Selasa, 02 Juni 2009

4 Rahasia Kunci tentang Cara Otak Kita Bekerja





Barangkali Anda sudah pernah mendengar anekdot ini. Alkisah, di sebuah pameran International Neurology Expo di Singapore dijual replika otak asli orang Indonesia, Jepang dan Amerika. Dalam daftar harga, tertera otak manusia Indonesia berharga paling mahal. Salah seorang pengunjung dari tanah air, dengan penasaran dan setengah bangga bertanya, kenapa otak orang Indonesia harganya paling mahal. Karena jarang dipakai, begitu jawaban sang penjaga stan.

Anekdot itu terngiang kembali di otak saya ketika minggu lalu saya membaca sebuah buku bertajuk Brain Rules : Principles for Thriving at Work, Home and School. Buku yang ditulis oleh John Medina, salah satu pakar biologi saraf terkemuka asal Amerika ini, berkisah tentang sejumlah aturan bagaimana sesungguhnya otak kita berkerja dan beroperasi. Disini kita hanya mencoba menjenguk empat aturan diantaranya.

Rule 1 : Exercise Does Enhance Your Brain. Ya, berolahraga secara rutin dan melakukan pergerakan yang aktif ternyata memberikan impak yang amat besar bagi kesehatan otak. Dalam buku itu disebutkan, orang yang rajin berolahraga dan aktif bergerak dalam jangka panjang otaknya akan memiliki kemampuan problem solving dan reasoning yang jauh lebih tangguh dibanding mereka yang malas bergerak dan berolahraga.

Itulah mengapa, orang yang malas melakukan olahraga dan seharian hanya duduk didepan cubicle sambil melototin layar komputer otaknya bisa pelan-pelan tumpul dan cepat pikun kelak ketika berusia lanjut. Ini persis seperti minggu lalu ketika saya berkunjung ke salah satu teman ayah saya yang baru berusia 60-an tahun. Opa satu ini sejak muda nyaris tak pernah olahraga, demikian juga setelah pensiun. Jadi ia tak lagi mengenali saya ketika saya datang bertandang ke rumahnya yang asri di Bintaro. Dan ketika saya kebelet ingin buang air kecil serta bertanya, Om di mana kamar mandinya; dia mendadak kebingungan sambil celingukan, dimana ya kamar mandinya (duh !).

Anda tidak ingin tulalit seperti itu kan? So, do exercise every single morning. Rasakan kesegaran udara di pagi hari, dan jangan pernah biarkan otak Anda mati sebelum waktunya.

Rule 2 : Multitasking is a myth. Multitasking itu hanyalah mitos. Sebab, menurut John Medina, otak kita bekerja dengan cara sekuensial (ber-urutan) dan tidak pernah bisa dipaksa bekerja secara paralel. Itulah mengapa, mengemudikan mobil sambi berhaha-hihi via ponsel langsung meningkatkan resiko kecelakaan hingga 9 kali lipat. Dan itulah mengapa, melakukan penyelesaian tugas sambil berkali-kali mendapatkan interupsi akan menghasilkan kualitas kerja 50 % lebih buruk dan 50 % lebih lamban.

Jadi kalau selama ini Anda rajin melakukan multitasking – misalnya menyelesaikan laporan sambil tengak-tengok status via Facebook; resiko kelambanan kerja dan penurunan akurasi laporan akan kian meningkat secara dramatis. Karena itu, usahakanlah agar selalu mengerjakan tugas secara fokus dan bertahap serta semuanya digarap secara sistematis.

Rule 3 : Ten Minutes Attention Span. Medina bilang, ketika mendengarkan presentasi, ceramah, kuliah, atau mendengarkan orang lain ngecap, otak kita ternyata hanya bertahan untuk menaruh atensi maksimal 10 menit. Setelah itu, konsentrasi kita untuk mendengarkan/ menyimak turun secara signifikan. Jadi kalau ada orang yang nyerocos memberikan ceramah atau presentasi tanpa henti selama lebih dari 30 menit, maka hanya kesia-siaan yang akan diperoleh. Sebab, otak para audiens tak akan pernah bisa lagi menangkap isi informasi secara optimal.

So, kelak jika Anda mendapat kesempatan presentasi atau memberikan informasi; lakukanlah small break setelah 10 menit. Break ini bisa berupa menyilakan audiens untuk bertanya; atau menyelinginya dengan intermezo, atau menyampaikan kisah insiratif plus sekedar anekdot. Dengan ini, maka konsentrasi para audiens akan bisa kembali terpelihara.

Rule 4 atau yang terakhir adalah ini: classroom and cubicle are brain destroyers. Ya, ternyata ada dua lingkungan yang menurut Medina paling brutal membunuh daya kreasi otak kita. Dua lingkungan itu adalah : ruang kelas perkuliahan/sekolah dan ruang cubicle perkantoran.

Ruang kelas yang isinya melulu ceramah oleh dosen/guru yang monoton, satu arah dan acap membosankan, ternyata justru membuat otak kita terpasung mati (!). Ruang cubicle kantor yang membuat Anda tidak banyak bergerak secara aktif, tersekat-sekat, dan hanya memaksa Anda untuk melakukan tugas repetitif juga berpotensi menumpulkan otak Anda.

Jadi bayangkanlah : selama bertahun-tahun (lebih dari 15 tahun!) kita menghabiskan waktu kita di ruang kelas yang monoton nan membosankan. Dan kini, ketika kita bekerja, kita kembali disekap bertahun-tahun dalam ruang cubicle yang juga tidak banyak menawarkan ruang kreasi secara optimal. Dengan kata lain, selama puluhan tahun otak kita dikunci dalam dua lingkungan statis itu, dan jarang dipakai secara maksimal.

Jadi sungguh tak heran, kenapa otak kita harganya paling mahal……..

Claudio Pizarro
Inca God is Back!

Tersia-sia di Chelsea bukan berarti kiamat bagi Claudio Pizarro. Penyerang berusia 30 tahun itu justru menemukan kembali kedahsyatannya selama di pengasingan. Ya, Pizza bersinar lagi saat berstatus sebagai pemain pinjaman di Werder Bremen.

Claudio Pizarro, bersinar kembali bersama Werder Bremen. (Foto: AFP)

Dua tahun silam, Pizarro mencoba mengadu nasib di Premier League. Tanpa ragu, ia menandatangani kontrak hingga Juni 2011 bersama Chelsea dengan bayaran sekitar 3,4 juta pound per tahun atau setara dengan 53,5 miliar rupiah.

Sayang, kisah indah Pizarro di Stamford Bridge berlangsung sangat singkat. Pemecatan manajer Jose Mourinho pada September 2007 langsung berimbas terhadap karier eks pemain Bayern Muenchen tersebut. Pizarro terpaksa menghabiskan sebagian besar musim pertamanya di Chelsea sebagai penghangat bangku cadangan.

Bosan menjadi lapis dua, Pizarro pun tak menolak ketika dipinjamkan ke Bremen pada Agustus 2008. Bremen bukan klub asing bagi pesepak bola asal Peru ini mengingat ia sempat menjadi bintang di klub tersebut pada 1999 hingga 2001.

“Bremen adalah klub yang membuka pintu menuju Eropa. Saya mengalami dua tahun yang menyenangkan bersama klub ini,” ujar Pizarro dalam situs resmi Bremen.

“Saya senang karena mereka kembali menerima saya dengan tangan terbuka,” ucapnya.

Tidak butuh waktu lama bagi Pizarro untuk menyesuaikan diri dengan gaya sepak bola Jerman. Bukan hanya di level domestik, bomber veteran ini juga meroket di kompetisi Eropa. Ia mencetak sejumlah gol penting di Piala UEFA 2008/09, termasuk dua gol ke gawang raksasa Italia, AC Milan, di second leg fase 32 besar.

“Sukses Bremen merupakan kerja keras tim. Tapi, beberapa pemain mampu memberikan kontribusi lebih besar ketimbang anggota tim yang lain. Salah satunya adalah Claudio Pizarro,” kata Manajer Umum Bremen, Klaus Allofs.

Telanjur Betah

Penampilan maksimal dan naluri mencetak gol yang luar biasa merupakan dua alasan utama yang membuat Bremen berniat mengontrak Pizarro secara permanen. Keinginan mereka tidak bertepuk sebelah tangan karena sang mesin gol juga telanjur betah di Bremen.

“Saya ingin merumput bersama Bremen untuk jangka waktu yang lebih lama,” sebut Pizarro.

Sayang, biaya transfer yang dipatok Chelsea dinilai terlalu tinggi bagi Bremen dan hingga kini masa depannya masih tidak menentu. Tapi, sebelum benar-benar angkat kaki dari Weserstadion, striker yang dijuluki Inca God itu bertekad membawa Bremen meraih gelar juara Piala UEFA untuk yang pertama kali pada 20 Mei. (Wieta Rachmatia)

DATA DIRI
--------------------------
Nama Lengkap: Claudio Miguel Pizarro Bosio
Lahir: 3 Oktober 1978 di Callao, Peru
Kewarganegaraan: Peru/Italia
Posisi: Penyerang
Postur: 186 cm/84 kg
Istri: Karla
Anak: Claudio, Gianluca, Antonella
Prestasi: Bundesliga 2002/03 2004/05, 2005/06 (Muenchen); DFB Pokal 2004 (Muenchen); Piala Interkontinental (Muenchen)

Karier Klub
1996-97 Deportivo Pequero 42/11
1997-99 Alianza Lima 44/22
1999-01 Werder Bremen 56/29
2001-07 Bayern Muenchen 174/71
2007-08 Chelsea 21/2
2008-09 Werder Bremen (pinjam) 25/17*
Ket.: (*) Hingga pekan ke-33 Bundesliga.

Karier Tim Nasional
1999 - ... Peru 56/13




Demi El Pibe

Sederet pesepak bola masuk dalam daftar pemain idola versi Claudio Pizarro. Tapi, satu sosok yang paling menyita kekagumannya adalah gelandang legendaris asal Kolombia, Carlos Valderrama.

Pizarro mengaku terinspirasi menjadi seorang pemain sepak bola profesional setelah menyaksikan aksi Valderrama di televisi.

“Carlos Valderrama adalah sosok yang unik. Sejak kecil, saya sudah jatuh cinta melihat penampilannya di lapangan hijau,” ujar bomber yang meniti karier di Academica Cantolao itu.

Saking tergila-gilanya kepada Valderrama, Pizarro nekat mencuri uang milik sang ibu, Patricia Bosio, demi membeli kaus bergambar wajah El Pibe. Ia baru berani mengakui perbuatannya setelah bertahun-tahun kemudian saat karier sepak bolanya mulai menanjak.

“Saya yakin sebenarnya ibu mengetahui perbuatan saya, tapi dia tidak memarahi saya,” kata Pizarro dalam situs pribadinya.

“Jumlah uang yang saya ambil memang tidak banyak, tetapi selama bertahun-tahun saya merasa berdosa kepada ibu. Oleh sebab itu, saya langsung mengembalikan uangnya setelah memiliki pekerjaan,” ucap anak tertua dari tiga bersaudara tersebut. (wta)


--

Barcelona Juara La Liga 2008/09
Metamorfosis 12 Bulan

Tepat setahun lalu, puluhan spanduk bernada desakan agar duet petinggi Barcelona, Joan Laporta dan Frank Rijkaard, segera mundur memenuhi Stadion Camp Nou. Kala itu, Barcelonistas merasa sudah muak dengan kepemimpinan sang presiden di luar serta sang pelatih di dalam lapangan. Berselang 12 bulan, metamorfosis sempurna berhasil dilakoni Barca.


Barcelona, sukses menjuarai La Liga setelah berhasil memperbaiki situasi sebelum musim dimulai. (Foto: Getty Images)


Titik kulminasi terjadi pada Sabtu (16/5) ketika Real Madrid, pesaing terdekat di klasemen Primera Division, dipaksa takluk 2-3 oleh Villarreal di El Madrigal. Secara otomatis, gelar el campeon pun resmi menjadi milik Blaugrana, tanpa memedulikan hasil yang didapat pada sisa musim.

“Setahun lalu, kami tak henti-hentinya dihujani kritik. Tapi, sekarang kami dianggap sebagai pahlawan,” ujar Xavi Herandez, playmaker Blaugrana, seperti dikutip El Mundo Deportivo. “Kami mampu menjuarai liga dengan sejumlah catatan sensasional,” timpal Andres Iniesta, rekan sehati Xavi di lini tengah.

“Inilah gelar ganda kelima kami. Saya harap publik akan menikmatinya,” ungkap Laporta di Barca TV tentang gelar La Liga ke-19 sepanjang sejarah klub yang telah berdiri sejak 1899 itu. Silverware ini hanya berjarak tiga hari setelah Copa del Rey yang direbut midweek kemarin pascakemenangan 4-1 atas Athletic Bilbao di Mestalla.

Menurut pengakuan Laporta, individu pertama yang ia berikan selamat adalah Pep Guardiola, el entrenador Azulgrana. Maklum, sebagai figur peracik strategi dan pengambil keputusan, Pep merupakan aktor intelektual di balik musim spektakuler The Catalans.

Dalam perspektif Laporta pribadi, Pep layak disebut sebagai penyelamat muka sang presidente. Sejak pemilihan pemain, pembentukan skuad di pramusim, hingga permainan ofensif penuh atraksi indah, semua tindakan Pep bisa dibilang nyaris tanpa cacat.

Jika mencoba memilah lalu mengerucutkan faktor-faktor sukses Barca, kita bisa melihat 12 poin penentu gelar.

1. Guardiola: Datang membawa visi dan aturan yang jelas. Memaksa pemain belajar memijak bumi. Tanpa toleransi dalam menghukum setiap individu yang tidak disiplin.

2. Transfer: Melepas Rijkaard dan kuartet Ronaldinho, Deco, Thuram, dan Zambrotta, yang dinilai sudah tidak memiliki totalitas. Khusus tentang Dinho-Deco, ruang ganti Camp Nou jadi lebih kondusif dengan kepergian mereka.

3. Laporta: Mosi untuk menjungkalkan Laporta dari kursi presiden tak mencapai suara mayoritas (66%). Ini berhasil menekan friksi di jajaran direksi klub.

4. Eto’o: Meyakinkan Eto’o untuk bertahan adalah keputusan terbaik. Bomber Kamerun ini kembali tajam dan siap merebut el pichichi.

5. Henry: Setelah setahun dicap gagal, ditambah problem rumah tangga (perceraian dan hilangnya hak asuh anak), serta cedera punggung, Henry justru menemukan permainan terbaiknya. Meski tampil bukan di posisi andalannya (sayap kiri), Henry mampu unjuk gigi.

6. Cantera: Akademi La Masia kali ini sukses menelurkan Busquets dan Pedro.

7. Grup Solid: Perpecahan yang selama ini muncul di ruang ganti lenyap. Pemain asing, lokal, Catalan, non-Catalan, senior, junior berada sederajat.

8. “Piquenbauer”: Inilah julukan Barcelonistas buat Gerard Pique. Gaya mainnya dianggap sekelas Franz Beckenbauer, lugas namun akurat. Bersama Dani Alves, Puyol, dan Abidal, mereka begitu solid di belakang.

9. Trio DM: Kapan pun dimainkan, Marquez, Yaya Toure, dan Seydou Keita tak pernah membuat lini tengah Barca timpang.

10. Xavi: Jenderal, konduktor, atau playmaker. Xavi selalu menjadi hulu dari setiap serangan yang dibangun Barca. Tempo laga bisa diatur sesuai kemauannya.

11. Iniesta: Penentu kemenangan dalam beberapa kesempatan. Gol ke gawang Chelsea memastikan Barca berlaga di final LC.

12. Messi: Total 37 gol dan 17 assist dalam 50 laga seluruh kompetisi cukup dijadikan acuan. Di samping itu, daya magis saat menggiring bola masih ampuh meninabobokan lawan. (Sapto Haryo Rajasa)





Dibedakan Everest Kembar

Fixture alias jadwal Primera Division La Liga musim 2008/09 ini bisa dibilang unik sekaligus maut. Untuk pertama kalinya, lima klub papan atas yang menghuni zona Liga Champion secara reguler harus bentrok dalam empat laga beruntun. Kuartet duel krusial ini melibatkan Real Madrid, Barcelona, Sevilla, Valencia, dan Villarreal.

Saking beratnya jadwal ini, media Spanyol menganalogikannya sebagai ekspedisi mendaki Everest, puncak tertinggi tak hanya di Pegunungan Himalaya, tapi juga di muka bumi. Berdasarkan pertimbangan matang dapat disimpulkan bahwa klub yang mampu menaklukkan puncak adalah klub yang akan bertahta di pengujung musim.

Barcelona membuktikan kebenaran hipotesis ini. Saat mereka mencaplok empat kemenangan beruntun atas Sevilla, Valencia, Madrid, dan Villarreal dalam Everest I (jornada 13-16), El Real cuma bisa menang dua kali dan kalah dua. Gap poin di klasemen antara Barca dan Madrid pun melebar sampai 12.

Pun di Everest II. Ketika selisih angka sempat terpangkas menjadi empat, Barca melewatinya dengan mencatat dua kemenangan dan dua seri. Madrid? Sekali menang dan tiga kali kalah. (shr)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar