"Membaca atau mendengar judul diatas, tentulah kita segera akan mengatakan bahwa itu adalah bagian pertama dari Syahadat (Credo/Pengakuan Iman) agama Islam seperti tertulis dalam QS 47:19."
Benar! Tetapi perlu diketahui bahwa kalimat itu sudah diucapkan oleh umat Kristen Arab jauh sebelum kehadiran agama Islam dengan Al-Qurannya yang lahir pada abad VII! (yang kemudian ditulis dalam Alkitab dalam bahasa Arab), yaitu ketika mereka membaca surat rasul Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus yang aslinya dalam bahasa Yunani berbunyi: "oudeis theos eimee heis" dan diucapkan oleh umat Kristen Arab seperti judul diatas, dan dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai 'tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa' (1 Kor 8:4).
Berbeda dengan anggapan orang bahwa Allah itu nama Tuhannya Islam, nama dewa masa Jahiliah, atau nama dewa bulan Babilonia, penggunaan nama Allah di kalangan Yahudi keturunan Abraham dan umat Kristen sejak pertobatan orang Arab Kristen awal (Kis 2:11) sudah ada sejak awal berkembangnya dialek Arab lisan kemudian tulisan dan ditujukan kepada El/Elohim/Eloah Ibrani.
Seperti diketahui dari sejarah, bangsa Arab diturunkan rumpun Semitik melalui nenek-moyang Yoktan (anak Eber keturunan Aram, Kej 10:22-29), Ismail (anak Abraham-Hagar, Kej 25:13-16), dan Keturah (isteri Abraham, Kej 25:1-4). Juga dalam sejarah diketahui bahwa nenek-moyang orang Arab yang dikenal sebagai Hanif (jmk. hunafa) terutama suku-suku Ibrahimiyah dan Ismaelliyah tetap melestarikan ibadat kepada Allah Ibrahim (El Abraham, ingat 'Idul Adha').
Data arkaeologi menemukan inskripsi sekitar masa Ezra (abad VI SM) dikalangan suku Lihyan yang bertuliskan nama 'Allah.' Suku Lihyan adalah keturunan suku Dedan keturunan Dedan cucu Ketura isteri Abraham. Pada masa itu Kitab Ezra dan Daniel (PL) juga sebagian ditulis dalam bahasa Aram dan menulis El/Elohim/Eloah dengan Elah/Alaha (Elah Yisrael, Ezr 5:1;6:14), dan nama Allah Lihyan berasal dari nama Aram Alaha (dialek/bahasa Arab berkembang dari Nabatea Aram). Pada masa percakapan lisan sebelum berkembang bahasa tulisan, orang tidak mempersoalkan apakah menggunakan huruf 'l' tunggal atau jamak atau membedakan ejaan 'e' atau 'a,' demikian juga tidak jelas pembedaan antara nama diri atau sebutan/gelar.
Alkitab mencatat orang Arab yang masuk Kristen sudah ada sejak hari Pentakosta (Kis 2:11). Sejak itu nama Allah sudah digunakan umat Kristen Arab, bahkan dalam Konsili Efesus (431 M) ada uskup Arab Harits bernama 'Abdullah' (Abdi Allah). Di kalangan Kristen ditemukan inskripsi Zabad (512 M) yang diawali kalimat 'Bism al-Ilah' (dengan/dalam nama Allah, bandingkan dengan 'Bismillah ' di Al-Quran dengan 'Beshem Elohim ' (Mzm 20:6) dan 'Beshum Elah ' (bahasa Aram, Ezr 5:1) dalam Tanakh, dan inskripsi Umm al-Jimmal (abad VI M) diawali ucapan 'Allahu Gafran' (Allah mengampuni).
Ibadat kepada 'Allah' bukan milik agama Islam, bahkan Muhammad yang oleh pengikutnya diterima sebagai 'nabi' dan 'rasul Allah' berkata bahwa dalam sinagoga Yahudi, gereja Nasrani dan di Mesjid pada masa hidupnya sudah disebut 'Tuhan kami Allah' (QS 22:40), maka logisnya nama itu sudah digunakan kedua agama pendahulu Islam itu sebelum ditulis dalam Al-Quran.
Sesudah kehadiran Islam di abad VII M, Palestina dikuasai kerajaan Islam berbahasa Arab (Arab, Mesir, Turki) dimana bahasa Aram sebagai bahasa percakapan sehari-hari orang Yahudi Palestina digantikan dengan bahasa Arab (Bahasa Ibrani hanya digunakan dalam salin-menyalin Tanakh). Baik orang Yahudi berbahasa Arab yang beragama Yahudi, Kristen, maupun Islam, dalam ibadat mereka semua menyebut 'nama Allah'. Penjajahan berlangsung selama 13 abad (VII-XX M) sampai Israel berada dibawah kekuasaan Inggris dengan mandat Liga Bangsa-Bangsa di tahun 1917. Sejak bangkitnya Zionisme pada akhir abad XIX, bahasa Ibrani modern dihidupkan kembali sebagai bahasa tulisan dan percakapan dikalangan orang Yahudi, sekalipun begitu pengaruh budaya Arab selama 13 abad tidak hilang dan orang Yahudi sekarang masih banyak yang berbahasa Arab juga.
Dalam Al-Quran yang diterjemahkan ke bahasa Ibrani, nama 'Allah' diterjemahkan 'Elohim' (Al-Qur'an Tirgem Avrit). Sebaliknya Tanakh Ibrani, dalam Alkitab bahasa Arab, 'El/ Elohim/Eloah Tanakh dan Theos diterjemahkan 'Allah' (saat ini ada 4 versi Alkitab berbahasa Arab dan semuanya menyebut 'nama Allah'). Memang dikalangan tertentu di Malaysia ada yang menggugat penggunaan nama Allah dikalangan Kristen, pada bulan Februari 2009 pengadilan Malaysia menolak gugatan itu dengan pertimbangan 'Nama Allah sudah digunakan oleh orang Kristen sebelum ada Islam.'
Sikap penolakan terhadap nama 'Allah' timbul karena ketidak tahuan dan provokasi kalangan Barat (a.l. buku Robert Morey 'Islamic Invasion') dan Yahudi (yang trauma terhadap 13 abad penjajahan Arab-Islam) yang cenderung menggeneralisasikan anti-Arab dan anti-Islam. Mereka mengabaikan bahwa sejak lama sudah ada orang Arab beragama Yahudi dan sesudah hari Pentakosta sudah banyak orang Arab beragama Kristen, bahkan masa kini orang-orang berbahasa Arab yang menganut agama Kristen tercatat 29 juta banyaknya, dan semuanya menyebut 'nama Allah.'
Morey menyebut 'Allah' adalah nama dewa bulan Babilonia seperti terlihat dalam lambang diatas mesjid dan bendera negara Islam, kenyataan sebenarnya lambang bulan sabit baru muncul di Turki pada abad XV sebagai peringatan kemenangan dalam perang Byzantium karena kemunculan bulan sabit secara tiba-tiba. Muhammad sendiri mengemukakan bahwa: "Wahai bulan sabit yang indah dan bulan sabit petunjuk, keyakinanku teguh kepada Dia yang menciptakanmu" (Ensiklopedia Islam, hlm. 64), Al-Quran juga menyebut: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan, niscaya mereka menjawab: Allah" (QS 29:61).
Bila dalam Tanakh tercatat nama Elah/Alaha dikitab Ezra (4:8 - 6:18; 7:12 - 26) dan Daniel (2:4 - 7:28) yang ditulis dalam bahasa Aram. Dalam Perjanjian Baru, Yesus tidak pernah menyebut nama YHWH tetapi di kayu salib Ia memanggil dalam bahasa Aram nama 'El' (Mat 27:46; Mrk 15:34) yang merupakan kependekan Elah/Alaha Aram. Saat ini orang Yahudi, Kristen dan Arab kalau berbahasa Arab menyebut 'nama Allah,' dan di Kairo, ada gereja 'Al-Mu'alaqqah' yang dipintunya ditulis 'Allah Mahabah' (Allah itu kasih), dan dipintu lainnya 'Ra'isu al-Hikmata Makhaafatu Ilah' (Permulaan Hikmat Adalah Takut kepada Allah), dan dari situ ada sinagoga 'Ben Ezra' dimana disebut bahwa dahulu di situ Rabbi 'Moshe Ben Ma'imun' menulis buku 'Al-Mishnah' dan 'Dalilat el-Hairin' dalam bahasa Ibrani dan Arab dimana 'El/Elohim diterjemahkan Allah'.
Al-Quran dan Alkitab berbicara mengenai 'Allah' yang sama sebagai tujuan penyembahan dalam agama Yahudi, Kristen maupun Islam berbahasa Arab, Allah yang disembah oleh Abraham yang diceritakan dalam Tanakh dan PB atau Ibrahim dalam Al Quran. Allah (dalam bahasa Arab) sebagai sesembahan ketiga pengikut agama Semitik (Yahudi, Kristen, Islam) dapat menjadi titik pijak bersama yang baik untuk melakukan dialog dan percakapan misi dengan penganut agama Islam. Sekalipun sama sebagai nama 'El Abraham' (Allah Ibrahim), Nama yang sama disembah itu tidak mengandung pengajaran/aqidah (teologi) yang sama tergantung pengajaran dalam kitab suci masing-masing. Dalam pengajaran, El/Elohim/Eloah Tanakh (Yang tidak menerima Yesus) ada samanya dan tidak samanya dengan Theos PB (Yang percaya Yesus itu Tuhan), demikian juga tidak sama dengan Allah Al-Quran (Yang menerima Muhammad sebagai nabi terakhir). Yang harus dibandingkan bukan 'God' Kristen dan 'Allah' Islam, tetapi 'Allah Kristen Arab' dibanding 'Allah Islam Arab.'
Umat Kristen perlu dengan kasih, kesabaran dan mendoakan mereka yang dipengaruhi oleh ketidak-tahuan mereka dan dipengaruhi orang lain, sebab 'menolak nama Allah' secara tidak langsung sama halnya dengan 'menolak YHWH' yang salah satu namanya 'El' dalam dialek Arab 'Allah' yang sudah menjadi kosa-kata bahasa Indonesia ditolak/dilecehkan sebagai nama berhala.
(Tanggapan-1)
Apakah sumber keimanan Nasrani itu berakar Arab atau Ibrani sehingga Alkitab menggunakan kata Arab "Allah'? Akar kita adalah Yudaik/Ibrani.
(Diskusi-1)
Perlu disadari bahwa bahasa hanyalah alat komunikasi, dan tidak dapat menjadi ukuran kebenaran. Kata 'Allah' sekalipun berasal bahasa Arab sudah menjadi kosa-kata bahasa Indonesia karena bahasa Arab sudah dibawa saudagar Islam masuk ke Indonesia pada abad XIII sebelum Kristen masuk pada abad XVI dan dalam pembentukan bahasa Melayu kemudian Indonesia banyak kata Arab dimasukkan termasuk kata Allah. Alkitab Melayu pertama (1629) sudah memuat kata Allah. Perlu disadari bahwa bahasa Arab berasal dari Nabatea Aram jadi termasuk rumpun bahasa Semitik. Sebaliknya kita tidak perlu mengkultuskan bahasa Ibrani, karena bahasa itu juga berkembang awalnya dari bahasa Aram kemudian ketika Abraham yang berbahasa ibu Aram masuk ke Kanaan, ia mengadopsi bahasa Kanaan. Ketika keturunan Israel menetap di Mesir, mereka masih disebut orang Aram (Ul 26:5) dan berbahasa Kanaan (Yes 19:18). Ketika umat israel bertambah banyak, dialek Kanaan-Arami dari keturunan Israel inilah yang menjadi cikal bakal bahasa Ibrani, bahkan bahasa Ibrani Kuno (Ketav Ashurit) tidak lain adalah dialek Kanaan yang masih menggunakan abjad Kanani-Funisia (sejak abad XII SM) sebelum diganti dengan Ibrani Kitab Suci (Ketav Meruba) yang terpengaruh bentuk pesegi abjad Aram (masa Ezra abad-VI SM). Amanat Yesus (Mat 28:19-20) dan Pesan Pentakosta bukanlah kembali ke akar yahudi, tetapi 'Injil bagi bangsa-bangsa lain' (ta panta ethne) dan Roh Kudus sendiri menterjemahkan khotbah Petrus ke bahasa pendengar, termasuk Arab (Kis 2:11).
(T-2)
Bahasa Ibrani adalah bahasa Semitik, maka karena bangsa Arab bukan keturunan Sem, bahasa Arab adalah bahasa Hamitik keturunan Kanaan keturunan Ham karena bangsa Arab adalah keturunan Ismael anak Hagar orang Mesir.
(D-2)
Sejujurnya, dengan ukuran yang sama kita juga harus mengakui Ishak sebagai keturunan Aram karena ibunya Sara orang Aram, Israel (Yakub) pun anak Ribkah orang Aram (band. Ul 26:5). Pada D-1 sudah jelas bahwa bahasa Arab lebih dekat dengan bahasa Aram sedangkan bahasa Ibrani justru berkembang dari bahasa Aram bercampur Kanaan. Disini kelihatan bahwa bahasa Arab lebih dekat dengan Aram (band. elah/alaha dengan ilah/allah) daripada bahasa Ibrani yang merupakan campuran Kanaan-Aramik. Ingat Ismael menurut garis patriarchat adalah anak Abraham jadi termasuk semitik juga. Efraim dan Manasye disebut orang Israel sekalipun ibu mereka orang Mesir, demikian juga anak-anak Musa disebut orang Israel sekalipun ibu mereka orang Arab Median keturunan Ketura. Perlu juga diingat bahwa setidaknya ada 3 jalur nenek-moyang orang Arab selain dari Ismael, yaitu keturunan Ketura (Kej 25:1-4), keturunan Yoktan keturunan Eber (Kej 10:23-25), dan keturunan Aram, semuanya termasuk rumpun Semitik. Sekalipun bahasa Ibrani sangat diistimewakan kita perlu menyadari selain asalnya dari Kanaan-Aram, pada masa pembuangan zaman Ezra bahasa ini kembali banyak dipengaruhi bahasa Aram kemudian Yunani sampai kehadiran Islam pada abad VII dimana bahasa percakapan orang Yahudi Palestina adalah Arab karena Israel dijajah negara-negara berbahasa Arab (Mesir, Arab, Turki) selama 13 abad. Nama YHWH pun bukan asli Ibrani dan dianggap berasal akar kata Arab 'hwy' sedangkan ucapan Yahweh bukan ejaan Ibrani karena dalam bahasa Ibrani tidak ada ucapan huruf 'w.' Akar Yahudi/Ibrani sama halnya dengan akar Arab adalah Mesopotamia dimana nama pencipta langit dan bumi disebut El/Il.
(T-3)
Kitab suci menyebut bahwa Ismael tidak boleh disebut keturunan Abraham, karena tertulis "yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak" (Kej 21:12).
(D-3)
Menafsirkan Alkitab, jangan hanya sepotong dan mengartikannya secara harfiah di luar konteks. Kitab suci harus dibaca dalam kaitan konteksnya agar kita tidak memutar-balikkanartinya (band. 2 Ptr 3:14-16). Bacalah ayat ke-13, yang berbunyi: "Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena ia pun anakmu." (Kej 21:13). Pada pasal 25 baik Ishak maupun Ismail disebut 'anak Abraham': "Inilah keturunan Ismael, anak Abraham, yang telah dilahirkan baginya oleh Hagar, perempuan Mesir, hamba Sara itu. . Inilah riwayat keturunan Ishak, anak Abraham." (Kej 25:12,19), dan jauh sesudahnya keduanya tetap disebut anak Abraham: "Anak-anak Abraham ialah Ishak dan Ismael." (1 Taw 1:28). Kalau kita berbicara mengenai bangsa, dalam masyarakat patriarchat hal itu ditentukan oleh keturunan darah-daging dari garis ayah, jadi yang dimaksudkan dalam Kej 21:12 adalah keturunan 'Perjanjian': "Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar. Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga." (Kej 17:20-21). Rasul Paulus menyebut Hagar, ibu Ismael, sebagai Gunung Sinai di tanah Arab yang melahirkan anak darah-daging Abraham." (Gal 4:21-31).
(T-4)
Artikel menyebut bahwa 'Allah dalam agama Yahudi, Kristen dan Islam, ada samanya, bukankah ketiganya berbeda karena pengakuan Al-Quran menyebut 'Allah itu Dzat' ?
(D-4)
Akan jelas bila merenungkan peristiwa 'Abraham mengorbankan anaknya.' Kisah ini tertulis dalam Tanakh (PL, Kej 22:1-2. Dalam agama Yahudi dirayakan sebagai 'Akedah'), dalam Perjanjian Baru (Ibr 11:17, lihat ayat 17-19), dan dalam Al-Quran (QS 37:102, baca juga 99-113. Di kalangan Islam setiap tahun dirayakan sebagai 'Idul Adha'). Ketiganya ada kesamaannya dan ada ketidak samaannya. Kesamaannya, ketiganya menyembah El/Theos/Allah yang sama, dan tokohnya bernama Abraham (PL+PB) dan Ibrahim (Al-Quran). Ketidak samanya adalah ajaran/akidah yang berkembang darinya, yaitu PL dan PB mengakui anak yang dikurbankan adalah Ishak, sedangkan Al-Quran tidak disebut siapa nama anak itu (sekalipun dalam ay. 112-113 ada petunjuk mengenai Ishak, tradisi islam menganggap Ismail yang dikorbankan karena ia anak sulung). Sedang perbedaan antara Tanakh dan PB adalah bahwa dalam PB, peristiwa itu merupakan typos pengorbanan Anak Allah yang mencurahkan darahnya di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia, hal ini tidak diakui agama Yahudi. Jadi, tidak ada salahnya dengan nama 'El/Theos/Allah' karena dalam bacaan itu ketiganya tertuju pada sesembahan Abraham yang mencipta langit dan bumi, yang berbeda adalah ajaran/akidah mengenai El/Theos/Allah yang sama itu.
(T-5)
Coba tunjukkan kalau dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ada sebutan bahwa Tuhan itu bernama 'Allah.'
(D-5)
Kalau secara eksplisit memang tidak ada kata 'Allah' karena Allah adalah bahasa Arab (yang kemudian diterima sebagai kosa-kata bahasa Indonesia), sedangkan Alkitab PL aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani + Arami, sedangkan PB aslinya ditulis dalam bahasa Yunani + sedikit istilah Ibrani, Latin, dan Aram. Namun padanannya ada, yaitu dalam PL dalam kitab Ezra (4:8 - 6:18;7:12-26) dan Daniel (2:4 - 7:28) yang ditulis dalam bahasa Aram, El/Elohim/Eloah menjadi Elah/Alaha. Dalam PB, dikayu salib, Yesus berseru nama 'El' dalam bahasa Aram (Mat 27:46; Mrk 15:13). Bahasa Arab adalah cabang bahasa Semitik dimana El/Il menjadi Ilah/Allah, dan ada indikasi bahwa bahasa Arab berkembang dari bahasa Nabati-Aram (Inskripsi Lihyan abad-VI SM mengindikasikan nama 'Allah' berasal 'Alaha' Aram). Dalam Alkitab dalam bahasa Arab, El/Elohim/Eloah diterjemahkan Allah, sebaliknya dalam Al-Quran dalam bahasa Ibrani Allah diterjemahkan Elohim (Al-Qur'an Tirgem Avrit). Sebaliknya juga, dalam naskah asli PB juga tidak ada nama YHWH, yang ada hanyalah 'Haleluya' di Wahyu 19, itupun namanya 'Yah' dan merupakan 'nyanyian pujian.'
(Tanggapan-6)
'Allah' adalah nama diri dewa pengairan Arab sebelum Islam, seperti dalam kutipan: Nama 'Allah' telah dikenal dan dipakai sebelum al-Qur'an diwahyukan" (Ensiklopedia Islam, hal. 23); "ALLAH adalah nama DEWA bangsa Arab, yg mengairi bumi" (Passing Over, Muh. Wahyuni Nafis 1998, hal 85), dan "ALLAH adalah nama DEWA yg disembah penduduk MEKKAH" (Agama Manusia, kata pengantar Djohan Effendi, 1985, hal 258).
(Diskusi-6)
Baik Ensiklopedia Islam maupun umum yang ditulis pakar Islam menyebutkan bahwa 'Allah' adalah kontraksi al-Ilah' yang ditujukan kepada pencipta langit dan bumi, sesembahan Ibrahim, dan sama halnya dengan 'elohim' yang bisa untuk menyebut 'pencipta langit dan bumi' atau 'dewa,' demikian juga 'ilah.' Dalam hubungan dengan kutipan yang ditonjolkan, kembali kita perlu sadar bahwa suatu kalimat tidak bisa dicomot lepas dari konteksnya dan ditafsirkan secara harfiah begitu saja. Marilah kita simak ayat selengkapnya (yang digaris dicomot disini digaris-bawahi):
"Kata 'Allah' merupakan sebuah nama yang hanya pantas dan tepat untuk Tuhan, yang melalui kata tersebut dapat memanggil-Nya secara langsung. Ia merupakan kata pembuka menuju Esensi (hakikat) ketuhanan, yang berada di balik kata tersebut bahkan yang tersembunyi di balik dunia ini. Nama 'Allah' telah dikenal dan dipakai sebelum al-Qur'an diwahyukan; misalnya nama Abd al-Allah (hamba Allah), nama Ayah Nabi Muhammad. Kata ini tidak hanya khusus bagi Islam saja, melainkan ia juga merupakan nama yang, oleh ummat Kristen yang berbahasa Arab dari gereja-gereja Timur, digunakan untuk memanggil Tuhan." (Ensiklopedia Islam, hlm.23). Baca juga: "Gagasan tentang Tuhan Yang Esa yang disebut dengan Nama Allah, sudah dikenal oleh Bangsa Arab kuno ... Kelompok keagamaan lainnya sebelum Islam adalah 'hunafa' (tngl.hanif), sebuah kata yang pada asalnya ditujukan pada keyakinan monotheisme zaman kuno yang berpangkal pada ajaran Ibrahim dan Ismail. Menjelang abad ke-7, kesadaran agama Ibrahim di kalangan bangsa Arab ini telah menghilang, dan kedudukannya digantikan oleh pemujaan sejumlah berhala ... dalam waktu 20 tahun seluruh tradisi Jahiliyyah tersebut terhapus oleh ajaran Tuhan yang terakhir, yakni Risalah Islam" (Ibid, hlm.50-51).
"Kata "Allah" sendiri sudah dikenal; jauh sebelum Islam lahir di Arab. Namun "Allah" dalam pengertian orang pra Islam itu berbeda dengan "Allah" dalam Islam. Menurut Winnet, seperti dikutip oleh al-Faruqi dalam The Cultural Atlas of Islam, Allah bagi orang-orang Arab pra-Islam dikenal sebagai dewa yang mengairi bumi sehingga menyuburkan pertanian dan tumbuh-tumbuhan serta memberi minum ternak. Islam datang dengan mengubah konsep Allah yang selama itu diyakini oleh orang Arab. Yaitu Allah dalam Islam dipahami sebagai Tuhan yang Maha Esa, tempat berlindung bagi segala yang ada, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Juga tidak ada satu apa pun yang menyerupai-Nya. Maka ia pun meyakini Tuhan sebagai Pencipta langit dan bumi serta segala yang ada ini. Tergolonglah Ibrahim sebagai penganut agama hanif yang terbebas dari kemusyrikan (menyekutukan Tuhan)" (Passing Over, Muh. Wahyuni Nafis 1998, hal 84-85,87)
"ALLAH adalah nama DEWA yang disembah penduduk MEKAH. Secara harfiah, Allah berarti "Tuhan yang Satu dan pasti Satu". Bukan suatu Tuhan, karena hanya ada satu Tuhan. Tuhan Yang Esa. Tuhan kemudian menciptakan dunia, dan sesudahnya manusia. Siapakah nama dari manusia pertama ini? Adam. Keturunan Adam kemudian sampai kepada Nuh, yang mempunyai seorang putra yang bernama Shem. Dari sinilah asal-usul kata "Semit". Seorang Semit secara harfiah berarti seorang keturunan Sem. Seperti juga halnya dengan orang Yahudi, orang Arab memandang dirinya sendiri sebagai kaum Semit. Keturunan Shem dapat ditelusuri sampai kepada nabi Ibrahim, dan kita masih dapat menemukan adanya suatu tradisi yang sama". (Agama Manusia, kata pengantar Djohan Effendi, 1985, hal 258, 255).
Pembacaan secara lengkap dengan mengerti konteksnya menghasilkan pengertiannya berbeda tetapi lebih luas, yaitu bahwa 'Allah adalah Pencipta Langit dan Bumi yang dipercayai oleh Ibrahim dan diteruskan oleh penganut Hanif dan juga dipakai oleh gereja-gereja Arab Kristen. Pada masa pra-Islam (jahiliah) di Arabia, pengertian itu merosot ditujukan kepada dewa pengairan, tetapi Islam mengembalikannya kepada kepercayaan Hanif yang sesuai dengan iman Ibrahim. Sebaliknya, YHWH pun ada masanya disembah sebagai dewa anak lembu emas (Kel 32:1-5; 1 Raj 12:28), ini tentu tidak bisa disimpulkan bahwa YHWH nama berhala. YHWH dan Elohim juga sering merosot ditujukan dan disembah bersama dewa Kanaan bernama Baal (Hak 8:33; 1Raj 10:18; Yer 2:8) dan juga Asyera (2 Rj 23:7). Adalah menyesatkan kalau teologi dibangun dari sepotong kalimat yang dicomot lepas dari koteksnya yang ditafsirkan secara harfiah.
(T-7)
Yahweh nama diri Tuhan sedangkan El/Elohim/Eloah adalah sebuah gelar, jadi nama Yahweh tidak boleh diterjemahkan.
(D-7)
Bila kita mempelajari penggunaan dalam Perjanjian Lama, El/Elohim/Eloah banyak juga digunakan sebagai nama diri bahkan sebagai pengganti YHWH, sebagai contoh, bandingkan 'YHWH, Elohe Yisrael' (Kel 32:27; Yos 8:30) dengan 'El, Elohe Yisrael' (Kej 33:20). Sebaliknya YHWH juga tidak murni nama diri. Banyak yang mengemukakan bahwa YHWH adalah kependekan 'Ehyeh Asher Ehyeh,' ada juga yang menyebutkan bahwa YHWH berasal akar kata 'hayah' atau bahkan akar kata Arab 'hwy.' YHWH sendiri berasal dari Sinai (Ul 33:2; Hak 5:4) tempat suku Arab Median keturunan Ketura, sedangkan sebutan Yahweh tidak berbau Ibrani karena dalam bahasa Ibrani tidak ada ucapan huruf 'w.' YHWH sendiri semula ditulis dalam aksara Kanani-Funisia dan pada masa Musa ketika nama itu diwahyukan (Kel 6:1-2) diragukan bahwa bahasa Ibrani sudah dibakukan.
(T-8)
'Barangsiapa yang berseru kepada nama YHWH akan diselamatkan' (Yl 2:32), karena itu kita harus menyebut nama YHWH karena keselamatan ada dalam nama itu.
(D-8)
Sekalipun ada ayat yang bila ditafsirkan secara harfiah seakan-akan begitu, ternyata sejarah menunjukkan lain, soalnya ejaan YHWH sudah tidak dikenal, karena itu agar tidak mengucapkannya sembarangan (Kel 20:7) maka sejak masa Ezra (abad VI SM) orang Yahudi tidak lagi menyebut nama itu melainkan mengejanya dengan nama 'Adonai' atau 'Ha-Syem' dan hanya Imam Besar (Kohen Gadol) yang bisa mengucapkannya setahun sekali sebanyak 10 kali selama upacara Yom Kippur. Ketika di Pembuanganpun orang yahudi sudah tidak mengerti bahasa Ibrani sehingga perlu diterjemahkan ke bahasa Aram. Bagian kitab Ezra (4:8 - 6:18; 7:12-26) dan Daniel (2:4 - 7:28) ditulis dalam bahasa Aram tanpa menyebut nama YHWH melainkan nama elah/alaha. Pada abad III - II SM, Tanakh diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani oleh 70 tua-tua Israel (Septuaginta) yang diutus Imam Besar di Yerusalem, dimana YHWH diterjemahkan dengan Kurios, hal mana diikuti Perjanjian Baru Yunani, dan kemudian ke bahasa-bahasa lain seperti Inggris (LORD) dan Indonesia (TUHAN). Dari terjemahan demikianlah kekristenan sepanjang abad berkembang dan diberkati Tuhan, karena itu, yang dipertanyakan adalah apakah 'Tulisan huruf nama itu atau pribadi dibalik Nama itu' yang harus dikuduskan? Dalam naskah asli Perjanjian Baru, ayat Yl 2:32 ditulis dalam bahasa Yunani sebagai 'berseru dalam nama KURIOS' (Rm 10:13), demikian juga disebutkan dalam Kisah Para Rasul bahwa 'tidak ada keselamatan diluar IESOUS' (Kis 4:12). Jadi bukan nama dan sebutan harfiah YHWH, KURIOS, atau IESOUS yang menyelamatkan tetapi kasih karunia dari pribadi dibalik nama itu yang harus ditaati dengan dilakukan kehendak-Nya (Mat 7:21)!
(T-9)
Dalam kitab Wahyu (19) ada seruan pujian 'Heleluya' menunjukkan bahwa nama Yah(weh) itu kekal dan harus tetap disebut.
(D-9)
Benar bahwa Wahyu 19 menyebut 'Haleluya' (Terpujilah Yah), kata itu adalah nyanyian pujian (dalam Tanakh hanya ada dalam Mazmur). Di bagian lain Perjanjian Baru ada ucapan pujian 'Terpujilah Theos' (2 Kor 1:3; Efs 1:3; 1 Ptr 1:3) dan dalam Perjanjian Lama 'Terpujilah Elohim' (Mzm 66:20; 68:36) dan 'Terpujilah Elaha' (Dn 3:28, bagian ini ditulis dalam bahasa Aram). 'Terpujilah Yah, sejajar dengan Theos (yunani)/Elohim (ibrani)/Elaha (aram) yang diterjemahkan 'Terpujilah Allah' (bahasa Arab/Indonesia). Al-Quran bahasa Ibrani, Allah diterjemahkan Elohim (Al-Qur'an Tirgem Avrit), sebaliknya Tanakh bahasa Arab, Elohim diterjemahkan ilah/Allah.
(T-10)
Agnes Monica dicekal di Malaysia karena menyanyikan lagu 'Allah,' bukankah ini menunjukkan bahwa Allah itu nama Tuhannya agama Islam? Jangan sampai Tuhan menggunakan tangan orang lain, baru menuruti perintahnya.
(D-10)
Di Malaysia memang ada sekelompok muslim yang meng'klaim' bahwa Allah itu nama Tuhan mereka dan berusaha melarang orang Kristen/Katolik menggunakan nama itu. Puncaknya, majalah Katolik 'The Herald' dituntut di pengadilan karena majalah itu menggunakan nama 'Allah' dalam edisi Melayu dan dituduh menarik banyak melayu muslim masuk katolik/kristen. Bulan Februari 2009 akhirnya pengadilan memutuskan bahwa 'The Herald' boleh tetap terbit seperti biasanya dengan alasan bahwa 'Nama Allah sudah digunakan orang Kristen Arab jauh sebelum agama Islam lahir' (sejak zaman kuno inskripsi berisi tulisan Arab sudah memuat al-Ilah = Allah dan penggunaannya dipertukarkan termasuk penggunaannya di kalangan Kristen Arab). Perlu disadari bahwa Alkitab melayu pertama (1629) sudah menggunakan nama Allah dan sekarang 'United Bible Society of Malaysia' menerbitkan Alkitab bahasa Melayu yang menyebut nama Allah. Memang ini gejala baru dimana kalau di Timur Tengah mereka yang berbahasa ibu Arab baik yang beragama Islam, Yahudi atau Kristen, menggunakan nama itu bersama-sama untuk menunjukkan kepada 'sesembahan Abraham yang mencipta langit dan bumi' dan tidak mempersoalkannya, aneh kalau sekarang ada orang di Malaysia dan Indonesia yang merasa berhak dan memaksakan kehendak untuk mengatur mana yang benar dan mana yang salah dalam bahasa Arab, bahasa yang bukan bahasa mereka. Muhammad & Al-Quran sendiri mengakui kebersamaan itu:
"(Yaitu) orang-orang yang diusir dari negerinya, tanpa kebenaran, melainkan karena mereka mengatakan: Tuhan kami Allah. Jikalau tiadalah pertahanan Allah terhadap manusia, sebagian mereka terhadap yang lain, niscaya robohlah gereja-gereja pendeta dan gereja-gereja Nasrani dan gereja-gereja Yahudi dan mesjid-mesjid, di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sungguh Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa". (QS 22:40)
Karena ayat itu ditulis semasa kelahiran Islam, maka tentulah penggunaan nama 'Allah' di sinagoga Yahudi dan gereja Nasrani sudah lama terjadi sebelumnya. Di Indonesia nama Allah sudah digunakan oleh umat Kristen sejak agama Kristen masuk ke Indonesia pada abad XVI karena nama itu sudah tiga abad digunakan dan diserap mahasa Melayu. Apakah kasus Agnes merupakan petunjuk bahwa 'Tuhan menggunakan tangan orang lain?,' rasanya orang Malaysia (karena ketakutan menjadi pengikut Kristus) justru melanggar kehendak Tuhan, soalnya Tuhan memperkenankan orang Arab (baik yang beragama Yahudi, Kristen maupun Islam) sejak bangsa Arab lahir untuk menyebut nama dirinya dengan dialek Arab 'Al-Ilah/Allah' maka apa hak mereka mengatur Tuhan yang memiliki nama itu? Bahkan, tidak dapat disangkal Roh Kudus sendiri menerjemahkan khotbah Petrus tentang 'Alaha/theos' menjadi nama 'Allah' yang didengar orang Arab (Kis 2:11). Kehendak politik sekelompok orang fanatik tidak bisa menentukan dan mengatur bahasa Arab sedangkan orang Arab sendiri yang punya bahasa itu tidak mempersoalkannya. Sekalipun penduduk Indonesia mayoritas menganut Islam, Agnes menyanyikan lagu yang sama di Indonesia dengan bebas, soalnya orang islam di Indonesia sudah cukup dewasa untuk menggunakan nama itu bersama-sama dengan umat Kristen selama 5 abad.
Salam kasih dalam nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Sumber: www.yabina.org
-
moneter cadangan
Sebuah pemerintah persediaan mata uang asing dan logam mulia. Moneter cadangan berguna baik untuk menyelesaikan transaksi yang melibatkan rekanan asing dan untuk melakukan perdagangan valuta asing dan pasar komoditas. Secara umum, semakin besar cadangan moneter, semakin baik negara ini mampu melakukan transaksi dengan negara-negara asing.
-
Apa yang Diajarkan Me Warren Buffet tentang Gold .......
Dengan Cohen David & Jumat Mitra |, 3 Juli 2010
Ada pepatah lama di Wall Street ...
Bursa saham didorong oleh dua emosi: ketakutan dan keserakahan.
Tentu saja hal ini adalah suatu penyederhanaan, tetapi sering dapat benar.
Dan mengalah pada emosi ini dapat memiliki efek mendalam pada portofolio investasi kami dan garis bawah secara keseluruhan.
Investor legendaris Warren Buffett memiliki dua kutipan besar tentang ketakutan dan keserakahan yang berlaku untuk kondisi saat ini pasar saham pertambangan junior.
Kutipan pertama berjalan seperti ini:
Kecuali Anda dapat melihat penurunan kepemilikan saham Anda dengan 50% tanpa menjadi panik, Anda tidak harus berada dalam pasar saham.
Dan yang kedua:
Kami hanya mencoba untuk menjadi takut ketika orang lain serakah dan menjadi rakus hanya ketika orang lain takut.
Mari kita lihat kutipan pertama Buffet berkaitan dengan investasi dalam saham logam mulia junior.
Pasar saham pertambangan SMP sangat fluktuatif. Junior saham pertambangan bisa naik atau turun 50% dalam detak jantung tergantung pada situasi pasar, berita, trend musiman, hasil dari hasil pengeboran, dan sejumlah hal lainnya.
Kadang-kadang mereka tampaknya naik atau turun 50% tanpa alasan atau semua. Ini bisa sangat membingungkan di kali, terutama bagi investor yang tidak terbiasa dengan volatilitas.
Namun selama sepuluh tahun terakhir, tidak ada tempat yang lebih baik untuk menaruh uang Anda - sejauh kinerja goes - kemudian saham pertambangan logam mulia junior.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dengan itu sedang berkata saya akan memiliki (2) dari saham favorit saya pertambangan
kembali bermain minggu depan. Kedua selalu dilakukan gambar yang sempurna!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ini adalah fakta sederhana bahwa Wall Street dan media arus utama ingin Anda abaikan.
Memang benar bahwa dalam dekade terakhir, pasar saham pertambangan junior telah sebagian besar lancar untuk 75% dari waktu. Namun selama 25% lainnya dari periode itu, saham pertambangan junior telah bergembira-ria, membuat uang investor lebih dari yang mereka pernah bisa bayangkan.
Aku telah menyaksikan nilai portofolio sendiri selama periode sepuluh tahun telah ayunan liar ke terbalik dan juga untuk downside.
Salah satu pelajaran yang Anda pelajari dari pengalaman semacam ini adalah untuk tidak terlalu serakah ketika pasar sedang panas dan selalu ingat untuk mengambil beberapa keuntungan jika Anda bisa. Dengan kata lain, bisa Anda asli
investasi modal kembali ke dalam account Anda sesegera kesempatan hadiah itu sendiri.
Pelajaran lain tidak panik ketika Anda portofolio ayunan ke
downside.
Terlalu banyak investor buru-buru keluar dari posisi yang baik ketika pasar sedang turun, bahkan ketika nilai masih ada.
Kami hanya ingin menyingkirkan perusahaan jika nilai tidak lagi di sana, atau alasan kami membeli perusahaan di tempat pertama tidak
lagi ada. Kami tidak ingin melompat keluar dari posisi nilai baik karena takut.
Apa yang akhirnya melindungi mereka yang berinvestasi dalam logam mulia saham pertambangan junior adalah fakta bahwa tren jangka panjang di pihak kita, meskipun sebagian besar investasi masyarakat tidak memiliki
petunjuk selama sepuluh tahun terakhir seperti apa yang sedang terjadi di dunia kita dan mengapa.
Yang paling penting untuk memahami investasi adalah memiliki konsep yang benar dari tren jangka panjang. Tren jangka panjang untuk
logam mulia ini sangat bullish ...
Meskipun pasang dan surut, baru-baru ini emas mencapai rekor baru tinggi $ 1.266 per ons. Tentu saja akan benar kembali sedikit sebelum pergi ke tinggi baru berikutnya;
Sekarang tren bullish untuk logam berharga akan pergi ke hyper-drive. Dan dalam beberapa bulan mendatang kita harus menggunakan setiap periode turun sebagai saat-saat sekolah kami untuk lebih menyelaraskan portofolio kami
dengan nilai perusahaan yang akan tampil sangat baik ketika saatnya tiba.
Tren jangka panjang adalah bahwa mata uang fiat dilecehkan semua akan akhirnya gagal. Emas telah bergerak lebih tinggi terhadap semua mata uang fiat
selama bertahun-tahun, dan akan terus bergerak lebih tinggi karena tidak ada tempat untuk mata uang ini disalahgunakan untuk akhirnya pergi, tetapi rendah - meskipun pasang dan surut yang Anda lihat dalam jangka pendek.
Pelajaran sejarah yang benar-benar jelas mengenai hal ini. mata uang fiat dilecehkan selalu runtuh dan kembali ke mereka intrinsik
nilai, yang adalah nol!
Sekarang junior pertambangan kami pasar saham yang didorong oleh rasa takut, dan hal ini membawa saya untuk mengutip kedua Warren Buffett, yang
menggambarkan sifat kontrarian nya.
Dengan kata lain, ia membeli ketika orang lain takut dan dia menjual ketika semua orang serakah. Ini adalah inti dari sukses
investasi.
Pelajari cara melakukan ini dengan baik, dan Anda tidak bisa tidak akan berhasil jika Anda benar memahami tren jangka panjang.
Keserakahan's pengaruh
Jadi sering, investor terjebak dalam keserakahan. Setelah semua, sebagian besar dari kita memiliki keinginan untuk memperoleh sebagai kekayaan sebanyak mungkin dalam waktu terpendek ...
Boom internet dari akhir 1990-an adalah contoh sempurna. Pada saat itu, tampaknya semua broker harus lakukan adalah hanya pitch apapun
investasi dengan "com". pada akhir, dan investor melompat pada kesempatan.
Aktivitas pembelian saham yang berhubungan dengan internet, banyak yang hanya start-up, mencapai puncaknya. Investor jadi serakah, keserakahan memicu lebih lanjut
dan menyebabkan efek yang terlalu mahal, yang menciptakan gelembung. Itu meledak di pertengahan tahun 2000 dan terus memimpin indeks tertekan sampai 2001.
Ada gelembung lain yang telah diciptakan dalam masyarakat kita dengan menggunakan mata uang kertas yang berlebihan yang dipompa ke dalam sistem. Uang itu menciptakan gelembung yang masih ada di real estat, saham Dow,
dan ibu dari semua gelembung, US T-Bills.
Udara sekarang keluar dari mereka gelembung, dan memastikan tekanan deflasi udara harus benar-benar dihapus sebelum pemerintah memilih untuk melakukan apa yang mereka selalu lakukan sepanjang sejarah ketika
dihadapkan dengan keadaan ini - membuat jumlah yang gila uang dari udara tipis untuk menghindari bencana deflasi.
Ketakutan yang mempengaruhi
Ketika saham menderita kerugian besar untuk jangka waktu yang berkelanjutan, pasar secara keseluruhan bisa menjadi lebih takut mempertahankan kerugian lebih lanjut. Tapi terlalu takut bisa sama mahal sebagai terlalu rakus.
Sama seperti keserakahan mendominasi pasar selama booming dot-com, hal yang sama dapat dikatakan dari prevalensi takut payudara nya berikut.
Dalam tawaran untuk batang kerugian, investor cepat-cepat pindah dari pasar quity engkau mencari membeli berisiko kurang. Uang dituangkan ke dalam surat berharga pasar uang, nilai dana stabil, dan dana utama yang dilindungi, yang semuanya rendah risiko dan efek rendah kembali.
Warren Buffett menunjukkan kita betapa penting dan bermanfaat itu adalah menjalankan rencana di saat-saat seperti dot-com. Buffett pernah sangat dikritik karena menolak untuk berinvestasi dalam saham teknologi tinggi terbang. Tetapi begitu meledak gelembung teknologi, kritik-temannya dibungkam.
Dengan menghindari emosi pasar yang dominan saat itu, Buffett dapat menghindari kerugian yang dirasakan oleh mereka yang terkena oleh payudara.
Perlu diketahui bahwa rasa takut mengelola dan keserakahan tidak semudah kedengarannya ... Ada garis tipis antara mengendalikan emosi dan keras kepala yang hanya polos. Melatih diri untuk membeli ketika berita buruk di pasar saham pertambangan dan SMP kami menjual ketika berita itu baik.
Dan ketika Anda menjadi lebih baik ini, keuntungan Anda dalam perdagangan saham pertambangan junior akan sangat meningkat.
Anda adalah pembuat keputusan akhir untuk portofolio Anda, dan karenanya bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian dalam investasi Anda.
Menempel suara keputusan investasi sementara mengendalikan emosi Anda - apakah itu keserakahan atau ketakutan - dan tidak secara membuta mengikuti sentimen pasar sangat penting untuk berhasil mempertahankan investasi dan strategi jangka panjang Anda.
Belajarlah untuk berpikir lebih untuk diri sendiri. Mengelola ketakutan dan keserakahan benar-benar tentang memahami dan mengelola volatilitas. Ini adalah tindakan penyeimbangan yang mengharuskan Anda untuk menjaga akal Anda tentang Anda setiap saat.
Bagi mereka yang berhasil dapat menavigasi perairan ini rumit, hasilnya bisa menjadi besar ...
khususnya bagi mereka yang benar memahami tren jangka panjang yang besar dan tepatilah.
Anda benar-benar harus siap untuk dua saham berikutnya pertambangan yang tidak brainers. Salah satunya adalah di TSX dan yang lainnya di AMEX
Charts terlihat mengagumkan, dan Buffett tahu terbaik!
David Cohen
Rabu, 07 Juli 2010
LA ILAHA ILLA ALLAH
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar