Jumat, 26 Juni 2009

Stress di Kantor ? Coba Gerakan Ini




Mendadak bos Anda datang sambil membawa tumpukan berkas. "Tom, bikin
proposal penawaran secepatnya. Ini semua bahannya. Pelajari dan nanti
jam 9 malam, proposal itu sudah ada di meja saya!" katanya. Ini adalah
perintah yang Anda harus kerjakan. Tak peduli tiba-tiba bos Anda jadi
lebih mirip monyet, atau wanita yang baru Anda kenal membuang jauh-jauh
kartu nama Anda karena ingkar janji makan malam, atau timbunan rasa
penat yang mendadak muncul, toh proposal itu harus selesai tepat pada
waktunya.

Apa yang kita hadapi di kantor, di rumah, di jalan, terkadang membuat
Anda mendadak stres. Belahan dada sekretaris bos yang sejak pagi menjadi
hiburan hari ini, mendadak menjadi menyebalkan. Semuanya menyebalkan:
Mulai dari komputer, pulpen, kopi, dinding, sepatu, AC, dan sebagainya.

Sebelum stres itu membunuh Anda, Caninews memberikan 4 jurus pamungkas
yang mungkin bisa mengurangi rasa penat yang tiba-tiba muncul (tentu
saja Anda tak berpikir konyol bahwa kami bisa mengurangi pekerjaan Anda
kan?). Bahkan, membuka sejenak halaman Caninews, dan melupakan sejenak
himpitan yang datang tiba-tiba, bisa menjadi obat yang manjur. Tapi
baiklah, inilah empat cara pembunuh stres Anda:

1) BUAT LEHER ANDA RELAKS.
Angkat tangan kiri Anda dan lingkarkan di atas kepala sampai menyentuh
kuping kanan. Tarik kepala Anda ke arah kiri menjauhi bahu kanan, lalu
tahan. Lakukan untuk sisi lainnya.

2) TEKAN TANGAN ANDA.
Satukan telapak tangan Anda , dan tekan jari Anda secara bersamaan
sambil menarik nafas.

Kemudian buang nafas ketika mengendurkan tekanan pada jemari Anda.
Lakukan ini sebanyak lima atau enam kali.

3) ATUR MAKAN.
Jika Anda sedang dalam keadaan stres berat, sebaiknya makanlah makanan
yang rendah lemak dan kaya protein seperti ikan. Sebab, percayalah,
stres bisa membuat nafsu makan Anda bertambah.

4) BERDIRI SAAT MENERIMA TELEPON.
Anda akan meregangkan otot Anda dan bernafas lebih dalam, sehingga
mengalirkan darah yang kaya akan oksigen lebih banyak ke otak Anda.

Ketika Anda berpikir bahwa gerakan ini begitu sederhana, cobalah di saat
Anda merasa stres. Anda akan terkejut sendiri melihat efektivitas
gerakan ini. Kami telah buktikan sendiri -sehingga mendadak, sekretaris
yang menyebalkan itu menjadi cantik kembali. Hip... hip... hurrraaaa!!! !

Stress di tempat kerja: Kenali dan Kelola

Stress bisa dipicu masalah kecil, seperti bunyi telpon yang terus
berdering, peralatan kantor yang sebentar-sebentar rusak, dan
sebagainya. Atau lantaran masalah besar, seperti terlalu banyak atau
terlalu sedikit pekerjaan, tidak menyukai pekerjaan, kekhawatiran bakal
dipecat, atau tidak bisa akur dengan atasan.
Umumnya, masalah-masalah besar mudah menyulut stress, sehingga orang
menjadi merasa tidak bahagia dan kehilangan produktifitas. Namun stress
dalam tingkatan yang tidak terlalu berat justru dapat merangsang orang
untuk menjadi kreatif dan banyak akal. Tapi bila beban stress sudah
terlalu berat, bukan hanya berdampak pada psikis namun juga pada fisik
yang cukup parah.

Oleh karena itu, kenalilah sumber utama yang dapat memicu stress.

- Kewenangan
Banyak studi menunjukkan bahwa pekerja yang merasa mempunyai
tanggungjawab yang besar, namun hanya mempunyai sedikit kewenangan dalam
pengambilan keputusan, beresiko mengalami masalah pembuluh jantung, dan
berbaggai penyakit yang terkait dengan stress.

- Kompetensi
Apakah Anda peduli pada kemampuan Anda untuk selalu tampil prima? Apakah
Anda merasa cukup tertantang? Anda merasa tidak aman dengan pekerjaan
Anda? Perasaan tidak aman pada perkerjaan adalah pemicu utama stress
pada banyak pekerja.

- Kejelasan
Perasaan ketidakpastian pada tugas-tugas, berbagai perubahan, atau
ketidakjelasan tujuan perusahaan dapat memicu munculnya stress.

- Komunikasi
Tekanan di tempat kerja sering diakibatkan oleh buruknya komunikasi,
yang dapat berujung stress. Ketidakmampuan mengekpresikan kepedulian,
frustasi, atau emosi dapat memicu stress.

- Dukungan
Ketiadaan dukungan rekan kerja, akan mempersulit upaya mengatasi
masalah-masalah dalam pekerjaan sehingga menyebabkan stress.

- Signifikansi
Bila Anda mengganggap bahwa pekerjaan yang Anda lakukan tidak berharga
dan tidak merasa bangga karenanya, Anda akan merasakan tekanan stress.

- Tanggungjawab bertambah
Tambahan tanggungjawab kerja akan menambah tekanan stress.

Nah agar tidak menjadi korban deraan stress, maka Anda perlu mengelola
stress di tempat kerja. Anda perlu berbuat sesuatu untuk memperingan
tekanan yang bisa memicu stress

- Temui atasan Anda
Sedikitnya setahun sekali (lebih sering lebih baik), Anda perlu
membicarakan kinerja Anda dengan atasan. Sambil mencaritahu kelemahan
yang perlu dibenahi dan kekuatan yang perlu dikembangkan, Anda dapat
mencari "bocoran" tentang arah kebijakan perusahaan. Selain itu, Anda
pun dapat mengkonfirmasikan isu-isu yang mungkin menyebabkan
ketidaknayamanan dalam bekerja. Dengan demikian Anda dapat
mempersiapakan diri Anda, untuk menghadapi hari-hari mendatang, tanpa
terkaget-kaget.

- Atur waktu sebaik-baiknya
Tinggalkan pekerjaan Anda di kantor, jangan dibawa ke rumah. Bila Anda
sering mengorbankan waktu bebas untuk menyelesaikan pekerjaan,
tanda-tanda stress adalah ganjaran yang bakal Anda dapatkan. Bila
majikan Anda menawarkan jadwal kerja yang fleksibel, manfaatkan
kesempatan tersebut dengan menyesuaikan gaya kerja Anda. Misal, datang
lebih pagi agar bisa menikmati waktu istirahat siang yang lebih panjang,
atau pulang lebih cepat. Manfaatkan wakktu luang tersebut untuk
berolahraga atau bersantai.

- Matikan alat komunikasi
Ponsel dan internet memungkinkan setiap orang untuk dihubungi setiap
saat. Namun jangan biarkan teknologi menghapus batas antara waktu Anda
dan jam kerja Anda. Tinggalkan ponsel Anda, atau putuskan untuk tidak
menerima telepon ketika Anda sedang beristirahat, atau bersantai bersama
keluarga. Hindari memeriksa e-mail kerja ketika sedang di rumah.

- Tahu kapan harus keluar
Bila Anda merasa sangat menderita lantaran didera stress pekerjaan, dan
saran di atas tidak berhasil, mungkin sudah saatnya Anda berpikir untuk
berganti pekerjaan. Namun Anda harus yakin bahwa masalahnya ada pada
perkerjaan atau pada Anda. Sebaiknya, Anda meluangkan waktu untuk
mencari pekerjaan sebelum benar-benar mengundurkan diri. Menjadi
pengangguran juga dapat menyebabkan stress. Idealnya, Anda telah
mendapat pekerjaan baru sebelum mengundurkan diri, meskipun terkadang
sulit terlaksana. Oleh karena itu putuskan, mana yang lebih baik;
menjadi pengangguran atau menderita karena pekerjaan.

--

PEMIMPIN YANG BERPRINSIP
Stephen R. Covey

Dalam situasi bisnis sekarang ini tampaknya mudah sekali orang membenarkan
cara-cara kasar demi tujuan baik. Bagi mereka, "bisnis adalah bisnis",
sedangkan "etika dan prinsip terkadang harus mengalah pada keuntungan".
Selain itu, banyak juga kita lihat para pelaku dan pemimpin bisnis yang
tampak berhasil menumpuk kekayaan, namun di belakang kehidupan mereka tampak
kacau dan mengenaskan. Padahal bila kita tinjau, hampir setiap minggu muncul
teori manajemen baru, namun tampaknya sedikit sekali yang meninggalkan hasil
yang diharapkan. Mengapa demikian?

Menurut Stephen R. Covey, penulis buku terkenal, "Seven Habits of Highly
Effective People", dalam bukunya yang lain "Principle Centered Leadership",
hal ini disebabkan mereka tidak lagi berpegang pada prinsip dasar yang
berlaku di alam ini. Padahal hukum alam, berdasarkan pada prinsip, berlaku
tanpa peduli apakah kita menyadarinya atau tidak. Oleh karena itu semestinya
kita meletakkan prinsip-prinsip ini di pusat kehidupan, hubungan,
kontrak-kontrak manajemen dan seluruh organisasi bisnis anda.

Covey percaya bahwa kesuksesan kita, baik pribadi maupun organisasi, tidak
dapat diraih begitu saja. Kesuksesan harus datang dari "dalam diri" dengan
berdasarkan pada apa yang kita pahami dan yakini untuk menjadi prinsip yang
tak tergoyahkan. Dengan demikian kepemimpinan yang berprinsip memusatkan
kehidupan dan kepemimpinan kita pada prinsip-prinsip utama yang benar.

Artikel ini tidak membahas apa itu prinsip menurut Covey, namun meringkas
ciri-ciri pemimpin yang berprinsip. Ciri-ciri dari pemimpin yang mendasarkan
tindakannya pada prinsip. Dengan demikian setidaknya kita bisa mengenal
bagaimana kepemimpinan yang berpusat pada prinsip itu. Ada delapan ciri-ciri
pemimpin yang berprinsip.

1--Mereka terus belajar.

Pemimpin yang berprinsip menganggap hidupnya sebagai proses belajar yang
tiada henti untuk mengembangkan lingkaran pengetahuan mereka. Di saat yang
sama, mereka juga menyadari betapa lingkaran ketidaktahuan mereka juga
membesar. Mereka terus belajar dari pengalaman. Mereka tidak segan mengikuti
pelatihan, mendengarkan orang lain, bertanya, ingin tahu, meningkatkan
ketrampilan dan minat baru.

2--Mereka berorientasi pada pelayanan.

Pemimpin yang berprinsip melihat kehidupan ini sebagai misi, bukan karier.
Ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan
melayani orang lain. Inti kepemimpinan yang berprinsip adalah kesediaan
untuk memikul beban orang lain. Pemimpin yang tak mau memikul beban orang
lain akan menemui kegagalan. Tak cukup hanya memiliki kemampuan intelektual,
pemimpin harus mau menerima tanggung jawab moral, pelayanan, dan sumbangsih.

3--Mereka memancarkan energi positif.

Secara fisik, pemimpin yang berprinsip memiliki air muka yang menyenangkan
dan bahagia. Mereka optimis, positif, bergairah, antusias, penuh harap, dan
mempercayai. Mereka memancarkan energi positif yang akan mempengaruhi
orang-orang di sekitarnya. Dengan energi itu mereka selalu tampil sebagai
juru damai, penengah, untuk menghadapi dan membalikkan energi destruktif
menjadi positif.

4--Mereka mempercayai orang lain.

Pemimpin yang berprinsip mempercayai orang lain. Mereka yakin orang lain
mempunyai potensi yang tak tampak. Namun tidak bereaksi secara berlebihan
terhadap kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka tidak merasa hebat saat
menemukan kelemahan orang lain. Ini membuat mereka tidak menjadi naif.

5--Mereka hidup seimbang.

Pemimpin yang berprinsip bukan ekstrimis. Mereka tidak menerima atau menolak
sama sekali. Meraka sadar dan penuh pertimbangan dalam tindakannya. Ini
membuat diri mereka seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, dan
bijak. Sebagai gambaran, mereka tidak gila kerja, tidak fanatik, tidak
menjadi budak rencana-rencana. Dengan demikian mereka jujur pada diri
sendiri, mau mengakui kesalahan dan melihat keberhasilan sebagai hal yang
sejalan berdampingan dengan kegagalan.

6--Mereka melihat hidup sebagai sebuah petualangan.

Pemimpin yang berprinsip menikmati hidup. Mereka melihat hidup ini selalu
sebagai sesuatu yang baru. Mereka siap menghadapinya karena rasa aman mereka
datang dari dalam diri, bukan luar. Mereka menjadi penuh kehendak,
inisiatif, kreatif, berani, dinamis, dan cerdik. Karena berpegang pada
prinsip, mereka tidak mudah dipengaruhi namun fleksibel dalam menghadapi
hampir semua hal. Mereka benar-benar menjalani kehidupan yang berkelimpahan.

7--Mereka sinergistik.

Pemimpin yang berprinsip itu sinergistik. Mereka adalah katalis perubahan.
Setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik. Karena
itu, mereka selalu produktif dalam cara-cara baru dan kreatif. Dalam
bekerja mereka menawarkan pemecahan sinergistik, pemecahan yang memperbaiki
dan memperkaya hasil, bukan sekedar kompromi dimana masing-masing pihak
hanya memberi dan menerima sedikit.

8--Mereka berlatih untuk memperbarui diri.

Pemimpin yang berprinsip secara teratur melatih empat dimensi kepribadian
manusia: fisik, mental, emosi, dan spiritual. Mereka selalu memperbarui diri
secara bertahap. Dan ini membuat diri dan karakter mereka kuat, sehat dengan
keinginan untuk melayani yang sangat kuat pula.

(Stephen R. Covey, Principle Centered Leadership)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar