Selasa, 30 Juni 2009

PENGINJIL BERUSIA ENAM TAHUN




(Tom White)



Di Teheran, Iran, seorang anak laki-laki berusia enam tahun sedang menonton siaran televisi Kristen ilegal yang membahas mengenai Yesus Kristus. Ketika mendengar para pengikut Yesus ini, is menghafal lagu yang mereka nyanyikan, bernyanyi bersama-sama mereka, dan berdoa ketika mereka berdoa. Suatu pagi saat sedang sarapan, sebelum pergi ke sekolah ia berkata kepada ibunya, “saya ingin menceritakan kepada guru saya tentang Yesus. Apa yang dapat saya lakukan?” Bersama-sama mereka memikirkan sebuah rencana. Saat ibunya berjalan bersamanya menyusuri jalan-jalan menuju ke sekolah, ibunya berdoa untuk keselamatan-nya, ia bertanya-tanya, Apakah Allah sungguh menginginkan ketaatan penuh atau pengorbanan semacam ini dari keluarga saya?



Anak laki-laki itu memasuki ruang kelas yang penuh semangat, ribut, dan meletakkan tas ranselnya yang lebih berat dari biasanya di atas meja. Semua anak duduk di kursi mereka dan pelajaran pagi itu pun dimulai. Saat para murid sedang memperhatikan buku tulis mereka, anak laki-laki ini dengan tenang berjalan mendekati meja sang guru dengan selembar kertas pelajaran.



Ia berbisik kepada sang guru, “Apakah ibu mau tahu tentang Yesus?” Sang guru menganggukkan kepalanya bahwa ia ingin tahu.



“Baiklah, inilah yang akan saya lakukan. Ketika nanti jam istirahat, saya akan meletakkan tas ransel saya dekat pintu kelas, membuka resletingnya dan membiarkannya terbuka. Setelah semua murid meninggalkan kelas, baru ibu boleh menghampirinya dan mengambil Alkitab dan video dari tas ransel saya.”



Kemudian di pagi itu, semua anak berlarian keluar kelas untuk bermain. Tas ransel itu sekarang sudah berada dekat pintu. Kemudian, ketika sekelompok anak-anak yang manis berlari bahagia kembali masuk ke dalam kelas, anak laki-laki ini mengambil tas ransel itu kembali ke mejanya. Sekarang tas ransel tersebut tidak terlalu berat lagi.



Keesokan harinya ia bertanya kepada sang guru, “Apakah ibu sudah membaca Alkitabnya? Apakah ibu sudah menonton videonya? Bagaimana pendapat ibu tentang Yesus?”



Sementara itu di seberang kota, seorang kakek dengan kumisnya yang putih berjalan-jalan di atas trotoar. Angin sore bertiup sepoi-sepoi, sehingga banyak keluarga keluar berjalan-jalan atau hanya duduk di atas selimut di pinggir sungai. Sang kakek itu berhenti dan melihat seorang bayi, mengelus kepala, dan berjalan mengunjungi sebuah daerah persaudaraan orang-orang Iran.



Setelah berbicara beberapa saat dengan sebuah kelompok yang tertarik, ia membagikan beberapa buku kecil, brosur, dan terkadang sebuah kitab Perjanjian Baru kepada yang penasaran, yang mau menerima. Keesokan harinya kakek ini keluar lagi, tetapi kali ini polisi berseragam ada di sana. Mereka merampas literaturnya dan menjatuhkan kaca-mata bulat peraknya dari wajahnya. Menggiringnya menuju ke mobilnya, mereka menemukan satu kotak Alkitab Perjanjian Baru di kursi belakang mobilnya. Yang membuat keadaannya lebih buruk, ia adalah Muslim yang telah menjadi pengikut Kristus. Para petugas membawanya ke penjara. Beberapa minggu kemudian, setelah keluarganya mengajukan banding dan sebuah “hadiah” yang besar, sang hakim pun membebaskannya.



Beberapa bulan berlalu. Di sisi lain di kota itu, seorang yang tidak asing lagi berjalan pincang menyeberangi sebuah jembatan pejalan kaki yang lebar dengan tenangnya. Ia lagi, dengan literatur dan brosur di dalam tasnya, kata-kata penuh kasih, percakapan santai tentang kasih, Allah, masalah-masalah, arti hidup.



Seorang anak yang berusia enam tahun dan seorang kakek – para pengikut Yesus Kristus di sebuah negara yang dicap sebagai pengekspor terorisme. Keadaan apa yang telah menghasilkan orang Kristen berani ini? Bagaimana ini mungkin bahwa mereka begitu berani atau bahwa mereka ini benar-benar ada?



Di Iran, kelompok etnis yang diijinkan untuk menjalankan Kekristenan, seperti orang-orang Armenia, terdiri hanya kurang dari 10% populasi Iran. Kebanyakan orang percaya memilih tidak membagi iman mereka karena membahayakan. (Ada pahlawan-pahlawan Kristen di antara kelompok injili Armenia. Selama 15 tahun terakhir, banyak yang dipenjarakan atau mati martir). Walaupun penindasan yang luar biasa dan kurangnya orang-orang percaya, kelaparan rohani yang hebat sedang berkobar di seluruh negeri.



Selama perjalanan terakhir saya ke Iran, pemandu saya, orang Iran asli, tidak tidur semalaman membaca kitab Perjanjian Baru yang saya berikan kepadanya. Saat sarapan pagi, ia menanyakan berbagai pertanyaan dan menyatakan beberapa komentar positif tentang Yesus Kristus. Ia masih muda, sudah berkeluarga, juga seorang lulusan sastra Inggris. Ia membawa saya ke rumahnya untuk minum teh dimana istrinya dan anak-anaknya yang ramah, menyambut saya dengan penuh hormat dan keramah-tamahan.



Keluarga ini mewakili orang Iran yang tidak dikenal, bukan seperti gerombolan-gerombolan orang yang berteriak di jalan, bukan barisan-barisan panjang para peratap yang berjalan sepanjang jalan, tetapi sekelompok orang yang ramah, orang-orang luar biasa yang lapar akan firman Allah. Iran adalah suatu bangsa dengan populasi salah satu paling ramah dan berpendidikan di muka bumi ini, sebuah populasi yang didominasi oleh orang-orang muda yang dewasa di bawah usia 30 tahun, yang telah berkali-kali memilih orang muda, parlemen yang berpikiran progresif yang terus menerus ditolak oleh jari yang menindas dari dewan para ulama yang berkuasa. Yesus mengekspresikan pendapat-Nya mengenai tirani keagamaan di dalam Matius 23.



Selama 30 tahun, kekuasaan Iran telah mengekspor teror dan melahirkan pengikut-pengikut kebencian dan di alam nama allah di bangsa-bangsa. Dan hal ini terus saja berlanjut hingga sekarang. Di pertengahan jalan menuju kampanye Islamisasi yang keras, kebanyakan orang Iran yang tidak keluar dari negara mereka kini telah menjadi lelah dengan kekejaman, penindasan, kesetiaan tanpa kasih kepada allah yang dituntut oleh negara Islam mereka. Kecuali saat pawai dan pengerahan massa, sebahagian besar udara (rakyat) telah meninggalkan balon (slogan-slogan) yang dibawah masuk oleh Ayatollah Khomeini di tahun 1979.



Selama kunjungan saya ke Iran, kepada saya telah diberitahukan bahwa Dewan Wali yang terdiri dari para ulama, demikian juga para tokoh politik keagamaan lainnya yang memegang kekuasaan mutlak, mereka memiliki tabungan sendiri di bank Dubai, dimana ada ratusan juta dollar di sana tetapi tidak pernah dibagikan kepada rakyat Iran. Keserakahan mereka tetap aman dibawah nama allah. Betapa tragisnya bahwa beribu-ribu rumah berdinding lumpur dengan mudahnya runtuh dalam gempa bumi di Iran, membunuh banyak orang miskin, sementara itu para pemimpin politik keagamaan yang tidak dikenai pajak secara bersama-sama tumbuh jauh lebih makmur daripada Shah (rejim demokrasi sebelum pemerintahan Republik Islam) yang digulingkan.



Dapat dimaklumi, banyak orang Iran yang putus asa menemukan kenyamanan dalam heroin yang berjumlah sangat besar yang melintasi perbatasan-perbatasan Iran. Januari tahun 2006, kantor-kantor berita melaporkan bahwa Iran memiliki persentasi tertinggi di dunia akan orang-orang yang kecanduan obat-obat terlarang, tanda dari orang-orang yang tak berpengharapan.

Di negara Barat, banyak kota yang memiliki misi penyelamatan dimana orang-orang yang putus asa bisa mendapatkan pertolongan dari tanda salib (gereja atau organisasi misi). Di Iran, tanda salib yang melingkar di leher biasanya berarti si pemakai adalah orang-orang Kristen Orthodoks. Orang-orang Muslim Iran hanya tahu bahwa orang-orang Kristen Orthodoks tinggal di negara mereka memiliki kebiasaan dan hak legal untuk menjual minuman alkohol tanpa larangan, sedangkan orang Muslim tidak boleh. Banyak orang Muslim menghargai bentuk “Kekristenan” ini sebagai pintu belakang mereka untuk secara diam-diam membeli minuman keras.



Masih di tengah-tengah kegelapan ini, sepercik harapan sedang tumbuh menjadi kobaran api ketika orang-orang Iran mengalami kasih Allah. Di satu kota saya memberi sebuah Perjanjian Baru yang dibungkus dengan kertas kado kepada seorang manejer yang saya jumpai. Ia menyembunyikan di dalam lacinya dan berlari ke seberang gedung untuk menceritakan dengan semangat kepada lima orang perempuan lainnya. Sebagian dari perempuan itu melambaikan beberapa carik kertas kepada saya. Saya mendekati, dan salah satu dari mereka berkata kepada saya, “Mohon Pak, kami juga ingin memiliki satu.” Saya memberikan kepada mereka lebih banyak kitab Perjanjian baru yang diselipkan du antara halaman-halaman surat kabar Iran. Mereka menyembunyikannya di balik jubah hitam mereka karena orang-orang Iran tidak dapat terang-terangan membaca Firman Tuhan.



Bab berikutnya didalam Berserah Kepada Tuhan adalah beberapa kumpulan kecil kesaksian yang mewakili pertumbuhan terbesar dan tercepat dari pergerakan Muslim di dunia: Orang-orang Muslim di Iran yang menjadi Kristen. Kebanyakan dari orang Kristen berlatar belakang Muslim ini mengambil resiko segalanya untuk datang kepada Kristus. Tidak peduli apa status mereka, negara Islam menentang mereka.



Kolonel Iran, Hamid Pourmand, dijatuhi hukuman selama tiga tahun di penjara pada 17 Pebruari 2005, ketika diketahui bahwa ia adalah juga seorang pendeta. Ia ditangkap saat menghadiri suatu konperensi gereja dalam suatu penyergapan dimana ia dan lusinan pemimpin gereja lainnya dijebloskan ke dalam penjara. Non-Muslim tidak diijinkan untuk memegang posisi kemiliteran. Pourmand, yang berpindah keyakinan kepada Kristen dari Islam, 25 tahun yang lalu, dijatuhi hukuman penipuan keyakinan di dalam angkatan bersenjata Iran.



Pada tahun 2006, Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad dengan marahnya menyatakan bahwa ada sekitar 500 hingga 6oo orang Kristen baru berlatar belakang Muslim setiap bulannya di Iran, ia salah. Jumlah mereka lebih banyak dari itu. Di buku ini hanyalah sebagian dari kisah mereka. Nama-nama di dalam buku ini telah diganti untuk melindungi identitas mereka. Dalam kesaksian mereka, yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris (dan banyak bahasa termasuk Indodesia – red), kami tetap memakai beberapa ekspresi yang janggal dan tata bahasa yang tidak semestinya untuk menggambarkan kesaksian mereka dengan lebih akurat. Orang-orang percaya ini adalah petobat baru, jadi beberapa pernyataan teologi mereka tidak sempurna secara doktrin di mata beberapa pembaca. Tetapi mereka mempunyai Kitab Suci dan persekutuan dan keinginan kuat untuk mengikut Kristus.



Ketika Anda membaca buku ini, sekiranya Anda dikuatkan oleh orang-orang percaya beriman ini dan tergerak berdoa bagi Iran.



Kesaksian dari Tom White, yang diterjemahkan dari buku "Iran Desperate for God", by VOM @2006. Kesaksian ini HANYA UNTUK ANDA SENDIRI.
Harapan saya, agar kesaksian ini menjadi berkat bagi Anda dan Andapun dapat menjadi berkat bagi orang lain.
Mohon agar kesaksian ini TIDAK disebarkan kepada mereka yang BUKAN KRISTEN!

Deng Xiaoping, seorang pria Taiwan yang sangat kaya tetapi tidak memiliki kemampuan berbahasa Inggris tiba di airport New York.

Setelah mengantri di imigrasi, saat mencap paspor, petugas menanyakan beberapa pertanyaan untuk mengetahui kunjungannya ke USA.

Pertanyaan pertama imigrasi: "Apa nama terakhir dari Presiden Pertama kami?"

Karena tidak mengerti bahasa Inggris dengan baik, dia menduga bahwa petugas menanyakan nama keluarganya (surname). Lalu dia menjawab: "Wo xing Deng (dibaca: wo sing Teng)." Dalam Mandarin berarti: "Marga saya Deng"). Fyi, dalam budaya Chinese, orang Chinese selalu memperkenalkan marganya dulu saat kenalan pertama kali.

Petugas mendengar "Washington! " (sama bunyinya) lalu dia melanjutkan ke pertanyaan ke-2: "Untuk apa kamu mau pergi ke US?"

Pikirnya, secara logis tentu sekarang dia menanyakan nama saya. Lalu dia menjawab: "Xiaoping."

Petugas mendengar : "Shopping!"

Pertanyaan ke-3: "Kendaraan apa yang kamu kendarain di Taiwan?"

Turis itu berpikir, dia ditanyakan statusnya di Taiwan, dan menjawab dalam bahasa Hokkien: "Bo bo.” (dalam Hokkien berarti: "Belum beristri").

Dan petugas mendengar: "Volvo!" lalu dia tersenyum dengan hormat dan bertanya lagi.

Pertanyaan ke-4: "Siapa penyanyi pop yang paling terkenal di USA?”

Saat ini lelaki Taiwan sudah mulai tidak sabar dan mulai berkata dengan keras dalam bahasa Hokkien: "Mai Ko Cai Seng." (arti: "Jangan main-main lagi dengan saya").

Petugas mendengar: "Michael Jackson!"

Kagum akan pengetahuan si turis, petugas mencap paspornya.

--
WANITA MEMANG SUSAH DIBUAT "BAHAGIA"
Jika dikatakan cantik dikira menggoda ,
jika dibilang jelek di sangka menghina ..
Bila dibilang lemah dia protes,
bila dibilang perkasa dia nangis .

Maunya emansipasi, tapi disuruh benerin genteng, nolak
(sambil ngomel masa disamakan dengan cowok)

Maunya emansipasi, tapi disuruh berdiri di bis malah cemberut
(sambil ngomel,Egois amat sih cowok ini tidak punya perasaan)

Jika di tanyakan siapa yang paling di banggakan, kebanyakan bilang Ibunya ,
tapi kenapa ya ..... lebih bangga jadi wanita karir,
padahal ibunya adalah ibu rumah tangga

Bila kesalahannya diingatkankan,
mukanya merah..
bila di ajari mukanya merah,
bila di sanjung mukanya merah
jika marah mukanya merah,kok sama
semua ? bingung !!

Di tanya ya atau tidak, jawabnya diam;
ditanya tidak atau ya, jawabnya diam;
ditanya ya atau ya, jawabnya :diam,
ditanya tidak atau tidak, jawabnya ; diam,
ketika didiamkan malah marah
(repot kita disuruh jadi dukun yang bisa nebak jawabannya).

Di bilang ceriwis marah,
dibilang berisik ngambek,
dibilang banyak mulut tersinggung,

tapi kalau dibilang S u p e l
wadow seneng banget...padahal sama saja maksudnya.

Dibilang gemuk engga senang
padahal maksud kita sehat gitu lho

dibilang kurus malah senang

padahal maksud kita "kenapa elho jadi begini !!!"

Itulah WANITA makin kita bingung makin senang DIA !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar