Jumat, 26 Juni 2009

Pengahargaan atas Kerja Keras dan Keuletan




Tak terbayang bagi Febritrianto, ia bakal menjadi Wirausaha Muda Terbaik 2008-2009 dalam Dji Sam Soe Award yang diumumkan di Jakarta, Jumat (17/4) malam. Pengakuan atas dedikasi keuletan, konsistensi, dan kerja keras mengantar pengusaha muda berusia 27 tahun uni ke puncak penghargaan.

Febritrianto (27) bergerak di bidang pengolahan singkong menjadi makanan ringan, seperti tela-tela dan nugget tela. Sementara, penghargaan Wira UKM Terbaik di raih Mohammad Baedowy yang bergerak di bidang usaha sampah daur ulang.

Inilah pertama kali PT HM Sampoerna Tbk menggelar kategori wirausaha muda terbaik. Kategori ini dikhususkan untuk pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) berusia 20-35 tahun. Selama empat tahun ajang penghargaan tahunan ini dila kiikan hanya memberikan peng hargaan untuk wirausaha keel dan menengah terbaik berusia di atas 35 tahun.

Febritrianto yang menyisihkan 30 wirausaha muda yang lolos seleksi tahap pertama mengatakan, “Saya tidak menyangka meraih penghargaan ini. Sebetulnya ada begitu banyak yang belum diungkapkan dari hasil kerja saya kepada dewan juri”.

Awalnya Febri, begitu biasa dipanggil, hanya berjualan voucer handphone dan membuka rental komputer. Tetapi, usahanya tidak berhasil. Bahkan, karena utang yang menumpuk di bank, rumah yang menjadi jaminan hampir disita. Dia pun berpikir untuk membuat usaha yang lebih prospektif.

Ketika itu, di Yogyakarta ada makanan ringan bernama ketela keju. Namun, bentuknya yang berupa ketela utuh dan berukuran besar membuat tidak praktis. Febri bersama ketiga saudaranya punya ide memoditikasi ketela menjadi berukuran Iebih simpel dan praktis sehingga mudah dibawa pembeli.

Untuk mendapatkan modal awal, Febri dan ketiga saudaranya mengajukan kredit ke bank dan melihat siapa yang kredit nya disetujui perbankan. Akhirnya, salah satunya disetujui dengan pinjaman Rp 3,5 juta yang digabungkan untuk membuat gerobak dan keperluan lainnya.

Pertama kali berjualan, Febri berjualan di depan Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan mendapat respons bagus. Tetapi, kendalanya adalah larangan berjualan di depan kampus. Akhirnya, dengan penuh percaya diri akan datangnya peminat, Febri berjualan di depan rumahnya sendiri. Pelanggannya adalah para mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang kos di dekat situ:

Kegigihan memasarkan merupakan salah satu kunci kesuksesannya. Dia pun mengikuti Atmajaya Expo dan mendapat respons yang lebih bagus lagi. Akhirnya, seorang pengusaha memberikan bantuan modal untuk usaha ini.

Karena produk yang dihasilkan merupakan produk baru, penjualannya pun semakin meningkat. Bahkan, banyaknya permintaan harus membuka Cabang di berbagai daerah. Pertengahan tahun 2006, Ferbi mulai membuat system franchise atau waralaba untuk usaha ini. Hingga juni, sudah ada 1.600 franchise di seluruh Indonesia.

Tela-tela tidak hanya memiliki satu jenis produk dengan nama tela-tela itu sendiri. Hingga saat ini, jenis produknya antara lain singkong gaul, nugget tela, kentang, dan tela cordon bleu. Semuanya disajikan dengan berbagai rasa, seperti keju, jagung bakar, pedas manis, barbercue atau campuran.

Rata-rata omzet yang diperoleh setiap gerai sebesar Rp 2,5 juta per bulan. Itu berarti, total omzet 1.600 gerai bisa mencapai Rp 24 miliar per tahun.

Lain halnya dengan Baedowy yang menyisihkan 90 wira UKM pada tahap pertama. Menurut dia, perjalanan sembilan tahun sesungguhnya belum apa-apa. Melatih seluruh warga di Tanah Air dengan alat bantu mengolah sampah menjadi biji plastik bukanlah pekerjaan mudah.

“Untuk menjadi sukses, ternyata dibutuhkan kegilaan. Sampah bukanlah menjadi masalah, tetapi membawa berkah.” kata Baedowy. Sejak diselenggarakan penghargaan ini tahun 2005, sebanyak 5.107 UKM di seluruh Indonesia telah ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi ini yang terdiri dan 3.320 wira UKM dan 1787 wirausaha muda yang merupakan kategori baru Dji Sam Soe Award 2008-2009.

Penghargaan ini dipandang bergengsi, mengingat enam pemerhati UKM dan pakar bisnis di bidang usaha dilibatkan menjadi juri kehormatan, yaitu Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kemenneg Koperasi dan UKM Choirul Djanihari, akademisi Prof. Dr. Jr. Mangara Tambunan, Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia yang juga Presiden Direktur PT Nyonya Mener Charles Saerang, pemiik Kemchick Bob Sadino dan pengusaha muda Sandiaga Uno. Penghargaan kali ini bertema “Berani Maju Menuju Kesempunnaan”.

Sandiaga memandang, wirausaha muda yang tampil dalam ajang penghargaan ini betul-betul memiliki kompetensi kuat. Dibandingkan wirausaha muda negara lain, wirausaha Indonesia sesungguhnya tidaklah kalah.

Menteri Negara Urusan Koperasi dan UKM Suryadharma Ali dalam sambutannya mengatakan, penyelenggaraan Dji Sam Soe Award ini dapat berfungsi sebagai media untuk mengembangkan wacana pemberdayaan UKM. Melalui kompetensi semacam ini, sering mengemuka gagasan yang kreatif, kritis, dan sehat. Selain itu juga menciptakan jaringan usaha di antara para pelaku usaha.

Menurut Suryadharma, karakteristik yang dibutuhkan UKM adalah kemampuan memanfaatkan peluang bisnis, keberanian mengambil risiko, dan terbiasa jatuh bangun menghadapi persaingan.

Lebih dahsyat lagi, lanjut Suryadharma, para peserta umumnya secara unik memanfaatkan bahan-bahan baku yang semula bernilai ekonomi rendah, tetapi dengan kreasi, inovasi, dan sentuhan teknologi tinggi, bahan-bahan tersebut di ubah menjadi produk bernilai dan bercita rasa tinggi serta di terima baik oleh konsumen sehingga tidak lagi sulit mengembangkan pasar.

Bisnis yang dijalani juga bukanlah bisnis bersifat cepat menghasilkan dan dengan serara keuntungan dapat dinikmati. Diperlukan ketekunan, keuletan, kedisiplinan, dan konsistensi.

“Kalau semangat dan mentalitas kewirausahaan dapat tersebar, mewabah, dan menjankiti para UKM, tujuan kita menciptakan lapangan kerja, memerangi jumlah penganggur, dan menekan kemiskinan secara signifikan dapat terwujud,” ajar Suryadharma.

Kita tentu tidak ingin terus-menerus menyaksikan para pemuda berdesak-desakan, berbondong-bondong antre dalam bursa kesempatan kerja yang jumlahnya memang terbatas. Karena itu, dibutuhkan semangat menumbuhkan suasana dan langkah konkret untuk memfalitasi generasi muda menjadi wirausaha. (OSA)

210_Wirausaha_Muda_Award

------

Ispirasi Karya Kreatif di Inacraft 2009

“Selama ini usaha kecil mampu membuktikan dirinya tangguh. Karenanya layak dijuluki “jaring pengaman sosial” berkat kontribusinya yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Jasanya cukup nyata dalam menciptakan lapangan pekerjaan, bahkan dalam kondisi krisis sekali pun.

Itulah mengapa usaha kecil patut didukung agar semakin maju. Kesempatan perlindungan dan pengembangan yang seluas-luasnya layak diberikan. Beberapa kendala seperti minimnya modal, ketrampilan manajemen, serta masalah mental diharapkan teratasi memlalui sinergi terpadu berbagai pihak, baik pemerintah, perbankkan maupun kalangan swasta.”

Inacraft 2009

“Berbagai expo/pameran, baik di dalam maupun diluar negeri merupakan bagian penting dari promosi dan pengembangan pasar dan produk. Pameran Inacraft diharapkan bermanfaat bagi usaha kecil serta perekonomian nasional secara keseluruhan melalui ketekunan dan kemandirian sektor industri yang diimbangi dengan kemampuan berinovasi, kreativitas, penguasaan wawasan, dan penerapan teknologi informasi yang optimal.

Pameran yang digelar setiap tahun ini berlangsung 22-26 April 2009 di Jakarta Convention Center. Inacraft diikuti oleh produsen dan eksportir produk kerajinan UKM dari seluruh Indonesia dan beberapa dari Luar negeri.” [VAL] ** BNI’46, melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa.

------

Bebaskan Mereka Berkreasi

Selasa, 21 April 2009 | 03:24 WIB

Oleh : YUNI IKAWATI

Kreativitas tercipta ketika muncul tantangan. Namun, ide cemerlang dari para cendekia yang brilian sering tumbuh dalam suasana yang tidak terlalu mengekang. Untuk menghasilkan generasi yang kreatif itu, pemerintah dan guru memegang peranan yang penting.

Itulah inti dari perbincangan lima perempuan ilmuwan penerima Laureates Award tahun 2009 dengan Ahmed H Zewail, peraih Nobel Bidang Kimia tahun 1999, di Paris, Perancis, awal Maret (5/3) lalu.

Para perempuan itu adalah Tebello Nyokong, fisikawan dari Afrika Selatan; pakar ilmu material, Akiko Kobayashi; ahli kimia asal Rusia yang menetap di Kanada, Eugenia Kumacheva; dan fisikawan Inggris, Athene M Donald, serta astronom dari Brasil, Beatriz Barbuy.

Meski menggeluti disiplin ilmu berbeda-beda, mereka memegang komitmen yang sama kuat hingga menerobos kendala yang menghalangi di sekitarnya.

”Sains bukanlah hal yang mudah dan memerlukan komitmen kuat,” ucap Eugenia yang mengembangkan material baru untuk berbagai aplikasi. Apa nasihatnya bagi wanita muda yang ingin mengikuti jejaknya? Hal pertama yang harus ditanyakan kepada diri sendiri adalah seberapa pentingnya ilmu itu sebelum siap berkompromi. ”Saya katakan, saya dapat berhasil dikeduanya — di bidang ilmu dan bahagia dalam kehidupan pribadi,” ujar ibu dari dua anak yang telah dewasa ini.

Eugenia yang menjadi profesor di Universitas Toronto itu mengakui, seorang perempuan ilmuwan lebih banyak berkorban karena harus menyeimbangkan dengan tanggung jawab pada keluarga.

Bagi Akiko — perancang metal organik untuk peralatan elektronik — pilihan menjadi ilmuwan tidak terkendala karena dorongan ayahnya, seorang fisikawan. Akiko, guru besar dari Nihon University, memang beruntung mendapat suami yang toleran.

Namun tak demikian bagi perempuan Jepang lainnya. Mereka menghadapi dominasi pria yang umumnya tak menginginkan kaum perempuan keluar dari urusan domestik. Di Jepang tak banyak panutan perempuan ilmuwan sehingga tak banyak wanita muda mau jadi ilmuwan.

Memajukan kaum perempuan di bidang penelitian ilmiah itu merupakan sasaran UNESCO dan L’Oreal Foundation. Mereka menggelar ajang pemberian penghargaan kepada para perempuan ilmuwan senior dan memberi dana hibah penelitian di bidang lPA dan ilmu kehidupan bagi perempuan muda di seluruh dunia sejak 10 tahun lalu.

Ahmed juga melihat perlunya model panutan, terutama guru, yang mampu memperkenalkan ilmu dengan baik kepada muridnya juga pada anak usia dini.

Athene — guru besar Fisika Eksperimen di Universitas Cambridge — yang mengembangkan sistem deteksi untuk material fisika yang halus, memutuskan akan menjadi fisikawan pada usia 13 — karena gurunya telah menunjukkan fisika dengan cara menyenangkan. Dia didukung ibu dan suaminya yang menjadi mentornya.

”Usia dini memang menentukan bagi seseorang memilih jalan hidupnya,” ujar Tebello, ilmuwan asal Lesotho yang mengembangkan fototerapi untuk kasus kanker. Cita-cita Tebello — guru besar di Rhodes University Grahamstown Afsel — adalah mendorong lebih banyak pelajar memilih bidang sains. Masa kecilnya terbagi antara bersekolah dan menggembalakan biri-biri. Berkat dorongan sang ayah dia menjadi ilmuwan terkemuka.

”Pada masa kecilku, aku sering memanjat pohon plum kuning hingga ke cabang yang tertinggi, berkontemplasi di sana sambil memandang langit hingga sebelum makan malam tiba. Koneksiku dengan astronomi mungkin telah dimulai di sana,” ujar Barbuy yang meneliti komposisi kimiawi bintang untuk mengetahui evolusi galaksi.

Peran pemerintah

Dunia riset di suatu negara dapat berkembang karena banyak faktor. Namun yang paling berpengaruh adalah pemerintah yang mendorong kegiatan ilmiah di semua disiplin ilmu dan menjadikannya sebagai jalan hidup masyarakatnya, lontar Zewail yang kini menjadi Direktur Pusat Fisika Biologi di California Institute of Technology.

Pendapat Ahmed yang juga Ketua Dewan Juri L’Oreal-UNESCO Awards for Women in Science 2009 bidang ilmu fisika itu berdasar temuan tim L’Oreal-UNESCO tentang persepsi pemerintah dan masyarakat terhadap ilmu dan karier ilmiah. Penelitian itu dilakukan L’Oreal Foundation di Inggris, Perancis, Italia, Jerman, Spanyol, AS, Meksiko, China, Dubai, dan Afsel.

Carole Muller, yang terkait dalam survei, mengatakan, dari 10.000 responden di 10 negara itu 84 persen berpendapat ilmu dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Sekitar 57 persen responden berpendapat ilmu dapat menginspirasi dan hanya 38 persen menganggapnya hal yang sulit.

Hibah penelitian

Pada UNESCO-L’Oreal Fellowships 2009 terpilih 15 peneliti bidang ilmu kehidupan (life science) dari lima kawasan di dunia, yaitu Lebanon, Mauritania, Suriah, China, Malaysia, Pakistan, Jerman, Irlandia, Serbia, Argentina, Meksiko, Peru, Mauritius, Afsel, dan Tanzania.

Program yang telah berjalan 10 tahun ini memilih 135 perempuan peneliti dari 71 negara, di antaranya diberikan kepada tiga peneliti Indonesia, yaitu Ines Atmosukarto (2004), Made Tri Ari Penia Kresnowati, pengajar teknik kimia di ITB (2008), Fenny M Dwivany.

Julia Hasler, Program Specialist Division of Basic and Engineering Sciences Natural Science Sector UNESCO dalam sambutannya pada penyerahan The UNESCO-L’Oreal Fellowships 2009, mengatakan, penerima penghargaan akan menerima dana riset maksimum 40.000 dollar AS untuk dua tahun — 10 tahun sebelumnya jumlahnya 10.000 dollar AS. Jumlah peneliti penerima penghargaan dari 10 orang dijadikan 15 orang.

Penghargaan ini diberikan kepada peneliti pada program doktor dan pasca-doktor yang risetnya menjanjikan hasil yang bisa membantu pemecahan masalah di negaranya. ”Hasil penelitian mereka harus relevan, realistik, reasonable, feasible, dan berguna bagi negaranya,” ujarnya.

--

Pesan untuk Para Kandidat

Senin, 20 April 2009 | 02:57 WIB

Perhelatan demokrasi terbesar telah menghasilkan bayangan kepemimpinan nasional lima tahun mendatang. Belum bisa dipastikan pasangan presiden dan wakil presiden yang akan bertarung pada Juli, tetapi upaya koalisi yang sedang gencar menarik diamati karena sedikit banyak akan berpengaruh pada pembangunan ekonomi nasional lima tahun ke depan.

Apabila platform ekonomi partai politik besar dibandingkan, sebenarnya tidak banyak perbedaan yang bisa menjadi acuan. Praktis semua partai politik, demikian pula kandidat presiden-wakil presiden nantinya, menginginkan perekonomian Indonesia yang lebih baik, tumbuh lebih cepat, dan lebih menyejahterakan rakyat.

Perbedaan sedikit muncul pada cara parpol atau kandidat presiden mencapai cita- cita perekonomian nasional yang lebih baik tersebut. Ada yang menekankan pada perlunya melanjutkan kebijakan yang ada. Ada yang menekankan pada perlunya pemihakan kepada rakyat kecil dan pedesaan. Dan, ada pula yang memprioritaskan kedaulatan ekonomi nasional.

Apa pun perbedaan tujuan atau cara mencapai tujuan itu, satu hal yang seharusnya menjadi pijakan dasar para kandidat yang akan bersaing menjadi presiden RI adalah bagaimana mengoptimalkan potensi ekonomi yang ada. Pertanyaan ini sepertinya tidak baru lagi, tetapi harus diakui dalam era demokrasi dan desentralisasi saat ini menjadi lebih sulit bagi pimpinan negara untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Sangat dimengerti apabila koalisi yang sedang berproses tidak hanya sekadar mencari batas minimum untuk mengajukan kandidat, tetapi juga menjaga kelancaran pemerintahan lima tahun ke depan dalam konteks hubungan pemerintah dan DPR. Bahkan, dalam rangka optimalisasi potensi ekonomi tersebut, akan lebih baik apabila koalisi yang nantinya dibentuk selain bersifat permanen dan mengikat, juga memerhatikan peta politik di daerah yang dalam era desentralisasi ini mempunyai otonomi membuat kebijakan ekonomi lokal.

Pertanyaan yang muncul adalah potensi apakah yang harus dioptimalkan. Status sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia, negara demokrasi terbesar ketiga, serta negara Muslim terbesar harus dilihat sebagai berkah dan bukan sebagai beban. Perkembangan ekonomi saat ini menegaskan bahwa size does matter atau dengan kata lain potensi kekuatan ekonomi dunia di masa depan ada pada perekonomian dengan jumlah penduduk besar dan wilayah luas.

Fenomena BRIC (Brasil, Rusia, India, dan China) menegaskan tren tersebut. Penduduk yang mungkin selama ini menjadi beban harus dilihat sebagai kekuatan yang membuat ekonomi lebih tahan guncangan. Krisis saat ini membuktikan bahwa kekuatan ekonomi domestik menjadi basis bagi Indonesia meredam dampak krisis.

Indonesia mengalami bonus demografi yang cukup panjang, ditandai oleh kian banyaknya penduduk usia produktif yang siap mengisi pasar kerja. Padahal, beberapa negara Asia, seperti China, Jepang, dan Korea, mengalami ketidakseimbangan, di mana penduduk usia lanjut menjadi beban penduduk usia produktif.

Berkaitan dengan penduduk, besarnya produk domestik bruto Indonesia yang masuk 20 besar dunia, kelima terbesar di Asia, terbesar di Asia Tenggara, dan ketiga terbesar di negara Muslim adalah modal yang luar biasa untuk terus bertumbuh menjadi kekuatan ekonomi dunia. Paling tidak, lima tahun ke depan Indonesia berpotensi masuk 15 besar dunia.

Perkiraan tersebut tentunya ditunjang kenyataan bahwa Indonesia adalah satu dari sangat sedikit negara di dunia yang menjadi produsen utama dunia untuk berbagai komoditas perkebunan dan pertambangan.

Meskipun berlokasi di ring of fire, tidak ada keraguan bahwa Indonesia diberkahi kekayaan sumber daya alam yang besar. Selama pemerintah bisa mengelola kekayaan tersebut dengan baik sekaligus berkelanjutan, bukan mustahil jalan menjadi negara maju sebenarnya sudah di depan mata.

Di balik segala potensi tadi, jangan dilupakan bahwa indeks pembangunan manusia Indonesia sangat rendah (bahkan di antara negara-negara ASEAN), daya saing dan daya tarik investasi jauh dari harapan, serta tentunya peringkat negara terkorup yang masih relatif tinggi. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kebijakan pembangunan ekonomi yang ada sampai saat ini masih jauh dari upaya mengoptimalkan potensi.

Begitu kontrasnya antara potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia mengindikasikan bahwa para kandidat mempunyai tanggung jawab yang berat untuk mendekatkan kesenjangan potensi dan kenyataan. Apabila dalam waktu lima tahun tidak ada terobosan kebijakan berani, tegas, dan inovatif, potensi hebat tadi bisa jadi hanya menjadi kenangan suatu saat.

Sinkronisasi pusat-daerah

Salah satu prinsip dasar kebijakan ekonomi lima tahun ke depan adalah adanya hubungan yang konstruktif antara pemerintah pusat dan daerah. Era pemerintah pusat mengerjakan segalanya sudah berakhir. Pemerintah yang sukses ke depan adalah pemerintah yang mampu menggalang dukungan daerah untuk menyukseskan kebijakan ekonomi nasional sekaligus menciptakan sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah.

Penerapan standar pelayanan nasional di setiap daerah untuk pelayanan dasar pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur adalah langkah awal menuju pembangunan ekonomi yang berorientasi rakyat, mengurangi kesenjangan, sekaligus menjadi fondasi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Alokasi serta pengelolaan APBN dan APBD akan menjadi kunci pencapaian standar tersebut, di mana tidak ada toleransi lagi bagi keterlambatan pencairan anggaran dan alokasi yang tidak jelas juntrungannya.

Di sisi kebijakan makro, penciptaan nilai tambah komoditas primer harus menjadi tema utama pembangunan industri. Kenaikan harga komoditas perkebunan dan pertambangan mungkin akan masih terjadi pada masa depan, tetapi krisis ekonomi sekarang menunjukkan betapa rapuhnya ketergantungan pada ekspor komoditas yang harganya sangat fluktuatif.

Efektivitas dari kebijakan di atas pada akhirnya akan bergantung pada eksekusi dan implementasi kebijakan itu sendiri. Inilah saatnya kandidat presiden-wapres serta para anggota Dewan yang untuk pertama kali dipilih dengan suara terbanyak menorehkan sejarah sebagai eksekutif dan legislatif yang meletakkan dasar Indonesia sebagai negara maju.

Masalah-masalah yang masih menggantung, seperti masalah tenaga kerja, pembebasan lahan, serta pemberantasan korupsi, harus dituntaskan segera, dan di atas semuanya, kestabilan politik dan keamanan dalam kehidupan demokrasi harus dijaga. Saat ini negara-negara anggota ASEAN kagum atas kestabilan dan kehidupan demokrasi Indonesia dan lima tahun ke depan adalah momentum yang paling tepat untuk memperluas kekaguman tersebut pada pertumbuhan ekonomi yang cepat dan berkualitas, pertumbuhan yang menyejahterakan seluruh masyarakat. [Bambang PS Brodjonegoro Guru Besar Fakultas Ekonomi UI dan Direktur Bank Pembangunan Islam - Kompas]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar