jika semangat itu hanya dilakukan pada awalnya saja, maka hal itu akan menjadi sia-sia. Ketekunan jauh lebih penting untuk mencapai suatu kesuksesan. Harta kekayaan dan kesuksesan tidak akan dapat diperoleh hanya dalam waktu singkat. Semuanya butuh waktu dan perjuangan. Inilah alasannya mengapa ketekunan itu sangat dibutuhkan. Rasa kejenuhan harus dapat dikalahkan dengan keyakinan bahwa jika kita senantias tekun bekerja, maka kita akan memperoleh apa yang kita cita-citakan.
Harta rohani yang terpendam juga harus dicari dengan ketekunan. Banyak orang yang berhenti di tengah jalan ketika mereka tidak mendapatkan apa yang mereka cari. Mereka berpikir dengan melayani pekerjaan Tuhan di gereja akan segera mengubah hidup mereka. Atau ada juga yang berpikir bahwa ketika mulai rajin baca Firman Tuhan maka berkat Tuhan akan segera mengalir.
Tuhan kita bukanlah Tuhan yang instan. Tuhan akan memproses setiap hidup kita sehingga hidup kita menjadi sempurna adanya. Dan waktu Tuhan adalah waktu yang paling indah bagi kita (Pkh 3:11).
Ketekunan merupakan suatu proses yang sangat panjang. Ketekunan berarti bahwa kita akan terus bertahan dan setia melakukan sesuatu ketika keadaan tidak berubah menjadi yang kita harapkan. Bahkan ketika keadaan berubah menjadi semakin buruk dan pekerjaan menjadi semakin berat, kita tetap melakukan pekerjaan tersebut (Yak 1:2-4).
“Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. ” Ibr 10:36
.
.
Mencari harta rohani yang terpendam bukanlah suatu hal yang rumit dan jauh dari kemampuan kita. Dan harta yang terpendam tersebut bukan hanya diperuntukkan bagi hamba Tuhan tertentu, pendeta tertentu atau pelayan Tuhan tertentu saja. Tuhan menyediakannya bagi setiap umat percaya dari berbagai macam latar belakang, status sosial, pekerjaan dan lain-lain. Tidak ada batasan bagi siapapun yang mau datang kepadaNya dan mencari wajahNya. Semua orang mendapat hak yang sama untuk datang kepadaNya dan memperoleh berkat rohani yang berharga yang sudah tersedia.
“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.” Ef 1:3
--
Memperoleh Kepercayaan Yang Lebih Besar Melalui Pengembangan Kapasitas Diri
*
*
*
*
memperoleh-kepercayaan-yang-lebih-besar-melalui-pengembangan-kapasitas-diri“Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. ” Mat 25:20-21
Banyak dari kita yang sudah mengetahui kisah mengenai perumpamaan talenta ini. Ada 3 orang hamba yang dipercayakan harta oleh tuannya. Hamba pertama diberi 5 talenta, yang kedua diberi 2 talenta dan yang ketiga diberi 1 talenta, sesuai dengan kesanggupan/kemampuan mereka masing-masing (Mat 25:15). Ketika hamba pertama dan kedua mengelola dan mengembangkan talenta yang dipercayakan kepada mereka, mereka memperoleh keuntungan darinya. Sehingga ketika tuannya datang menanyakan hasilnya, mereka bisa mempertanggungjawabkannya dan mereka memperoleh kepercayaan yang lebih besar.
Tidak demikian dengan hamba yang ketiga, dia tidak mampu mengembangkan talenta yang dipercayakan kepadanya, walaupun itu dalam jumlah yang kecil. Sehingga ketika tuannya datang, apa yang dimiliki oleh hamba itu malah diambil darinya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Kapasitas atau kemampuan seseorang akan sangat berpengaruh kepada apa yang akan dipercayakan kepadanya. Sebagai contoh sederhana, tidak mungkin seorang anak SD diberi kepercayaan untuk mengendarai sebuah mobil. Anak tersebut harus mempunyai umur yang cukup dan mengikuti ujian mengemudi terlebih dahulu agar bisa dipercaya untuk mengendarai sebuah mobil. Dan tentunya itu semua membutuhkan proses dan waktu. Hal ini berlaku dalam setiap aspek kehidupan umat percaya, baik dalam keluarga, studi, pekerjaan, keuangan, karir, bisnis, pelayanan dan lainnya.
Oleh karena itu, apa yang harus dilakukan agar bisa mengembangkan kapasitas diri hingga memperoleh kepercayaan yang lebih besar lagi?
1. Bertindak Dengan Iman
“Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.” Mat 25:16-17
Langkah iman sangat diperlukan agar kapasitas diri kita bisa berkembang. Hanya dengan bertindak maka kita bisa mempelajari sesuatu yang baru. Ketakutan akan kegagalan merupakan cara iblis untuk menghalangi diri kita untuk menuju kepada keberhasilan. Sama dengan hamba yang ketiga yang hanya menyembunyikan talentanya dan menganggap tuannya jahat. Pikiran negatif tidak akan membantu kita untuk dapat mulai bertindak melakukan pekerjaan kita.
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan (Ibr 11:1), dan tentunya kita mengharapkan hal yang positif terjadi dalam kehidupan kita. Bertindak dengan iman adalah melangkah maju dengan pikiran positif, yakin bahwa Tuhan pasti menyertai langkah kita. Singkirkan segala pikiran negatif, ketakutan, kekuatiran dan segalanya yang menjadi penyebab kita tidak bisa melangkah.
.
2. Setia Dalam Perkara Kecil
“…engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar…” Mat 25:21
Setiap hal yang besar akan datang dari hal yang kecil. Ketika kita setia dalam perkara yang kecil, yang mungkin tidak berarti di mata manusia, maka kita sedang memperkuat kapasitas diri kita untuk dapat dipercaya mengemban tugas dan tanggung jawab yang lebih besar lagi.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tuhan sudah menyiapkan segala sesuatunya bagi kita. Yang jadi masalah adalah: apakah kita cukup setia dengan apa yang saat ini Tuhan percayakan kepada kita? Jangan anggap remeh dengan apa yang kita jalani saat ini. Jangan mengeluh atas apa yang terjadi kepada kita saat ini. Tetapi bersyukur dan jalanilah apa yang kita punya saat ini. Tuhan akan memberikan hal yang lebih besar lagi ketika Dia melihat bahwa kita benar-benar setia mengerjakan apa yang kita miliki saat ini. Segala sesuatu yang kita kerjakan berulang-ulang akan membuat diri kita mahir di dalamnya. Dan ketika kita mahir dalam perkara kecil, maka di saat itulah kita siap untuk perkara yang lebih besar lagi.
.
3. Tunggu Waktu Tuhan
“Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.” Mat 25:19
*courtesy of PelitaHidup.com
Dari ayat di atas diceritakan tentang kedatangan sang tuan pemilik harta, untuk mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Si tuan datang untuk meminta pertanggungjawaban dari harta yang dipercayakan kepada hamba-hambanya. Dan upah, yaitu kepercayaan yang lebih besar lagi, diberikan oleh sang tuan kepada hamba yang mengerjakan tugasnya dengan setia.
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” Pkh 3:1
Pada waktunya Tuhan akan melihat apakah kita cukup setia melakukan apa yang telah dipercayakan kepada kita saat ini. Kita tidak pernah tahu kapan waktunya Tuhan. Tetapi ketika waktu Tuhan terjadi dalam hidup kita, maka Dia akan memberikan kepercayaan yang lebih besar lagi bagi kita.
*courtesy of PelitaHidup.com
Nantikan uluran tangan Tuhan. Jangan menyerah dengan keadaan kita saat ini karena Tuhan sedang melihat apakah kita cukup sabar menanti waktuNya. Kesabaran akan membuat kapasitas diri kita meningkat.
“Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” Ams 16:32
Promosi bukanlah hasil kerja keras kita semata, tetapi datang dari Tuhan. Ketika Dia melihat bahwa kita cukup dipercaya, maka kita akan diberikan tanggung jawab yang lebih besar lagi. Tidak akan ada yang dapat menghalangi ketika waktu Tuhan datang bagi kita.
.
Bertindaklah dengan iman, setia dalam perkara kecil dan tunggu waktunya Tuhan, maka kita sedang mengembangkan kapasitas diri kita untuk menerima kepercayaan yang lebih besar lagi dari Tuhan.
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” Luk 16:10
Rabu, 18 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar