Selasa, 14 April 2009

Hidup Ala Millionare, Bebas Stress dan Bahagia




Apakah ini gambaran hidup bahagia impian Anda? Pengsiun dini, memiliki kekayaan, dan mempunyai banyak uang untuk dipergunakan untuk berbagai hal yang berguna. Anda pemberi pinjaman dan bukannya berhutang, memiliki berbagai investasi yang terus bertumbuh, dan memiliki kesehatan yang prima.

Itu adalah kehidupan para millionare yang di impikan oleh banyak orang. Namun, sebagai calon millionare, apakah Anda tahu bagaimana gaya hidup mereka? Ini adalah kesimpulan yang ditulis oleh Thomas Stanley dan William Danko dalam buku mereka The Millionaire Next Door berdasarkan penelitian mereka atas orang-orang kaya.

*
Mereka hidup dibawah kemampuan mereka
*
Mereka menggunakan uang, waktu luang, dan tenaga mereka untuk menambah kekayaan mereka.
*
Mereka lebih suka mencapai kemandirian financial dari pada memamerkan/menarik perhatian orang ke status sosial mereka.
*
Orangtua mereka tidak memberi mereka uang secara bebas ataupun sering.
*
Anak-anak mereka biasanya akan menjadi anak-anak yang mandiri.
*
Mereka terampil dalam menangkap peluang bisnis.
*
Mereka tidak sembarangan dalam memilih pekerjaan; Pekerjaan yang dipilih berdasarkan ketrampilan dan bakat mereka dan yang bisa membangun kemakmuran.

Orang-orang ini adalah orang yang sederhana. Gaya hidup mereka bukan gaya hidup yang boros. Mereka biasanya hidup secara hemat. Yang merupakan ciri khas jutawan adalah kesediaan untuk melepaskan status sosial dan sebaliknya berinvestasi demi terjamin secara finansial. Mereka adalah orang-orang yang paling efesien dan kreatif.

Para millionare ini telah belajar kebenaran yang sangat penting: tidak ada yang lebih berharga dari pada kerja keras, menabung dalam jumlah besar, dan hidup jauh dibawah kemampuan.

Dalam kebudayaan saat ini, membeli karena mengikuti keinginan hati itu sangat dominan. Dulu, orang harus memberi uang muka, mengangsur cicilannya sampai lunas baru menerima barangnya. Namun sekarang dengan adanya kredit lunak, banyak orang membeli barang dengan cara kredit. Tanpa disadari, kehidupannya sudah terlilit hutang. Beli sekarang, pikir belakangan. Beli sekarang, urus pembayarannya belakangan. Hidup hari ini, dan kesusahan esok untuk esok. Hasilnya adalah kehidupan yang strees karena gaya hidup yang tinggi dan tumpukan hutang.

Hidup diatas kemampuan Anda akan membuahkan stress yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan Anda, emosi Anda, perkawinan Anda, dan kehidupan financial Anda. Hidup sesuai kemampuan Anda mengurangi stress, membuat Anda hidup dalam kedamaian baik bagi tubuh, jiwa dan roh Anda.


---

Jangan Mau Bayar Lebih


Pernahkah Anda memperhatikan lembar penagihan kartu kredit? Jika tidak, mulai sekarang coba cermati agar Anda tidak mengeluarkan uang yang sebenarnya tak perlu.

1. Tanggal Pembayaran

Memang ada bank yang langsung menambah limit sesuai dengan jumlah pembayaran usai Anda membayar. Namun, ada yang baru membukukan pembayaran esoknya (perlu waktu satu hari kerja). Buat Anda yang suka membayar tagihan tepat pada saat jatuh tempo, ini kurang menguntungkan. Anda bisa dianggap melewati waktu jatuh tempo dan bisa dikenai penalti atau bunga lebih tinggi.

Solusi: Lakukan pembayaran setidaknya 8 hari sebelum jatuh tempo. Ini untuk menghindari pembukuan pembayaran yang butuh waktu 2-5 hari kerja.

2. Jatuh Tempo

Menurut aturan, lembar penagihan seharusnya dikirim dua minggu sebelum tanggal jatuh tempo. Namun, terkadang datang beberapa hari menjelang jatuh tempo atau malah terlambat. Pihak penerbit kartu kredit bisa sewaktu-waktu mengubah tanggal jatuh temponya.

Solusi: Segera buka lembar penagihan ketika Anda menerimanya. Lebih mudah jika Anda mendaftarkan diri di situs kartu kredit Anda. Jadi, Anda bisa mengecek tagihan, tanggal jatuh tempo dan pemakaian setiap saat tanpa harus menunggu datangnya tagihan.

3. Jumlah Besar

Anda pasti sudah tahu bahwa jika pemakaian kartu kredit selalu besar dan tidak langsung dilunasi, bunga yang dibebankan pun juga besar. Pihak penerbit kartu kredit sewaktu-waktu dapat menaikkan bunga kepada Anda yang tidak pernah membayar lunas pemakaian itu. Jika Anda terlambat membayar tagihan, pihak penerbit berhak menaikkan bunga.

Solusi: Hindari pemakaian dalam jumlah besar jika Anda tak mampu segera melunasinya. Usahakan selalu membayar lunas pemakaian Anda setiap bulan sehingga bunga 3 persen atau lebih tak jadi masalah.

4. Mengabaikan Kesalahan

Jika Anda menemukan transaksi yang tidak pernah Anda lakukan di lembar penagihan, meski sedikit, segera laporkan secara tertulis melalui fax atau surat paling lambat 30 hari sejak tanggal penagihan. Jika Anda tak menyanggah transaksi itu atau hanya memberitahukannya lewat call center, transaksi akan dianggap benar dan tetap ditagihkan.

Solusi: Usahakan untuk selalu berkomunikasi dengan pihak penerbit kartu kredit secara tertulis. Simpan bukti pengiriman surat, fax atau e-mail secara tertulis itu sebagai bukti.

Meski disarankan tidak membayar lebih, jangan pula membayar sesuai pembayaran minimum di tagihan. Pasalnya, kita dibebankan sejumlah biaya saat pembayaran, seperti biaya transfer via ATM dan bea meterai lunas.

Jika Anda membayar pas, setelah dipotong biaya tadi, maka uang yang dibayar tidak lagi sesuai pembayaran minimum. Kekurangan ini akan masuk ke tagihan berikut dan pasti kena bunga. Bayangkan jika ini terjadi selama beberapa bulan. Biaya yang keluar jadi lebih besar. Biaya yang sebenarnya bisa Anda pakai untuk belanja.


--

Memilih Alat Pembayaran


Anda pernah mengalami kebingungan dalam membayar belanjaan? Apakah dengan cara tunai, atau dengan memakai kartu kredit? Manakah cara yang paling nyaman? Bila berbelanja di pasar tradisional, umumnya pedagang hanya menerima uang tunai. Tetapi, bila berbelanja di pasar swalayan, Anda punya pilihan untuk membayar dengan kartu kredit. Pilihan untuk membayar tunai atau memakai kartu kredit sebetulnya tidak hanya terbatas ketika Anda berbelanja kebutuhan rumah tangga. Banyak tempat lain yang juga menerima kartu kredit, seperti restoran atau toko buku.

Untuk mengetahui bagaimana memilih alat pembayaran yang tepat, maka tulisan kali ini akan menunjukkan untung ruginya membayar dengan cara tunai atau kartu kredit, serta bagaimana saran atau solusinya.

Tunai
Bila Anda berbelanja dengan uang tunai, maka ada banyak kelebihan yang bisa Anda dapat. Misalnya, uang Anda di dompet ada Rp 200 ribu. Pada galibnya orang tidak akan berbelanja melebihi jumlah uang yang ada di dompet. Alasannya sederhana, orang tidak ingin kehabisan uang di dompet. Jadi, Anda akan berbelanja sedemikian rupa, sehingga tidak melebihi Rp 200 ribu. Itulah sebabnya, kita sering mendengar orang berkata: "Saya tidak mau bawa uang banyak-banyak dalam dompet, karena kalau tidak uang itu pasti akan habis saya belanjakan."

Lantas apa yang Anda lakukan bila kehabisan uang di dalam dompet? Anda akan pergi mengambil uang di ATM. Sebanyak Rp 200 ribu lagi, umpamanya. Setelah itu, Anda akan terus-terusan mengambil uang di ATM setiap kali kehabisan. Pada suatu titik tertentu, Anda akan merasa bahwa sudah terlalu sering bolak-balik ke ATM. Anda lalu memutuskan: "Oke, kali ini saya ambil agak banyak. Bukan Rp 200 ribu, tetapi Rp 500 atau malah Rp 750 ribu." Akhirnya jadilah Anda mengambil Rp 750 ribu. Problemnya sekarang, Anda memiliki uang yang sangat banyak dalam dompet Anda. Apa yang terjadi kalau dompet Anda hilang dicuri atau dirampok? Kalau begitu, Anda bisa saja tidak membawa seluruh uang tersebut dalam dompet. Sebagian uang itu di simpan di rumah. Tetapi itu sama saja dengan ATM. Begitu uang dalam dompet habis, Anda akan mengambil lagi uang di rumah. Padahal, daripada uang tersebut ditaruh di rumah, lebih baik taruh saja di rekening bank Anda yang pasti memberikan bunga.

Jadi sebetulnya, membayar dengan menggunakan uang tunai tidak akan membuat Anda berbelanja melebihi jumlah uang tunai yang Anda miliki. Tetapi kalau uang tunai di dompet habis, Anda harus kembali dan kembali lagi ke ATM. Kalau Anda mengambil uang tunai dalam jumlah banyak, maka Anda akan terancam resiko kecurian.

Kartu Kredit
Kartu Kredit adalah kartu pembayaran di mana transaksi Anda akan ditalangi oleh penerbit kartu, untuk kemudian ditagih kembali setiap akhir bulan atau pada bulan berikutnya. Sebetulnya, cara kerja kartu kredit menguntungkan. Bagaimana tidak? Ketika berbelanja, Anda tidak perlu langsung membayarnya, tetapi Anda baru membayarnya pada akhir bulan. Enak sekali. Jadi, kalimat yang tepat untuk ini adalah: "Beli sekarang, bayarnya nanti." (buy now, pay later).

Prakteknya, kalimat "Beli sekarang, bayarnya nanti" membuat banyak orang menjadi berbelanja di luar kemampuannya. Sebagai contoh, penghasilan Anda setiap bulan hanya Rp 700 ribu. Anda hanya mampu mengeluarkan uang sebesar Rp 600 atau Rp 700 ribu per bulannya. Maka, bila Anda berbelanja hingga Rp 1 juta, maka Anda tidak bisa melunasi tagihan Rp 1 juta itu dalam satu kali pembayaran, karena Anda hanya sanggup membayar (mungkin) Rp 600 ribu. Sehingga sisa saldo hutangnya, akan dimasukkan dalam tagihan bulan berikutnya.

Nah, ini dia masalahnya: sisa tagihan itu akan berbunga. Dan bila tagihan plus bunganya tidak Anda bayar, maka tagihan dan bunga itu akan berbunga lagi yang jumlahnya tentu lebih besar. Begitu seterusnya. Inilah yang menyebabkan banyak orang tidak bisa membayar tagihan kartu kreditnya karena jumlah tagihannya sudah terlanjur besar hanya gara-gara sistem bunga berbunga. Jadi sebetulnya, kartu kredit bisa dijadikan kawan, bila Anda mampu melunasinya tepat waktu. Tapi bila tidak, maka kartu kredit akan menjadi lawan Anda.

Kenapa sebaiknya dengan Kartu Debet?
Lalu dengan apa Anda harus membayar transaksi belanja Anda? Tunai atau kartu kredit?

Sebetulnya, kartu kredit memiliki banyak kelebihan bila Anda bisa menggunakan kartu kredit itu dengan cara yang benar. Artinya, bila Anda bisa melunasi tagihannya secara lunas setiap kali tagihan itu datang. Namun pada prakteknya, sebagian besar masyarakat tidak bisa mengendalikan penggunaan kartu kredit mereka. Itulah sebabnya saya menyarankan Anda untuk memakai Kartu Debet. Kartu Debet (dikenal juga dengan nama Kartu Debit) adalah kartu pembayaran di mana transaksi pembayaran yang Anda lakukan dipotong langsung dari rekening Anda di bank. Jadi seperti membayar tunai, tanpa perlu membawa banyak uang tunai. Dengan Kartu Debet, Anda akan berbelanja sesuai jumlah uang yang Anda miliki di rekening bank. Dan Anda tidak bisa berbelanja di luar jumlah tersebut.

Pentingnya Memiliki Semua
Namun demikian, sebetulnya akan lebih baik bila Anda memiliki ketiganya.
Yang pertama yang harus Anda miliki adalah uang tunai di rumah yang akan Anda gunakan untuk membayar keperluan-keperluan yang bersifat mendadak yang hanya bisa dibayar dengan uang tunai. Yang kedua yang harus Anda miliki adalah Kartu Debet. Ini adalah kartu yang Anda gunakan untuk membayar transaksi yang Anda lakukan.

Sedangkan yang ketiga yang sebaiknya Anda miliki adalah Kartu Kredit. Biar bagaimanapun, Kartu Kredit perlu untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga. Mungkin akan ada suatu hari di mana Anda harus keluar pada malam hari dan harus melakukan transaksi pembayaran, padahal tempat itu hanya menerima Kartu Kredit. Jadi, Kartu Kredit Anda di sini bukan untuk sering-sering dipakai, tetapi hanya untuk cadangan saja. Ingat sekali lagi bahwa penggunaan Kartu Kredit yang tidak tepat (tidak dibayar tepat waktu) bisa membuat Anda terjebak dalam hutang yang saldonya makin lama makin besar yang sebetulnya tidak perlu terjadi.

who used To Develop programs.
Once upon a time, there was a software engineer who used to develop programs on his Pentium machine, sitting under a tree on the banks of a river. He used to earn his bread by selling those programs in the Sunday market.


One day, while he was working, his machine tumbled off the table and fell in the river. Encouraged by the Panchatantra story of his childhood (the woodcutter and the axe),





he started praying to the River Goddess. The River Goddess wanted to test him and so appeared only after one month of rigorous prayers. The engineer told her that he had lost his computer in the river.



As usual, the Goddess wanted to test his honesty. She showed him a match box and asked, "Is this your computer ?" Disappointed by the Goddess' lack of computer awareness, the engineer replied, "No."


She next showed him a pocket-sized calculator and asked if that was his.


Annoyed, the engineer said "No, not at all!!"


Finally, she came up with his own Pentium machine and asked if it was his.


The engineer, left with no option, sighed and said "Yes."


The River Goddess was happy with his honesty. She was about to give


him all three items, but before she could make the offer, the engineer


asked her, "Don't you know that you're supposed to show me some better computers before bringing up my own ?"


The River Goddess, angered at this, replied, "I know that, you stupid donkey! The first two things I showed you were the Trillennium and the Billennium, the latest computers from IBM !". So saying, she disappeared with the Pentium!!


********


Moral :If you're not up-to-date with technology trends, it's better to keep your mouth shut and let people think you're a fool than to open your mouth and remove all doubt.

--

Grandson Not Everything Is As It First Appears.



One day a woodcutter took his grandson into the forest for his first experience in selecting and cutting oak trees. These they would later sell to the boat builders.

As they walked along, the woodcutter explained that the purpose of each tree is contained in its natural shape: some are straight for planks, some have the proper curves for the ribs of a boat, and some are tall for masts.

The woodcutter told his grandson that by paying attention to the details of each tree, and with experience in recognizing these characteristics, someday he too might become the woodcutter of the forest.


A little way into the forest, the grandson saw an old oak tree that had never been cut. The boy asked his grandfather if he could cut it down because it was useless for boat building - there were no straight limbs, the trunk was, short and gnarled, and the curves were going the wrong way. "We could cut it down for firewood," the grandson said. "At least then it will be of some use to us." The woodcutter replied that for now they should be about their work cutting the proper trees for the boat builders; maybe later they could return to the old oak tree.



After a few hours of cutting the huge trees, the grandson grew tired and asked if they could stop for a rest in some cool shade. The woodcutter took his grandson over to the old oak tree, where they rested against its trunk in the cool shade beneath its twisted limbs.



After they had rested a while, the woodcutter explained to his grandson the necessity of attentive awareness and recognition of everything in the forest and in the world. Some things are readily apparent, like the tall, straight trees; other things are less apparent, requiring closer attention, like recognition of the proper curves in the limbs. And some things might initially appear to have no purpose at all, like the gnarled old oak tree.



The woodcutter stated, "You must learn to pay careful attention every day so you can recognize and discover the purpose God has for everything in creation. For it is this old oak tree, which you so quickly deemed useless except for firewood, that now allows us to rest against its trunk amidst the coolness of its shade.



"Remember, grandson, not everything is as it first appears. Be patient, pay attention, recognize, and discover."

--

A Work Hard Old Man Live IN Minnesota.A Lovely Stroy



An old man lived alone in Minnesota. He wanted to spade his potato garden, but it was very hard work.




His only son, who would have helped him, was in prison. The old man wrote a letter to his son and mentioned his situation.




Dear Son, I am feeling pretty bad because it looks like I won't be able to plant my potato garden this year.




I hate to miss doing the garden, because your mother always loved planting time. I'm just getting too old to be digging up a garden plot.If you were here, all my troubles would be over. I know you would dig the plot for me, if you weren't in prison.




Love, Dad



.........



Shortly, the old man received this telegram:




"For Heaven's sake, Dad,don't dig up the garden!! That's where I buried the GUNS!" At 4a.m.




The next morning,




A dozen FBI agents and local police officers showed up and dug up the entire garden without finding any guns.




Confused, the old man wrote another note to his son telling him what happened, and a sked him what to do next.







His son's reply was: "Go ahead and plant your potatoes, Dad. It's the best I could do for you from here."




********




- Moral Of the Story




NO MATTER WHERE YOU ARE IN THE WORLD,




IF YOU HAVE DECIDED TO DO SOMETHING DEEP FROM YOUR HEART, YOU CAN DO IT.




IT IS THE THOUGHT THAT MATTERS NOT WHERE YOU ARE OR WHERE THE PERSON IS.

--

Jack and Max . A Nice Story.



Jack and Max are walking from religious service. Jack wonders whether it would be all right to smoke while praying.




Max replies, "Why don't you ask the Priest?"




So Jack goes up to the Priest and asks, "Father, may I smoke while I pray?"







The Priest replies, "No, my son, you may not! That's utter disrespect to our religion."




Jack goes back to his friend and tells him what the good Priest told him.




Max says, "I'm not surprised. You asked the wrong question. Let me try."







And so Max goes up to the Priest and asks, "Father, may I pray while I smoke?"







To which the Priest eagerly replies, "By all means, my son. By all means. You can always pray whenever you want to."







**********




Moral of the story is... The reply you get depends on the question you ask.




**********




For example, if you want a vacation when still working on a project don't ask for the holiday;




Ask: "Can I keep working on this project while I'm on vacation?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar