Jumat, 06 Agustus 2010

PRIA SEJATI, EMPAT HAL YANG MEMBUKTIKAN




Merupakan hal biasa bila suami dan istri dalam sebuah keluarga memiliki penghasilan sendiri-sendiri. Keduanya bekerja untuk menafkahi keluarganya sehingga keduanya merasa memiliki andil dan kedudukan yang sama dalam keluarga. Larut dalam kesibukan, terkadang mereka lupa, siapa yang seharusnya menjadi pemimpin dalam sebuah keluarga.

Kealpaan seorang pemimpin dalam keluarga terkadang bisa menyebabkan pertengkaran atau saling melempar tanggung jawab. Begitu juga bila keduanya (suami-istri) merasa menjadi pemimpin, tidak jarang yang berakhir dengan perceraian. Keegoisan dan keyakinan diri dalam masalah ekonomi, membuat mereka berani melanggar janji pernikahan.

Pemimpin adalah seorang yang patut untuk diikuti dan dipatuhi. Pemimpin yang akan bertanggung jawab dan menuntun serta membuat keputusan dalam hidup ini. Seorang ayah atau pria dalam sebuah keluarga adalah pemimpin.

Walaupun dalam budaya beberapa daerah mengatakan lain, pria tetap dikodratkan untuk menjadi pemimpin.

Dalam melakukan hal ini, kaum pria dituntut harus tegas. Bukan kasar, tapi tegas. Kepemimpinan di dalam rumah tangga ada di tangan kaum pria yang memiliki sikap tegas sekaligus sikap lembut. Ada keseimbangan, karena itu adalah kunci dari kehidupan.

Begitu juga terhadap anak-anak, hadiah atau imbalan harus seimbang dengan hukuman, perhatian harus seimbang dengan pukulan, dan pujian atau penghargaan harus seimbang dengan teguran.

Mungkin ada yang mengatakan salah akan ketegasan ini. Ada pemikiran yang mengatakan kita harus tetap sabar atau bersikap halus, tetapi kadang kehalusan sikap malah seringkali membunuh kita. Sekali waktu, kita juga harus belajar untuk bisa menjadi tegas terhadap orang lain dan diri kita sendiri.

Kasih sayang, hawa nafsu, dan keinginan, semuanya harus diuraikan dalam konteks kedisiplinan, termasuk kasih. Atau kita mengasihi sesuatu yang kelak akan membunuh kita. Kedisiplinan membutuhkan ketegasan.

Di samping ketegasan, seorang pria juga harus mampu membuat keputusan.
Kalaupun keputusan tersebut salah atau cacat, akuilah dan jangan diulangi lagi. Belajarlah dari hal tersebut dan lakukan sesuatu dari pengalaman itu.
Menangisi sesuatu yang telah terjadi, hidup dengan rasa penyesalan, atau mengingat kesalahan masa lalu adalah tindakan salah.

Ketegasan, keputusan dan kepemimpinan adalah ciri seorang pria yang sejati.

Para wanita ingin suaminya menjadi pembuat keputusan. Tetapi, keputusan yang keluar dari seorang pemimpin, bukan dari seorang diktator. Ada perbedaan besar di antara kedua kata tersebut. Diktator membuat keputusan berdasarkan pilihan, atau kepuasan pribadi, tetapi pemimpin membuat keputusan berdasarkan pada apa yang terbaik bagi pengikutnya.

Di balik keputusan tersebut, ada tanggung jawab. Kaum pria memiliki tanggung jawab utama atas keputusan yang mereka perbuat.

Inti dari kedewasaan adalah menerima tanggung jawab yang demikian. Dan, kedewasaan adalah inti dari kesempurnaan Anda sebagai seorang pria sejati.

Pemikiran populer sekarang ini mengatakan bahwa kedewasaan datang dengan bertambahnya usia. Itu tidak benar. Anda bisa saja tua dalam usia, tetapi kedewasaan datangnya dari penerimaan tanggung jawab –dalam semua aspek kehidupan.

Menurut Louise Cole dalam bukunya "Kesempurnaan Seorang Pria", terdapat cukup banyak anak-anak di Amerika yang melarikan diri dari rumahnya.
Anak-anak tersebut, katanya, hanyalah meniru orang tuanya yang juga melarikan diri –yang paling sering adalah ayahnya. Di California, sedikitnya terdapat 400 ribu kaum wanita yang hidup sendiri dengan anak-anaknya karena suami mereka melarikan diri dari rumah.

Keempat ratus ribu kaum pria California ini tidak dapat, tidak ingin, atau tidak pernah memilih untuk menerima tanggung jawab menjadi suami atau ayah.
Dan, mereka mengingkari janji pernikahan.

Dahulu, kata perceraian menjadi sebuah kata yang mengerikan. Sekarang ini, perceraian sudah menjadi hal yang biasa. Perceraian biasanya digunakan untuk menghindari tanggung jawab.

Banyak pria yang berganti dari satu wanita ke wanita lainnya, dari satu tempat ke tempat lainnya, sambil memproklamirkan diri sebagai seorang pria "macho" yang terkenal. Kemampuan untuk menjadi seorang ayah, bukanlah hal yang penting dalam membuktikan kepriaan.

Dengan begitu, sesungguhnya, mereka tergolong masih kekanak-kanakan, tidak dewasa di dalam roh, dan pemikiran, hidup dalam kehidupan yang lemah, tidak menentu, dangkal dan tanpa karakter.

Beberapa pria telah menjadi dewasa ketika berumur tujuh belas tahun, sementara yang lain baru dewasa di usia tujuh puluh tahun kerena umur tidak bisa menentukan kedewasaan seorang pria. Kedewasaan bisa diukur dari kepemimpinan, ketegasan, keputusan dan tanggung jawab yang mau dipegangnya.


--

Renungan: Kisah Marela (12 Tahun)

Orang benar akan bertunas seperti pohon kurma, akan tumbuh subur seperti pohon aras Libanon (Mazmur 92:13)



Beberapa hamba Tuhan yang kami support berada di pegunungan sekitar wilayah Kalimantan Selatan tetap melayani Tuhan dengan berani, sekalipun mereka melayani dengan fasilitas serba terbatas dan medan pelayanan mereka memiliki tingkat kriminalitas sangat tinggi. Di sana sering terjadi perampokan dan pembunuhan dengan cara mutilasi.



Komitmen mereka kepada Tuhan sangat kuat sehingga kondisi di atas tidak membuat mereka gentar sedikitpun. Mereka melayani dengan pendekatan mengajar membaca dan menulis serta berhitung dengan harapan dapat memberantas buta huruf sekaligus menanamkan nilai-nilai kekristenan sejak dini. Penghulu (tokoh masyarakat) menolak pelayanan mereka bahkan pemerintah setempat sampai saat ini tidak mengeluarkan surat ijin operasional walaupun hanya untuk pendirian Taman Kanak-Kanak karena mereka takut terjadi proses Kristenisasi.



Suatu hari mereka menemui seorang anak sekitar usia 12 tahun, dia tidak dapat membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia dengan baik, menurut penuturan warga setempat anak ini adalah anak angkat seorang kepala suku yang terkenal sangat sakti dan paling ditakuti di daeraha tersebut. Pada setiap upacara adat di desa tersebut anak ini sering dipersembahkan kepada dewa mereka, pada waktu anak tersebut kerasukan dewa maka warga setempat menyambut kehadiran sang dewa kemudian mereka meminta sedekah dan perlindungan kepada dewa yang telah merasuki anak tersebut.



Yesus Kristus menampakkan diri kepada anak tersebut melalui mimpi dan berkata: “Bertobatlah sebelum kamu menyesal karena dosamu.” Sekarang anak ini sudah bertobat dan menerima Isa Almasih sebagai Juruselamat pribadi dan memberi diri untuk dibaptis. Kami mengajar anak tersebut membaca dan menulis bahasa Indonesia juga menanamkan nilai-nilai Kekristenan serta berdoa bagi kerohaniannya. Setelah dapat membaca dengan lancar, anak inipun gemar membaca Alkitab, ayat emasnya adalah Mazmur 92:13. Berdoalah bagi Marela supaya Tuhan memakai hidupnya menjadi berkat bagi sukunya.

--

MENJAJAKAN KEBENARAN


BAIT Suci disucikan? Sebuah pertanyaan sederhana yang sungguh tidak sederhana. Sederhana, jika itu adalah ritual penyucian, seperti didoakan, atau lainnya. Namun menjadi tidak sederhana, jika itu menyangkut kualitas, spritualitas, sehingga Bait Suci perlu disucikan. Apalagi jika Yesus, Anak Allah, Sang Suci, yang melakukannya. Bukankah Bait Suci itu tempat suci yang seharusnya tak perlu disucikan? Namun itulah kenyataannya, Bait Suci, disucikan. Dalam catatan Alkitab peristiwa itu jelas sekali. Keempat Injil mencatatnya (Yoh 2:13-25; Mat 21:12-17; Mrk 11:15-19; Luk 19:45-48).

Bait Suci, tempat beribadah itu ternyata telah hiruk-pikuk dengan aneka kegiatan dagang. Di sana ada pedagang merpati, domba, kambing, bahkan lembu. Wow, betapa luasnya area yang mereka gunakan. Belum lagi bau yang ditimbulkan, pasti sangat mengganggu, terutama ketika angin bertiup. Di sebelah lain, tak kalah sibuknya adalah para penukar uang. Mereka bagaikan money changer di era modern yang siap menanti pembeli, khususnya yang datang dari kota lain untuk beribadah (orang Yahudi perantauan, atau yang lainnya).

Apa yang salah di sana? Praktek dagangnya atau yang lainnya? Yang pasti, kritik Yesus dalam Matius 21:13, “Rumah-Ku akan disebut rumah doa, tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun”. Siapa yang menyamun alias merampok? Dalam prakteknya, ada berbagai informasi. Para pedagang binatang kurban, yang dagangannya dibutuhkan oleh umat, ternyata mencantumkan harga yang lebih tinggi dari harga pasar. Mark up, istilah kerennya. Mengapa umat tak membeli di pasar? Sulit, karena bisa dipersulit oleh penilai, alias quality control, yang sering kali tidak meluluskan binatang yang dibawa sebagai kurban yang layak.

Ada ketentuan tentang kurban yang diatur dalam kitab Imamat. Nah, di sinilah para penilai bermain mata dengan pedagang di halaman Bait Suci. Karena seluruh kurban yang dibeli dari pedagang di Bait Suci pasti lolos dan dianggap layak.. Sementara yang dibeli di pasar sering kali ditolak. Namun ada konsekuensinya, yakni umat harus membayar lebih mahal jika membeli di halaman Bait Suci. Terjadilah kolusi antara pedagang dengan para imam dan petugasnya. Harga lebih mahal, memang mempermudah pembelian dan kelayakan kurban, tapi, juga memeras umat yang berada pada posisi lemah.

Hal seperti ini sudah terjadi sejak dulu kala. Amos berteriak atas kecurangan para imam yang seharusnya menjadi penggembala domba, bukan pemerah domba. Begitu juga di bisnis money changer, kurs yang diberlakukan selalu merugikan umat. Dan, lagi-lagi menguntungkan pedagang dan juga imam. Kebanyakan imam sangat bergairah ke Bait Suci, bukan untuk pelayanan melainkan pemerasan, bukan juga untuk mencari kekudusan tapi kolusi dengan pedagang. Dengan topeng pelayanan, mereka meraup keuntungan. Aroma transaksi dagang di Bait Suci jauh lebih kental dibanding ibadah suci yang menyenangkan hati Tuhan. Jadi, tidaklah mengherankan jika Yesus bertindak radikal, dengan menjungkirbalikkan meja dan bangku para pedagang. Tentu saja ini sangat menjengkelkan para imam dan pedagang. Jadi, tidaklah juga mengherankan jika mereka sangat berambisi untuk menghabisi Yesus. Walaupun kebanyakan umat merasa terbela, namun, tidak serta-merta mereka menjadi pengikut Yesus yang setia. Karena tak sedikit pula umat yang oportunis.

Ya, Yesus telah mengganggu arus pundi-pundi para imam dan pedagang, yaitu uang haram yang selama ini lancar dan “suci”, karena “disucikan” lewat pelayanan berkedok. Imam yang tak “beriman” melainkan mata duitan, pelayan yang tak “melayani” melainkan membebani, gembala yang tak “menjaga” melainkan memerah, pemimpin yang tak “memimpin” melainkan mempermainkan. Ibadah menjadi penuh kepalsuan. Asal membayar lebih, asal mengikuti ketentuan yang dibuat para imam, pengampunan dosa diperjualbelikan. Dan, celakanya, ternyata umat bisa jadi pembeli yang tak selektif. Mungkin merasa sama-sama diuntungkan. Yang satu untung uang, yang lain untung pengakuan, dan tak dikucilkan, belum lagi bisa lolos dari hukuman dosa (hukuman fisik).

Jadi, tidaklah mengherankan jika praktek seperti ini berjalan cukup lancar. Dan, posisi Yesus terasa sulit, berhadapan dengan para imam atas nama agama, pedagang atas nama usaha, dan umat atas nama rakyat banyak. Apalagi jika banyak diidentikkan dengan kebenaran, maka Yesus adalah pesakitan. Ngerinya, sosok kepalsuan yang bisa memutarbalikkan fakta, menjadi lebih mengerikan lagi karena hal ini sering sukses. Lihat saja, “sukses besar” mereka menyalibkan Yesus Kristus dengan mempengaruhi orang banyak, membayar Yudas dengan 30 keping perak, bahkan menekan Pilatus memenuhi “order hukuman”.

Ya, uang yang terkumpul dari transaksi jual-beli ibadah ternyata tidak kecil, bahkan sangat besar, bisa membiayai sebuah gerakan besar. Hebat sekali! Apakah Allah sudah tak berdaya membongkar semuanya? Apalagi yang menjadi korban adalah Yesus? Jelas tidak! Bahkan sebaliknya, Allah menghukum dengan membiarkan mereka hangus oleh “kesuksesan dosanya” (bdk. 2Ptr 2:4-16). Jadi, jangan heran jika melihat banyak kelicikan, kepalsuan meraih kesuksesan besar. Alkitab sudah menjelaskan, pada akhir jaman, guru-guru, nabi-nabi palsu, akan sukses merekrut pengikutnya dalam jumlah banyak. Bukankah banyak yang dipanggil, namun hanya sedikit yang terpilih?

Realita Bait Suci yang harus disucikan karena telah menjadi tempat bisnis ternyata tak berhenti. Situasi tetap berlanjut hingga kini. Banyak isu sinis tentang gereja berbisnis, gembala berbisnis. Banyak pelayanan khotbah yang juga dibisniskan. Serba uang, serba tarif, serba fasilitas, dan, ah, panjang sekali daftarnya. Semuanya disembunyikan dalam kata berkat Allah yang melimpah.. Apa pun yang serba mewah, dari rumah, mobil hingga penampilan mewah, itu adalah simbol hamba Allah yang sukses. Buah tak lagi diperhatikan, melainkan popularitas. Perbuatan tak lagi diperhitungkan melainkan retorika belaka, sekalipun Yesus sendiri berkata, “Pohon dikenal dari buahnya” (Mat 7:15-20).

Mengapa? Rupanya situasi yang sama berulang kembali, pengkhotbah maupun pendengar sama-sama “diuntungkan”. Pengkhotbah mengkhotbahkan yang ingin didengar umat (uang, sukses, kesembuhan, kelancaran hidup, dll), tanpa menyinggung apalagi membongkar dosa. Umat tak perlu merasa “tertampar”, asal berani “membayar”. Bayaran yang berkedok persembahan untuk Allah, ternyata tak pernah sampai “ke surga”, melainkan berhenti dan menjadi keuntungan pengelola yang sekaligus pemilik. Gereja yang seharusnya menjadi aliran berkat, diberkati untuk memberkati, ternyata menjadi putaran berkat, berputar di tempat yang sama, dan tak pernah mengubah lingkungan, apalagi dalam konteks kebangsaan.

Di Amerika, majalah Economic yang terkenal, bahkan memuat gurita bisnis gereja, termasuk peredaran uang yang ternyata mencengangkan. Menjajakan kebenaran ternyata memang sangat mengguntungkan, dulu, sekarang, bahkan hingga Yesus datang kembali. Sangat potensial untuk meraup sukses materi. Namun, ingatlah, Yesus akan menjungkirbalikkan semuanya, di sana di kekalan. Awas, jangan sampai hangus oleh kesusksesan dosa menjajakan kebenaran. Umat harus berani belajar menjadi pelaku kebenaran yang sejati. Ya, semoga bukan pula sekadar cita-cita.

Renungan: Kesaksian-Kesaksian Dari Medan Penginjilan

Oleh karena pertolongan Tuhan saja Support hamba Tuhan berjalan sampai saat ini dan KDP telah mendukung ratusan hamba Tuhan yang tersebar di seluruh pelosok negeri ini melalui dana yang diberikan setiap bulannya kepada masing-masing hamba Tuhan yang masih aktif menjangkau jiwa-jiwa yang belum mengenal Tuhan Yesus sebagai Juruselamat. Banyak kesaksian tentang suka dan duka yang dialami oleh hamba-hamba Tuhan dalam melayani umatNya, akan tetapi mereka tetap berdiri teguh kepada panggilan Allah sebagai tugas amanat agung sampai bumi penuh kemuliaanNya.



Di bawah ini kesaksian-kesaksian dari medan penginjilan:

Pdt. Stevanus Yadi: Pelayanan kami di suatu daerah tepatnya di desa kaliwungu, Jawa Tengah yang merupakan kota santri, di daerah tersebut kami merintis sebuah tempat pembinaan Iman. Kami awali dengan membina 3 keluarga, akan tetapi kami mendapat tantangan yang sangat berat dari lingkungan. Kami berhadapan dengan massa yang menentang kami sampai tiga kali. Mereka menentang adanya persekutuan doa di lingkungan mereka, bahkan maket gereja dari pihak developer mereka ambil dan mereka mendirikan tempat ibadah agama lain. Di daerah ini dengan intimidasi yang sangat kuat, tidak sedikit orang Kristen yang berpindah ke agama lain. Tantangan ini membuat kami semakin bergairah merebut jiwa mereka kembali bagi hormat dan kemuliaan nama Tuhan, sekarang sudah 20 jiwa kami menangkan. Dukung dan doakanlah pelayanan kami.



Pdt. David Walaa: Kami sekeluarga hamba Tuhan dipercayakan melayani di bekas daerah konflik tepatnya di dusun Kameasi, desa Kilo, Poso. Gereja dan rumah jemaat-jemaat yang kami layani sudah habis dibakar oleh kelompok radikal agama lain. Namun kami tetap bertahan di wilayah kami layani sudah habis dibakar oleh kelompok radikal agama lain. Namun kami tetap bertahan di wilayah kami dan hidup berharap kepada Tuhan, sehingga sekarang Tuhan sudah memulihkan keadaan kami.



Yunus Sutrisno (Jatim): Kami melayani seorang ibu bernama Sakiyah (52 thn) yang telah menerima Injil dan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Ibu ini berani membayar harga dalam mengikut Kristus, yang mana dia rela dikucilkan oleh keluarga dan lingkungan masyarakat. Ibu ini tidak lagi mendapatkan jatah beras 5kg dari pemerintah karena namanya dicoret dari daftar. Ibu Sakiyah tetap teguh imannya kepada Tuhan dan tetap setia dalam ibadah.



Reno Barus: Ada keluarga berasal dari agama lain yang sudah datang kepada Kristus lewat penginjilan pribadi kami, tetapi tantangan besar datang, sehingga mereka diusir dari rumahnya oleh warga setempat, apabila mereka ingin kembali ke rumahnya maka mereka harus menerima resiko yang sangat berat. Yang lainnya, seorang ibu bernama AR, datang pada Tuhan Yesus lewat penginjilan pribadi kami. Hati kami sangat senang. Setelah 12 hari ia datang pada Tuhan Yesus, tetangganya mulai curiga dan memberitahukan kepada suaminya, maka tidak lama kemudian suaminya membakar pakaian ibu dan juga pakaian anak-anaknya serta mengusir mereka dari rumahnya. Ibu tersebut ditelantarkan oleh suaminya akan tetapi ibu AR tidak mau menyangkali imannya dan terus terang pada Tuhan Yesus.



Ancaman juga datang kepada kami dari masyarakat agama lain supaya kami menghentikan penginjilan, posisi kami tidak aman. Kami sekeluarga tidak gentar menghadapinya sebab itu merupakan tugas amanat agung, hidup bagi kami adalah Kristus dan mati adalah suatu keuntungan besar. Doakan kami yang ada di Aceh Tenggara.

--

"All who have accomplished great things have had a great aim; have fixed their gaze on a goal which was high, one which sometimes seemed impossible."

Orison Swett Marden
1850-1924, Writer

--

"It's really important that you feel good. Because this feeling good is what goes out as a signal into the universe and starts to attract more of itself to you. So the more you can feel good, the more you will attract the things that help you feel good and that will keep bringing you up higher and higher."

Joe Vitale
Author and Speaker

--

"Today, I would like to become the man my dog thinks I am."

Jack Thomson
Entrepreneur

--

"I realized early on that success was tied to not giving up. Most people in this business gave up and went on to other things. If you simply didn't give up, you would outlast the people who came in on the bus with you."

Harrison Ford
Actor

--

"There are no limitations to the mind except those we acknowledge - both poverty and riches are offspring of thought."

Napoleon Hill
1883-1970, Author of Think and Grow Rich

--

Focus more on your desire than on your doubt, and the dream will take care of itself. You may be surprised at how easily this happens. Your doubts are not as powerful as your desires, unless you make them so."

Marcia Wieder
Author and Speaker

--

"One difference between successful people and all the rest is that successful people take action."

Bob Proctor
Speaker and Author

--

"You can conquer almost any fear if you will only make up your mind to do so. For remember, fear doesn't exist anywhere except in the mind."

Dale Carnegie
1888-1955, Speaker and Author

--


Twitter, YouTube dan Viral Marketing

Judul lagu berirama dangdut disko itu agak aneh : Keong Racun. Namun lagu aneh yang dinyanyikan dua wanita muda dari kota Bandung ini sudah seminggu terakhir mengharu biru jagat twitter global. Video klip-nya yang amatiran di YouTube sudah ditonton oleh lebih dari 1,5 juta kali (lagunya sendiri asyik; waktu mendengarnya di Youtube, saya cuman bisa senyam-senyum sendirian).

Mendadak sosok dua perempuan muda yang culun itu melambung. Hanya melalui medium twitter dan youtube, dua anak muda yang tadinya bukan siapa-siapa sekejap menjadi “special people”. Para ahli komunikasi menyebut fenomena ini sebagai “social media effect”. Orang pemasaran menyebutnya “viral marketing”.

Viral marketing mungkin dapat diartikan sebagai proses pemasaran yang menjalar dalam waktu sekejap. Dan proses ini menjadi sangat mungkin terjadi lantaran merebaknya beragam social media site, semacam Youtube, Twitter, Facebook ataupun Kaskus.

Jika diracik dengan jeli, proses viral marketing ini bisa menjadi alat pemasaran yang ampuh, dan ini dia, biayanya praktis mendekati zero. Sebab yang aktif menjadi pelaku adalah para “netizen (atau twitterian, facebooker, kaskuser, atau youtuber”) yang dengan sukarela mempromosikan sebuah produk yang sedang digodok – persis seperti kisah melejitnya lagu Keong Racun itu.

Berangkat dari kisah semacam itu, kita membayangkan mestinya para netizen (khususnya para twitterian) bisa membangun viral marketing yang membawa nama brand Indonesia di jagat internasional.

Seperti yang kita ketahui, dalam Twitter terdapat menu trending topic (atau kata kunci yang lagi hot) dan selalu dipasang di halaman pertama mereka; sehingga pasti dibaca ratusan juta pengguna Twitter di seluruh jagat. Prestasi para twitterian dari Indonesia sungguh ndak main-main. Berkali-kali mereka bisa mengusung kata kunci khas Indonesia dalam trending topics di Twitter. Terakhir ya itu tadi, kata kunci : Keong Racun. Kata kunci aneh ini nangkring di trending topic nomer satu (!) di Twitter selama tiga hari; jadi semua orang di seluruh dunia bengong : what the hell Keong Racun is ?

Keberhasilan para twitterian dari Indonesia mengusung kata menjadi trending topic disebabkan alasan yang simpel : jumlah pengguna twitter dari tanah air sekitar 6 juta — termasuk tertinggi di dunia. Dan satu lagi, twitterian tanah air rajin berceloteh, heboh, dan memiliki solidaritas yang kental. Maksudnya, jika ada satu orang bicara mengenai lagu Keong Racun, maka ribuan pengguna lainnya segera nimbrung dan membicarakan hal yang sama. Inilah yang menjelaskan mengapa kata kunci aneh itu mendadak melambung menghiasi halaman muka Twitter.

Cuman sialnya, kata-kata yang terangkat menjadi trending topic sering kata yang ndak bermutu (kata Keong Racun bermutu ndak ya?). Sebelumnya lebih konyol, yakni kata : Ariel Peterporn. Ndak tanggung-tanggung, kata kunci aneh itu nampang nomer satu selama empat hari di Twitter (inilah yang membuat Paris Hilton dan Lady Gaga ngebet ingin berkenalan dengan Ariel ).

Nah bayangkan, betapa harumnya nama Indonesia, jika kata yang diangkat menjadi trending topic adalah kata magis seperti : VisitBorobudurTemple atau WearBatikIndonesia atau sejenisnya. Dan setiap tweet yang muncul selalu disertai dengan link ke YouTube yang menampilkan video tentang keindahan Candi Borobudur atau kehebatan para perajin batik dari tanah air.

Saya percaya, dengan spirit solidaritas yang kental dan kehebohan para twitterian dari tanah air, kata kunci magis seperti itu bisa dengan mudah nangkring di peringkat pertama trending topic Twitter; dan nampang berhari-hari di halaman muka situs ini. Jika itu terjadi, dalam sekejap jutaan pengguna twitter dan youtube di seluruh dunia bisa segera mengenal dan tertarik datang ke Indonesia. Sungguh sebuah promosi yang ampuh, dan murah meriah.

Bagaimana caranya itu terjadi? Relatif mudah saya kira. Cukup dengan mengumpulkan para twitterian tanah air yang punya banyak followers (seperti Sherina, Dewi Lestari, Adri Subono, Wimar Witoelar, dan lainnya) dalam sebuah event. Lalu tampilkan kampanyenya di media seperti Detik.com dan Kompas.com atau Kaskus. Ambil momen tertentu sebagai targetnya, misal : pada tanggal 17 Agustus, semua twitterian tanah air beramai-ramai nge-tweet dengan disertai #WeAreProudToBeIndonesian. Akan lebih mak nyus, jika tweet-tweet ini disertai dengan link ke Youtube yang menampilkan video tentang panorama negeri Indonesia yang elok dengan pohon kelapa yang nyiur melambai.

Jika itu terjadi, maka pada tanggal 17 Agustus 2010 (atau entah tahun kapan), kata kunci #WeareProudtoBeIndonesian akan muncul menjadi top trending topic. Dan itu artinya ratusan juta pengguna Twitter di seluruh dunia akan tahu bahwa kita bangga menjadi orang Indonesia.

Selamat bulan Agustus teman. Semoga kita semua tetap bangga dengan negri tercinta Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar