Jumat, 19 Juni 2009

Pelajaran Human Capital dari Nilai Transfer Christiano Ronaldo



Christiano Ronaldo atau yang lebih dikenal dengan julukan CR-7 akhirnya hijrah dari sarang Red Devils menuju barisan Los Blancos di Bernabeu, Madrid. Nilai transfernya adalah 94 juta euro atau sekitar 1,3 trilyun rupiah, dan ini artinya merupakan rekor tertinggi dalam sejarah nilai transfer sepakbola sejagat. Banyak pihak yang meradang dengan tingginya nilai transfer ini, termasuk dari sebagian masyarakat Spanyol, tempat klub Real Madrid bermarkas.

Tapi apakah nilai transfer itu terlalu tinggi dan layak mengundang kontroversi? Atau sebaliknya : justru terlalu rendah? Apapun jawabannya, fenomena transfer CR 7 itu memberikan dua poin pelajaran yang amat penting bagi wacana human capital. Dan juga bagi pemahaman kita akan pentingnya modal insani (human capital) dalam pengelolaan organisasi yang unggul. Mari kita diskusikan bersama dua poin pembelajaran esensial itu disini.

Poin pelajaran yang pertama adalah ini : nilai transfer CR 7 yang amat melambung itu sejatinya justru merupakan pembenaran tentang betapa pentingnya value manusia dalam segenap proses pengembangan organisasi – entah organisasi itu berupa perusahaan, organisasi publik ataupun klub sepakbola.

It’s human capital, stupid. Begitu kalimat yang mungkin bisa dilayangkan bagi mereka yang meradang dengan nilai transfer itu. “Harga kompetensi manusia” memang sejatinya harus mahal sebab ia merupakan aset paling utama yang akan mampu memberikan kontribusi luar biasa bagi jatuh bangunnya sebuah organisasi.

Dengan kata lain, investasi 1,3 trilyun rupiah itu niscaya menjadi sangat reasonable manakala CR 7 bisa kembali menujukkan kejeniusaannya (dan kita percaya ia bisa). Ini artinya, uang itu dengan segera segera dapat ditebus dengan value added dan kontribusi yang diberikan oleh CR 7 bagi klub Real Madrid; baik berupa membanjirnya jumlah pentonton, sponsor dan juga royalti dari tayangan televisi.

Pertanyaannya sekarang : dalam konteks Anda sendiri, berapa kira-kira “nilai transfer” yang layak Anda miliki? Maksudnya jika ada perusahaan lain yang tertarik dengan talenta Anda dan ingin membajak Anda, berapa nilai transfer yang layak Anda patok? 100 juta? 1 milyar? Atau 5 milyar?

Tinggi rendahnya nilai yang Anda berikan menunjukkan seberapa penting “kompetensi” Anda bagi perusahaan. (Barangkali asyik juga jika kelak perusahaan mengadopsi sistem tranfer dalam perpindahan para top manajer-nya. Sebab daripada bajak membajak yang ndak etis dan saling merugikan, sistem transfer ini membuat semua pihak bisa win-win. Dan aha, mekanisme pasar ini juga bisa memberitahu tahu berapa nilai transfer kita yang paling layak).

Poin pembelajaran yang kedua adalah begini : dalam mengelola SDM menuju keunggulan organisasi, kita harus bersikap diskriminatif. Maksudnya, kita harus benar-benar membedakan antara top performers dengan poor perfomers. Bayangkan misalnya, jika CR 7 kita minta bermain dengan Ponaryo Astaman dkk di Liga Indonesia. Yang akan terjadi, kompetensi CR 7 pelan-pelan akan mati lantaran ia tidak mendapat dukungan setara dari rekan kerjanya.

Begitulah, jika kita selalu membiarkan poor players berada dalam tim kerja kita, pelan-pelan mereka bisa merusak irama permainan dan sekaligus membunuh potensi para top performers. Dan disini klub sepakbola kembali memberikan contoh yang amat sempurna tentang bagaimana mengelola para poor performers.

Dalam liga sepakbola, sudah sangat lazim para pemain yang sudah tidak perform pelan-pelan dibangkucadangkan, atau kemudian dibuang ke klub yang lebih rendah levelnya. Sungguh, inilah praktek manajemen SDM yang paling elegan dan paling simple untuk menciptakan tim yang tangguh : selalu menyerap great players, dan secara reguler membuang orang yang buruk kinerjanya.

Dan persis itulah yang diadopsi oleh Jack Welch ketika ia dulu memimpin GE. Setiap tahun ia selalu membuang (baca : memecat) 10% karyawannya yang berada pada bottom performance. Alasannya sudah jelas : membiarkan poor perfomers tetap berada dalam tim akan merusak irama permainan. Dan ini sunggguh berbahaya.

Namun ketika praktek itu coba diterapkan dalam manajemen perusahaan, banyak orang berteriak menentangnya. Ndak manusiawi, demikian salah satu alasannya. Wuih, mulia banget alasannya (!) Maksud saya, selama bertahun-tahun praktek semacam ini telah diterapkan oleh klub sepakbola dimanapun didunia, dan sudah dianggap sesuatu yang amat lazim. Jadi, mengapa kita, para pengelola manajemen SDM diperusahaan, tidak bisa meniru contoh yang amat baik ini?

Sebab, bukankah tujuan sebuah klub sepakbola dan perusahaan bisnis sejatinya sama : yakni sama-sama berhasrat membangun sebah tim yang unggul dan senantiasa bisa mengibarkan bendera kemenangan?

--

"Our greatest weakness lies in giving up. The most certain way to succeed is always to try one more time."

Thomas Edison
1847-1931, Inventor and Entrepreneur

--

You think you really know,
what could a dead man need except an empty grave.
The wind rustles the leaves shifted by autmn time,
I hear the crisp footprints approaching from behind
The corners curl as they fall like a ship in the vast ocean
Moving along with no care, no direction just falling effortlessly
We mourn the time that we did not
Branches stretch across blue grey cloud covered sky
Your behind me swaying as I smell you side to side
We are still, admiring the natural carpet laid before us
Sometimes you choose a leaf or two just like childhood memories
We are older through the autmn of our own
Travelling through this tale of ours
It is a choice to stop and notice the beauty around that caught by a snare like rabbit we forget,
The steel as it pierces the defenseless and unwary
Challenge to choose to really see to let go away and climb the trees
Lets walk on sandy beaches in the midst of a storm
Take a chance to live and love

Proses Kepindahan Cissokho Beres

Milan - Proses kepindahan Aly Cissokho ke AC Milan yang sempat mengalami ganjalan sudah beres. Pemain asal Prancis itu sudah menandatangani pra kontrak dengan Milan.

Sebelumnya, hasil tes medis yang dilakukan Milan terhadap Cissokho sempat menemui masalah, sehingga harus dilakukan tes medis lanjutan. Masalah ini sempat menimbulkan kekhawatiran bahwa pemain yang diboyong dari FC Porto itu bakal gagal bergabung dengan Milan.

Dalam perkembangan sleanjutnya, tes medis lanjutan berlangsung lancar dan Cissokho dinyatakan lolos dari tes tersebut.

"Saya bisa mengkonfirmasi bahwa ditemukan sejumlah masalah di tes medis pertama. Namun di tes lanjutan, di mana dilakukan pemeriksaan lebih detil, semua berjalan lancar," ujar pemain keturunan Senegal itu seperti dilansir dari Channel4.

"Selanjutnya, saya sudah menandatangani pra kontrak dengan Milan. Saya sekarang akan ke Senegal dulu untuk berlibur," lanjut Cissokho.

Pemain belakang ini akan menandatangani kontrak seusai liburan. Untuk mendapatkan pemain yang kemampuannya disamakan dengan eks pemain Milan, Cafu ini, Rossoneri harus merogoh kocek sebesar 15 juta euro atau sekitar 216 miliar rupiah.


--

Kaka, dari Sao Paolo ke Madrid
Doni Wahyudi - detiksport


AFP
Jakarta - Sejak awal kemunculannya di Sao Paolo dan kemudian AC Milan, Kaka selalu tampil penuh kejutan di musim perdananya. Perjalanan karirnya kini berlanjut di Spanyol, bersama Real Madrid.

* Kaka lahir di Brasilia, Brazil, pada 22 April 1982

* Karir profesionalnya dimulai di Sao Paolo, di mana dia langsung mencuri perhatian dengan membuat 12 gol dari 27 penampilan di musim 2001 yang merupakan musim perdananya.

* Bermain hanya selama 18 menit di sepanjang Piala Dunia 2002, Brasil jadi juara setelah mengalahkan Jerman di final.

* Pindah ke AC Milan pada tahun 2003 dan melakukan debut pada 1 September dalam laga yang dimenangin Milan 2-0 atas Ancona.

* Di musim yang sama dia total mencetak 10 gol di Seri A dan empat di Liga Champions.

* Meraih gelar pertama bersama Milan saat menjuarai Seri A tahun 2004.

* Gagal mengantar Brasil menjuarai Piala Dunia. Tim Samba terhenti di babak perempatfinal.

* Real Madrid mulai menyatakan ketertarikannya pada Kaka usai Piala Dunia tersebut, dan Kaka sendiri kembali membuktikan dirinya adalah salah satu pemain terbaik Eropa saat mengantar Milan menjuarai Liga Champions di tahun 2007.

* Mengantar Milan menjadi juara Eropa dan sekaligus jadi top skorer Liga Champions membuat Kaka dapat ganjaran setimpal berupa gelar pemain terbaik dunia dari Ballon d'or dan FIFA.

* Sepanjang musim 2007/08 Kaka beberapa kali didera cedera lutut yang membuat dia tak bisa memberi banyak kontribusi buat Milan. Di akhir musim Rossoneri cuma duduk di posisi lima dan kalah oleh Arsenal di babak 16 besar Liga Champions.

* Awal tahun 2009 Milan kembali dapat tawaran terhadap Kaka dari Manchester City. The Citizens dikabarkan siap membayar Milan dengan uang sejumlah 100 juta euro, proposal yang kemudian ditolak Milan.

* Kaka sempat menyatakan kecintaannya pada Milan setelah Carlo Ancelotti hengkang ke Chelsea. Namun pada Selasa (9/6/2009) dinihari WIB, Milan justru setuju melepas bintangnya itu dengan transfer 68 juta euro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar