Pada episentrum krisis kepemimpinan yang menimbulkan gempa krisis nasional bersemayam krisis karakter. Usaha kita keluar dari krisis tak bisa mengandalkan sekedar politics as usual, melainkan perlu menempatkan persoalan karakter sebagai pusat ukuran kepemimpinan.
Karakter mencerminkan kepribadian seseorang atau sekelompok orang yang terkait dengan basis moralitas, kekhasan kualitas, serta ketegaran dalam krisis. Ia merupakan jangkar jati diri karena merupakan aspek evaluatif yang menentukan sikap dasar manusia terhadap diri dan dunianya.
Meminjam ungkapan Franklin D Roosevelt, The presidency is preeminently a place of moral leadership. Keberhasilan seorang presiden ditentukan oleh modal moral serta kemampuannya berfungsi efektif dalam suatu budaya yang mencerminkan keragaman dan ketidakpastian moralitas.
Moral dalam arti ini adalah kekuatan dan kualitas komitmen pemimpin dalam memperjuangkan nilai-nilai, keyakinan, tujuan, dan amanat penderitaan rakyat. Kapital di sini bukan sekedar yang secara aktual menggerakkan roda politik. Dengan begitu, yang dikehendaki bukan sekedar kualitas moral individu, tetapi juga kemampuan politik untuk menginvestasikan potensi kebajikan perseorangan ini ke dalam mekanisme politik yang bisa mempengaruhi perilaku rakyat.
Ketiga pasang calon presiden-calon wakil presiden Indonesia saat ini memperlihatkan basis moralitas yang berbeda. Pasangan Megawati Soekarnoputri- Prabowo Subianto menonjol pada moralitas “keadilan”, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono pada moralitas “kebersihan”, dan pasangan Mohammad Jusuf Kalla-Wiranto pada moralitas “pelayanan”.
Tindakan politik
Masalahnya, karena pemimpin politik dituntut menjadikan karakter moralitas rakyatnya, maka basis moralitas itu perlu diterjemahkan kedalam “tindakan politik”.
Hal ini menyangkut kinerja pemimpin dalam menerjemahkan nilai-nilai moraltiasnya ke dalam ukuran-ukuran perilaku, kebijakan, dan keputusan politiknya.
Karena ukuran-ukuran peilaku itu juga masih abstrak, moralitas juga memerlukan “keteladanan”; menyangkut contoh perilaku moral yang konkret dan efektif, yang mengeluarkan kesan otentik dan kepercayaan kepada komunitas politik.
Kemampuan menularkan keteladanan ini pada akhirnya ditentukan oleh kemampuan “komunikasi politik” untuk menyosialisasikan gagasan dan nilai moralitasnya dalam bahasa persuasif efektif yang mampu memperkuat komunikasi solideritas dan moralitas rakyatnya.
Sungguh pun ketiga pasang, lewat bebagai iklan politik, lewat berbagai iklan politik, mulai bisa diidentifikasi basis moralitasnya, publik politik masih meragukan kemampuan mereka menterjemahkkannya ke dalam tindakan politik, keteladanan, dan komunikasi politik yang efektif.
Padahal, pada tiktik konsistensi inilah kesejatian sorang pemimpin diuji, yakni dalam kesatuan antara janji dan perbuatan.
Selain basis moralitas, karakter pemimpin juga ditentukan oleh kualitas khasnya yang membedakan dirinya dari orang lain. Kekhasan ini menjadi titik kesungguhan atau membuat kelemahan menjadi kekuatan, yang pada gilirannya harus diterjemahkan kedalam perbedaan dalam menentukan prioritas nasional.
Ahli kepresidenan, Stephen Hess, menjelaskan, “Ketimbang sebagai chief manager, presiden adalah chief political officer dari sebuah republik.” Sebagai pejabat politik, tanggung jawab utama seorang presiden adalah membuat sejumlah kecil keputusan politik yang amat signifikan, seperti menentukan prioritas nasional, yang diterjemahkan ke dalam anggaran dan proposal legislasi.
Presiden juga dituntut bertindak sistimatis untuk mendefinisikan mandat dan watak kepemimpinannya, selain harus menempatkan orang-orang yang loyal terhadap agendanya dalam posisi-posisi kunci.
Idiologi kerja
Dalam mendefinisikan mandat kepemimpinannya, pertama-tama seorang presiden harus memiliki landasan idiologi kerja berupa seperangkat prinsip dasar sebagai haluan kebijakan. Idiologi kerja ini sudah harus dinyatakan dalam kampanye yang bisa memberikan semacam jangkar nilai dan suar arah kepada publik pemilih. Dalam hal ini, idiologi presiden terkait dengan ideologi partai politik yang mendukungnya. Situasi Indonesia hari ini justru tak menunjukkan kejelasan ke dalam basis idiologi partai dan pembentukan koalisi. Ketidakjelasan basis nilai koalisi bisa membuat presiden terpilih pun tak punya prinsip dasar dan watak yang jelas pula.
Jika ada kejelasan idiologis, sebuah platform bisa diturunkan dengan prioritas yang jelas. Karena presiden tidak bisa mengurus dan menyelesaikan semua urusan pemerintahan, agenda pemerintahan harus jelas dan terbatas dengan arahan yang jelas. Presiden harus menunjukkan fokus dalam mendefinisikan, dan keefektifan dalam mengajar, agenda substantifnya, demi memudahkan mobilisasi sumber daya serta menawarkan sense of direction bagi aparat pemerintahan, publik, dan media. Ambisi menyelesaikan segala masalah sekaligus beresiko menangguk kegagalan di semua ini.
Keberanian menentukan fokus terkait dengan karakter ketiga yang diperlukan seorang pemimpin, yakni ketegaran; kemampuan menghadapi kesulitan, ketidakenakan, dan kegawatan. Seorang pemimpin harus menjadi jangkar keyakinan dalam samudra ketidakpastian dan ketidakpercayaan.
Pemimpin pada masa krisis memerlukan kecepatan dan ketepatan untuk membidik jantung krisis. Untuk itu perlu keberanian menentukan pilihan dan menghadapi pihak-pihak antiperubahan. Namun, ada resiko besar bagi presiden yang terlalu berhati-hati mencari jalan aman; peluang lewat, momentum lenyap, sinisme menguat.
Dengan prasyarat karakter yang diperlukan, publik bisa menilai pasangan mana yang mendekati tipe ideal yang diidamkan.
Selanjutnya terserah Anda!
Transference. Penularan.
Ada riset menarik tentang minuman 7up. Diminta sekelompok orang mencoba rasa dari 1 tipe 7up baru, dan membandingkan dengan 7up classic nya. Kaleng 7up baru itu lebih banyak warna kuningnya, sambil mempertahankan type designya.
Ternyata orang2 banyak yang mengatakan 7up baru lebih banyak rasa sitrusnya. Walau sebenarnya kedua 7up itu isinya sama. Orang terpengaruh dengan kaleng yang lebih kuning, seolah2 lebih banyak sitrusnya.
Apa yang dilihat orang, menular pada rasanya.
Definisi resmi transference adalah: unconscious redirection of feelings for one thing to another.
Sebuah penularan perasaan akan sesuatu kepada hal lain yang tidak berhubungan dengan hal itu.
Kenapa kita memandang idola kita dan menanyakan apa pilihan presiden nya dalam pemilu nanti? Kita sadar dia penyanyi dan tidak punya kapabilitas apapun dalam mengambil keputusan tentang politik, kita pun tetap ingin tahu, bahkan sering meniru dia. Kekaguman menular pada pemilihan calon.
Permen japang, bungkusnya cantik sekali, dan tanpa terasa kita merasa isinya lebih “enak” atau setidaknya lebih “layak” makan, tanpa terasa indahnya bungkus menular pada rasa.
Tas LV yang mahal mambuat kita respek kepada pemakainya. Pakaian yang bagus menunjukkan kepribadian orang nya. Bahkan pembantu diberi pakaian suster menciptakan citra lebih baik.
Orang yang lebih tampan, lebih gagah, lebih tinggi dianggap lebih kompeten dalam memimpin perusahaan, dan ada data menunjukkan gajih seorang CEO dunia punya korelasi terhadap tingginya postur tubuhnya.
Semua itu karena efek penularan, efek ‘transference” yang terjadi pada satu hal ke yang lainnya, walau sering tidak saling berhubungan sebenarnya.
Nah, fenomena ini sering terjadi pada kehidupan kita, kita haru secara kritis mengkaji ulang setiap pendapat terutama pada korelasi yang seharusnya tidak ada.
Sebaliknya hal ini dapat pula dimanfaatkan pada marketer untuk menciptakan dan meninggikan image produk. Untuk menciptakan image pribadi, untuk mempengaruhi orang, untuk kampanye?
Salam sukses selalu.
Memperkaya Calcio
Orang bijak berkata selalu ada hikmah di balik sebuah peristiwa. Nah, inilah yang dialami Marcello Lippi.
Saat yang lain khawatir sepak bola Italia bakal melemah pascakepergian Ricardo Kaka ke Real Madrid dan ada kemungkinan diikuti Zlatan Ibrahimovic ke Barcelona, Lippi malah menganggap ini sebagai peluang bagus. Bagaimana bisa?
“Ini akan membuat banyak pemuda negeri ini menghuni starting eleven di level klub. Anggap saja kondisi tersebut membantu pekerjaan saya sebagai pelatih tim nasional,” ujarnya di Sky Italia.
Meski sudut pandang pernyataan itu diucapkan sebagai nakhoda Lo Nazionale, allenatore berusia 61 tahun itu tampak khawatir dengan minimnya kesempatan pemain homegrown memperlihatkan kebisaannya di tanah sendiri.
Kondisi ini tentu bertolak belakang dengan politik Lippi, yang ingin meregenerasi skuad Azzurri. Sayang, karena tuntutan prestasi, banyak tim yang kerap menomorduakan sisi ini.
“Saya tidak akan memberikan nasihat apa pun pada klub jika sudah berurusan dengan bursa transfer karena memang bukan hak saya. Tapi, sungguh, semakin banyaknya pemain lokal dalam kompetisi akan memperkaya calcio,” paparnya.
Well, seperti doa yang mujarab, belakangan ini sejumlah Italiano yang mengadu nasib di beberapa negara Eropa, khususnya yang berstatus tim nasional, beriringan kembali ke Italia.
Fabio Cannavaro sebagai pembuka jalan telah berkostum Juventus. Morgan De Sanctis (Galatasaray) hampir pasti bergabung dengan Napoli. Luca Toni, yang kabarnya sudah tidak dibutuhkan Louis van Gaal di Muenchen, menjadi incaran AS Roma dan Milan.
Nama Andrea Dossena (Liverpool) juga tengah didekati Juventus dan Genoa. Sementara itu, Giuseppe Rossi (Villarreal) diincar Inter dan Genoa.
"Saya hanya bisa memastikan kembali merumput di Italia merupakan salah satu mimpi saya," tutur Rossi pada tuttomercatoweb.it. (gun)
--
Transfer Kaka ke Real Madrid
Pasti Menguntungkan!
Presiden Real Madrid, Florentino Perez, kembali menunjukkan kepiawaian dalam berbisnis. Keberaniannya mengeluarkan dana hingga 65 juta euro, setara 913 miliar rupiah, demi menggaet Kaka belum tentu bisa menambah koleksi gelar El Real. Tapi, kedatangan eks bintang AC Milan itu dipastikan bakal mendongkrak pemasukan klub.
Kaka, pasti menguntungkan dalam segi finansial. (Foto: AFP)
Berdasarkan estimasi yang disusun Weber Shandwick Sport, Madrid akan meraup tidak kurang dari 70 juta euro (988,9 miliar rupiah) per tahun dari penjualan merchandise Kaka. Jumlah tersebut bisa berlipat ganda andai Los Merengues juga berhasil merekrut gelandang Manchester United, Cristiano Ronaldo.
Pendapat perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran olah raga itu juga didukung Direktur Pusat Bisnis Olah Raga Universitas Coventry, Simon Chadwick.
“Kaka dan Cristiano Ronaldo berada dalam kategori yang sama dengan David Beckham jika menyinggung dampak komersialisasi secara global. Bahkan jika Madrid membeli satu atau dua pemain bintang lagi, fokus akan tetap tertuju kepada talenta dan citra mereka,” tutur Chadwick kepada Bloomberg.
Pada enam bulan pertamanya bersama Madrid, Beckham “menjual” satu juta kaus. Padahal saat itu ia hanyalah satu dari sederet bintang yang mengenakan kostum putih Madrid seperti Zinedine Zidane, Raul, serta Ronaldo.
Bila dipukul rata kaus Madrid bernama Beckham seharga 89 euro, El Real mengantongi 89 juta euro dalam enam bulan pertama kehadiran Becks di Bernabeu. Itu hanya dari penjualan jersey!
Bukan tidak mungkin fenomena serupa juga dialami Kaka, yang kariernya tengah berada di puncak. “Keuntungan dari popularitas Kaka bahkan bisa menutupi biaya transfer dan paket gaji yang begitu besar,” ucap Chadwick.
Termahal Kedua
Faktanya Perez memang dikenal sebagai pemburu bintang nan ulung. Ketika berkuasa di Madrid dari 2000 hingga 2006, pebisnis di bidang konstruksi bangunan tersebut mampu merekrut sejumlah nama-nama ngetop mulai dari Zidane (2001), Ronaldo (2002), Beckham (2003), Michael Owen (2004), dan Robinho (2005). Ia melahirkan klub berjuluk Los Galacticos
Kini Perez mencoba mengulang kembali sukses tersebut dengan menggaet Kaka, walau banyak yang menyangsikan langkah ini bakal membuahkan hasil positif di lapangan hijau. Kaka sendiri mengaku sempat enggan meninggalkan San Siro.
“Saya ingin bertahan di Milan. Tapi, krisis keuangan dunia memengaruhi banyak klub, termasuk Milan,” ucap Kaka, yang berstatus sebagai pemain termahal kedua setelah Zidane, yang dibeli dari Juventus seharga 76 juta euro (1,1 triliun rupiah)
“Di sisi lain, tantangan bersama Madrid sangat luar biasa. Saya berusia 27 tahun dan telah meraih segalanya sebagai seorang pemain. Saya akan bergabung dengan Madrid sebagai salah satu pemain terbaik di dunia, tetapi belum menghasilkan apa-apa bersama klub tersebut. Ini akan menjadi motivasi baru saya,” kata pemain yang menandatangani kontrak enam tahun bersama Madrid ini. (Wieta Rachmatia)
Kaka From Zero to Hero
1982
Pada 22 April, Kaka lahir di Brasilia, Brasil. Pencari bakat Sao Paulo melihat talenta bocah bernama lengkap Ricardo Izecson dos Santos Leite itu saat tampil di turnamen lokal bersama tim junior Alphaville. Saat itu usianya baru delapan tahun.
1997
Kaka menandatangani kontrak bersama tim junior Sao Paulo pada usia 15 tahun. Pada usia yang sama, kariernya sempat terancam hancur gara-gara kecelakaan di kolam renang. Kaka mengalami retak pada tulang belakang dan nyaris lumpuh.
Anehnya dia bisa pulih. Sejak saat itu, Kaka lebih dekat dengan Tuhan dan menyumbangkan sebagian pendapatannya kepada gereja.
2001
Melakukan debut bersama tim senior Sao Paulo pada 2 Februari. Namanya meroket setelah mencetak dua gol di final Torneio Rio-Sao Paulo melawan Botafogo pada 7 Maret.
2002
Untuk pertama kali Kaka dipanggil ke timnas Brasil. Ia melakukan debut dalam laga uji coba versus Bolivia pada 31 Januari. Kaka juga memperkuat Tim Samba saat menjuarai Piala Dunia 2002, tetapi hanya merumput 25 menit ketika melawan Kosta Rika.
2003
Bersama Sao Paulo, Kaka mencetak 23 gol dalam 58 penampilan. Prestasi inilah yang membuat AC Milan tidak ragu merogoh kocek hingga 8 juta euro guna memboyong Kaka ke San Siro.
Pada musim perdananya, Kaka menorehkan sepuluh gol dalam 30 partai. Milan pun sukses menyabet gelar scudetto.
2004
Popularitas Kaka semakin menanjak. Ia terpilih sebagai Pemain Asing Terbaik Serie A (2004, 2006, 2007) dan Pemain Terbaik Serie A (2004, 2007).
2005
Milan gagal mengangkat trofi Liga Champion 2004/05 setelah kalah dari Liverpool. Tapi, Kaka terpilih sebagai gelandang terbaik sepanjang turnamen.
Pada 23 Desember, Kaka menikah dengan Caroline Celico. Keduanya mengaku tidak pernah berhubungan seksual sebelum menjadi suami-istri.
2006
Kaka membukukan hattrick pertama bagi I Rossoneri di Serie A pada 9 April 2006 dalam duel melawan Chievo.
2007
Kaka sukses mengantarkan Milan merengkuh gelar juara Liga Champion, Piala Super Eropa, plus Piala Dunia Klub. Ia juga terpilih sebagai penerima penghargaan Ballon d’Or dan Pemain Terbaik Dunia 2007.
2008
Pada 13 Januari, Manchester City menyodorkan tawaran lebih dari 100 juta pound guna memboyong Kaka. Direktur Milan, Umberto Gandini, menyatakan siap melepas sang megabintang asalkan pihak Man. City sudah mencapai kata sepakat dengan Kaka.
Namun, Kaka mengaku enggan meninggalkan San Siro dan berniat gantung sepatu bersama Milan. Pada 19 Januari, The Citizen resmi menghentikan usaha mereka meminang Kaka.
Pada 10 Juni, Kaka resmi menjadi seorang ayah. Sang istri melahirkan anak pertama di Sao Paulo yang diberi nama Luca Celico Leita.
2009
Pada 3 Juni, Football Italia melaporkan Presiden Real Madrid, Florentino Perez, telah menawarkan 68,5 juta pound guna membeli Kaka. Lima hari kemudian Kaka menandatangani kontrak selama enam tahun bersama El Real. Wakil Presiden Milan, Adriano Galliani, mengaku pihaknya menerima 65 juta euro dari penjualan Kaka ke Madrid. (wta)
--
Arsene Wenger
Ilmuwan dan Motivator
Gelar sarjana di bidang engineering (rekayasa) dan juga gelar master di bidang ekonomitampak melatarbelakangi kecintaan Arsene Wenger pada data statistik . Wajar ia sangat percaya pada pendekatan ilmiah dalam mencari serta membentuk pemain didikannya.
Arsene Wenger, ingin membagikan ilmunya buat dunia sepak bola. (Foto: Sapto Haryo Rajasa/BOLA)
Menurut lelaki kelahiran Strasbourg, Prancis, itu, kepantasan seorang pemain untuk masuk dalam skuad Arsenal yang ia pimpintak bisa diukur hanya dari bisikan para pemandu bakat. Harus ada sokongan angka-angka konkret yang bisa dijadikan sebagai acuan baku.
Berangkat dari sinilah Wenger memunculkan ide guna mengukur kualitas setiap pemain secara detil. Ia jadi lebihpaham bahwa terjadinya gol bukan semata kecakapan si pencetak, tapi bisa jadi akibat kesalahan si penjaga gawang. Umpan yang tak sampai pun bisaterjadi karenabek yang andal, bukan lantaran tendangan atau operan yang lemah.
Perhitungan tersendiri juga mampu menganalisis sejauh mana fisik pemain memiliki kontribusiatas kemajuan bakatnya. Jika masuk kategori belum memuaskan, analisis komprehensif bakal memandunya sehingga catatan buruk bisa membaik di setiap kesempatan.
Bekerja sama dengan Castrol, pemikiran pribadi Wenger ini dihibahkan pada dunia sepak bola. Teknologi tinggi perusahaan yang telah lebih dari 100 tahun memproduksi minyak pelumas mesin inimemungkinkan ilmu penting tersebut tertuang ke dalam Castrol Player’s Performance Index (CPI).
Sebagai penggagas ide sekaligus duta besar Castrol, Selasa (9/6) Wenger hadir di Kuala Lumpur, Malaysia, untuk memaparkan gagasan soal peningkatan kualitas pemain. Ia memberikan contoh langsung tatkala melakoni coaching clinic buat Tim Harimau Muda, skuad timnas U-19 Malaysia.
Seusai peluncuran CPI di Dataran Merdeka, Monsieur Wenger kemudian menyapa para jurnalis. Selain asal Australia, Singapura, Thailand, Vietnam, Inggris, tentunya Indonesia. Ia tampak begitu santai, tak seperti ketika memimpin The Gunners dari pinggir lapangan.
Berikut petikan wawancara eksklusif Wenger dengan BOLA:
Sejauh mana Anda memakai CPI dalam menentukan pemain yang akan direkrutatau pemain yang akan tampil di starting line-up bagi Arsenal?
Hampir selalu. Akurasi data ini bisa dipertanggungjawabkan. Saya jadi tahu persis berapa kali pemain mengirim umpan. Dari umpannya juga bisa diketahui berapa yang sampai tepat sasaran. Harus diingat pula bahwa bola yang dikirim memiliki tingkat kesulitan berbeda. Bola yang diumpan di wilayah pertahanan jelas lebih mudah ketimbang bola di wilayah lawan. Semakin mendekati gawang lawan, semakin pendek waktu pemain untuk berpikir.Karena itu kredit lebih tentu pantas diberikan kepada pemain yang berhasil mengumpan secara akurat di dalam kotak penalti lawan.
Menurut Anda, berapa usia krusial pemain dalam membangun kualitas tekniknya?
Antara 8 sampai 12 tahun. Jika tidak memulai di usia ini, kualitas teknik seorang pemain tak akan optimal. Saat memilih pemain Arsenal, saya melihat faktor usia ini. Mereka harus mempunyai kualitas, bakat, intele gensia, dan teknik, selain fisik serta motivasi besar.
Usia emas pemain profesional?
Antara 23 hingga 29. Inilah masa terbaik pemain. Namun, ia harus berkompetisi secara regul er sejak usia 17-18. Setelah itu ia akan mencapai usia matang. Masing-masing pemain berbeda. Ada yang matang di usia 20, 21, atau 22 tahun.
Anda terlihat begitu piawai dalam memotivasi pemain muda di Arsenal. Apa kuncinya?
Saya justru meminta mereka untuk memasang target pribadi. Pertama-tama target tersebut harus diselaraskan, lalu kemudian diatur sedemikian rupa agar ia bisa siap guna menjadi pemain yang lebih baik dari segala sisi. Pada dasarnya, setiap pemain ingin menjadi bintang. Tinggal bagaiman akita berbicara kepada mereka untuk memaksimalkan potensinya.
Indonesia memiliki lebih dari 200 juta penduduk. Banyak di antaranya menggemari Arsenal. Tak ada niat untuk datang ke Indonesia?
Keinginan itu ada, tapi tampaknya tidak dalam waktu dekat. Saya ingin memberi istirahat panjang buat pemain sebelum memulai musim baru. Kompetisi padat di Premier League menyulitkan pemain beristirahat ,apalagi jika ada Piala Dunia.
Anda mengatakan bahwa untuk menjuarai liga, Arsenal harus melakukan start baik. Dua musim lalu start Arsenal luar biasa, tapi tetap gagal. Bisa jelaskan?
Pada musim itu kami mengalami masalah cedera yang sangat pelik. KhususnyaEduardo. Pemain belakang juga satu per satu terlilit cedera. Ini faktor yang sulit dihindari. Tapi ,setidaknyastart bagus tetap krusial buat perjalanan tim.
Apakah faktor cedera ini akan mengubah kebijakan transfer Anda di musim dingin?
Tidak. Saya tetap berprinsip tidak berbelanja pada winter transfer. Faktor penyesuaian akan sulit dilakukan jika ada pemain baru yang masuk. Saya memilih memakai pemain yang ada.
Filosofi yang Anda bangun di Arsenal mirip dengan milik Barcelona. Anda percaya pemain muda, teknik permainan juga nyaris sama. Menurut pendapat pribadi Anda sebagai fan sepak bola, apa yang membedakan hasil akhirnya?
Segala upaya telah dilakukan untuk membangun tim yang bagus. Permainan juga sudah dimainkan sesuai instruksi. Tapi ,di dalam lapangan, hasil akhir sering tidak sesuai dengan keinginan. (Sapto Haryo Rajasa)
Selasa, 23 Juni 2009
Prasyarat Karakter Kepresidenan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar