Rabu, 17 Juni 2009

Sby Calon Presiden Plagiat?


Melihat tayangan iklan Calon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sama persis dengan iklahn Indomie, jadi sedih karena kenapa seorang calon presiden Indonesia seperti itu, karena hal yang dilakukanya adalah sebuah plagiatisme yaitu meniru dari iklan Indomie tanpa ada nya perubahan sedikit pun dari iklan itu, hanya merubah SBY dengan Indomie.

Iklan Capres SBY sungguh sebuah plagiat murni dan terang-teranhan, sebuah plagiat adalahdengan sengaja mengambil ide,
pendapat, atau karya tulis orang lain, baik secara utuh atau dimodifikasi. dalam hal ini mengapa seorang calon presiden yang terhormat melakukan itu? apakah memang Capres SBY tidak punya Ide atau memang kebiasaan seperti itu?

Dibali sebuah Plagiatisme maka ada sebuah pencurian, yaitu pencurian ide kreatif yang dibuat oleh pemiliknya, selain itu seorang yang mengambil ide tersebut mencerminkan sebuah kemalasan berfikir atau memang tidak kreatif? lalu bagaimana hal ini bisa terjadi kepada calon presiden yang mempunyai tim sukses yang mempunyai banyak dana untuk membuat sesuatu yang kreatif?

Saya jadi berfikir nakal, jika promosi atau iklan dari seorang SBY secara terbuka dan terang-terangan mengambil ide sesorang, lalu bagaimana beliau menjalankan pemerintahanya, apakah dia benar-benar jujur? dalam hal ini saya tidak menuding SBY tidak jujur hal ini hanya menjadi buah pikiran pribadi. bukankah seorang pemimpin harus jujur, tidak boleh mencuri, termaksud mencuri ide dalam kampanye di televisi yang nota bene disaksikan oleh jutaan mata Warga negara Indonesia ?

Tapi aneh juga tidak ada seorang pun yang berani untuk mengungkapkan hal ini, atau takut di gugat dan dipenjara karena mencemarkan nama baik? seperti Ibu prita yang disebut mencemarkan nama baik Omni International karena tulisan di milist? aneh memang bangsa ini, ketika De masiv atau sinetron-sinetron di sebut dalam beberapa situs internet sebagai plagiat hampir semua orang memusuhi band ini, tapi kenapa ketika Capres melakukan hal ini semua hanya diam, dan berkesan tidak peduli?

Kalau dipikir pencontohan ide iklan SBY bisa digeneralisir sebagai pencontohan tidak baik kepada masyarakat? bukankah seorang pemimpin akan menjadi contoh rakyatnya, apakah SBY ingin memberi contoh kepada masyarakat agar kita boleh menjadi plagiat? atau memang contoh tidak di hormatinya Undang-Undang Hak cipta?

Saya memang buta politik, dan tidak terlalu peduli dengan politik karena memang politik itu busuk, dan tidak ada yang benar?benar tapi apakah kebusukan di depan mata akan kita diamkan? sebuah pertanyaan lain lagi melintas di fikiran saya, apakah benar seorang SBY bisa memberantas Korupsi, jika beliau pun seorang pencuri Ide?

Semoga SBY mau mengklarifikasi hal ini secara gamblang di depan Publik mengenai masalah ini? atau memang inilah pencerminan sifat asli capres SBY. Semoga bisa memberi jawaban yang gamblang? lalu bagaimana pendapat anda tentang pencontekan iklan SBY president ku = Indomie seleraku? yah begitulah wajah salah-satu capres negeri ini. semoga Indonesia yang terkenal sebagai negeri dengan pembajakan terbesar tidak di kokohkan dengan tayangan iklan ini.

Tulisan ini bukan untuk menjelek-jelekan SBY, karena ini hanya pendapat pribadi dan tidak bermaksud menyudutkan atau black campaing, karena saya bukan orang partai manapun dan tidak ada kepentingan apapun, dan saya tidak bertujuan mencemarkan nama baik siapapun, tapi hanya sedih melihat calon pemimpin yang melakukan plagiat, jadi apakah SBy itu seorang plagiat? silahkan jawab dengan akal dan nurani anda sendiri.


--
Manohara - Prita - Kartini

Jumat, 5 Juni 2009

Oleh karena keberpihakan nyata, dan sadar sebagai membawa pesan moral dan kepastian hukum, minggu ini media massa berlomba memburu berita dengan mengekpose dan menyiarkan langsung profile 2 (dua) orang ‘tokoh’ perempuan yang sedang berjuang menegakkan keadilan dan kemanusiaan karena mengalami ‘peristiwa yang sama’, seputar kekerasan di tempat yang berbeda. Manohara Pinot mengalami KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) di dalam kerajaan Kelantan negeri tetangga Malaysia, dan Prita Mulyasari mengalami KDRM (kekerasan dalam rumah maya) internet dan milis.

Dengan berbagai usaha keras keduanya sedang memperjuangkan dan memberi pembelajaran kepada masyarakat dan bangsa Indonesia, untuk semakin menyempurnakan dan memperbaiki instrumens pemerintahan dan kenegaraan, undang-undang dan teknis pelaksanaanya.

Tanpa kita sadari, kita diajak belajar oleh Manohara, tentang perjuangan kemanusiaan, diplomasi damai dan beradab. Kecantikan hatinya memancar keluar, hingga kita tidak sadar ia baru berusia 17th, terlalu muda untuk menghadapi masalahnya, namun langkah dan tekad hatinya menunjukkan kedewasaan dan kematangannya jiwanya – yang sangat memberikan pencerahan dan kesadaran banyak orang. Barangkali ada capres/cawapres yang akan meminang menjadi menteri peranan wanita? Atau paling tidak dubes? dipersilakan.

Demikian juga Prita Mulyasari, justru saat ia menyampaikan keluhan via email malah menjadi obyek para petualang hukum… untung pas waktunya dengan kampanye Pilpres/wapres sehingga semua sadar - akan kekilafan segelintir penegak hukum yang justru mencoba-coba memiringkannya. ..

Dari apa yang kita lihat dan dengar maka Manohara dan Prita Mulyasari, kita meyakini adalah bagian dari beberapa kaum wanita Indonesia yang mungkin adalah manifestasi dari perjuangan R.A. Kartini masa kini, yang akhirnya sering kita panggil dengan sebutan ‘Harum’ namanya.

Nah kepada para kandidat pilpres, Capres/Cawapres, silahkan melanjutkan perjuangannya. .. tidak hanya untuk menegakkan kekuasaan saja, namun jangan lah lupa juga untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Karena itulah pilar-pilar sendi kehidupan bangsa Indonesia menuju masa depan.

Terpancing Kenaikan Uang Hak Siar
Klub Boros Menggaji Pemain

Jangan timpakan semua kesalahan pada krisis ekonomi yang berkibarpada 2008 lalu bila utang klub membesar. Hal itu jugaterjadiakibat kesalahan perhitungan pihak manajemen klub. Sejak 2006/07, anggota Premier League memang boros menggaji pemain.

Ini terjadi lantaran saat itu uang hak siar yang didapat klub-klub Premiership untuk tiga tahun berikutnya naik hingga bernilai total 1,7 miliar pound (Rp 27,04 triliun). Meski uang baru dibayarkan pada Agustus 2007, faktanya rataan gaji pemain sudah te lanjur dinaikkan sekitar 13% dari tahun sebelumnya.

Bila ditarik mundur ke era kelahiran Premier Leaguepada 1992, nilai upah pemain bayaran di 2007 itu meningkat 65%! Hal inilah yang menurut firma akuntan Deloitte membuat pengeluaran klub tidak terkontrol.

“Klub berani menghabiskan uang untuk membeli pemain dan menaikkan gaji karena mereka sudah menghitung pendapatan dari hak siar,” kata wakil Deloitte, Alan Switzer.

Semua perhitungan di atas menjadi meleset karena krisis ekonomi globalpada 2008 membuat daya beli para suporter sepak bola menurun. Sebagian besar dari mereka tidak mampu lagi berlangganan televisi berbayar atau membeli tiket terusan.

Menurut statistik Virgin Money yang dirilis di 2007, seorang penggemar sepak bola di Inggris rata-rata mengeluarkan 1.331 pound (Rp 21,2 juta) untuk mendukung klubnya dalam setahun.

Jumlah tersebut dianggap telah telah termasuk harga tiket, pembelian merchandise, biaya transportasi, menyantap kudapan dan bir, serta membeli buletin pertandingan kandang.

Setanta Terkena Imbas

Jumlah pengeluaran itu kini meningkat sebesar 21%. Pada akhir 2008/09 survey mendapati bahwa rata-rata pengeluaran total per orang dalam sebuah matchday adalah 106,21 pound (Rp 1,7 juta). Nah, untuk pertama kalinya sejak Januari 2006 angka tersebut menembus batas psikologis 100 pound.

Imbasnya, para pendukung pun berencana untuk mengurangi jumlah pertandingan yang akan mereka tonton, baik secara langsung maupun lewat televisi berbayar. Saat ini pihak Setanta Sports, sebagai salah satu pemilik hak siar Premier League, pun sudah mulai terkena imbas fenomena baru tersebut.

Setanta bahkan sudah mulai tidak bisa memenuhi kewajibannya membayar 25 juta pound (Rp 397,6 miliar)ke pada klub-klub Liga Premier Skotlandia. Mereka pun sebelumnya telah kalah dalam tender untuk memenangi pembelian paket hak siar Premier League periode 2010-2013.

Efek domino dari krisis masih bakal terus berlanjut. Entah sampai kapan, tapi kini sudah ada dua klub Premier League yang menurunkan harga tiket demi mencegah terjadinya bencana keuangan yang lebih parah lantaran penonton kabur teratur. Mereka adalah Bolton dan Manchester United. Siapabakal menyusul? (Darojatun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar